2.282 Warga DKI Terkena DBD di Januari hingga Maret, 1 Meninggal

4 Maret 2019 14:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta dr Sri Widyastuti (kanan) melakukan konferensi pers terkait DBD di Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Senin (4/3). Foto: Muhammad Darisman/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta dr Sri Widyastuti (kanan) melakukan konferensi pers terkait DBD di Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Senin (4/3). Foto: Muhammad Darisman/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat mulai dari Januari hingga 2 Maret 2019 terdapat 2.282 kasus demam berdarah dengue. Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti, mengatakan dari ribuan orang terjangkit DBD tersebut, salah satunya meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
“Melalui survei kami tercatat bahwa dari Januari sampai 2 Maret 2019 ada 2.282 kasus demam tinggi di DKI Jakarta,” ujar Widya di kantor Dinkes DKI Jakarta, Jalan Kesehatan, Gambir, Jakarta, Senin (4/3).
Dia menuturkan, sejauh ini, terdapat satu orang korban meninggal dunia akibat DBD di Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat.
Widya mengaku belum dapat memastikan jumlah ini akan bertambah atau tidak. Namun jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, ia mengklaim ada penurunan.
Petugas kesehatan memberikan penanganan medis kepada pasien penderita Demam Berdarah Dengue (DBD). Foto: Antara/Prasetia Fauzani
Ia mengatakan pada 2018 terdapat 2.963 kasus DBD dengan dua kematian. Lalu pada 2017 ada 3.362 kasus DBD dengan satu kematian. Sedangkan, di 2016 terhitung ada 20.432 kasus DBD dengan 14 kematian.
“Meski trennya menurun, DKI Jakarta merupakan daerah endemis demam tinggi. Sehingga artinya setiap saat setiap waktu semua orang bisa berpotensi menjadi sakit,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Untuk itu menurutnya semua komponen harus ikut mengantisipasi penyebaran DBD. Oleh karena itu upaya provokatif, preventif, dan kuratif sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan DKI.
“Provokatif berupa penyuluhan, pemberantasan sarang nyamuk, 3M. Preventif ada kerja sama dengan pemda, BMKG, melakukan survei, pelatihan jumantik. Lalu kuratif, melalui pembekalan tata laksana klinis DBD kepada dokter,” katanya.