3 WNI yang Hilang di Arab Saudi Ditemukan

9 September 2019 9:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Carmi (tengah) Eneng (kiri) dan Dubes RI untuk Arab Saudi Agus Maftuh (kanan), Carmi dan Eneng adalah dua dari tiga yang ditemukan KBRI Riyadh. Foto: Dok. KBRI Riyadh
zoom-in-whitePerbesar
Carmi (tengah) Eneng (kiri) dan Dubes RI untuk Arab Saudi Agus Maftuh (kanan), Carmi dan Eneng adalah dua dari tiga yang ditemukan KBRI Riyadh. Foto: Dok. KBRI Riyadh
ADVERTISEMENT
Tim perlindungan KBRI Riyadh menemukan tiga WNI yang hilang selama puluhan tahun di Arab Saudi.
ADVERTISEMENT
Ketiga WNI tersebut adalah Carmi binti Ilyas asal Cirebon hilang 35 tahun, Sarni binti Ama Jasman asal Lombok hilang kontak 25 tahun, dan Eneng Mirawati binti Acu yang baru saja dilaporkan hilang oleh suaminya.
Keterangan KBRI Riyadh, Carmi ditemukan di al-Ammar 400 km dari Riyadh. Saat ini, Carmi berada di Rumah Singgah RUHAMA (Rumah Harapan Mandiri) di kantor KBRI Riyadh.
Kondisi psikologisnya belum stabil dan masih sulit berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Carmi hanya bisa berkomunikasi dengan bahasa Arab Amiyah dan bahasa Cirebon.
Menurut Duta Besar RI untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel, saat ini tim perlindungan tengah menyelidiki latar belakang hilangnya Carmi.
Carmi (tengah) dan Dubes RI untuk Arab Saudi Agus Maftuh, Carmi merupakan WNI yang hilang puluhan tahun di Arab Saudi. Foto: Dok. KBRI Riyadh
Di samping Carmi, dua WNI lainnya yang baru ditemukan Sarni dan Eneng juga sudah berada di RUHAMA. Ketiganya menghuni RUHAMA bersama 200 lebih WNI lainnya.
ADVERTISEMENT
Agus memastikan, seluruh WNI di RUHAMA akan dipulangkan ke tanah air sesegera mungkin.
“Sebelum saya mengakhiri tugas sebagai Dubes RI sekaligus pelayan WNI di Saudi ini, saya akan berusaha maksimal untuk memulangkan mbak-mbak semua ke Indonesia," ucap Agus seperti dikutip dari keterangan pers KBRI Riyadh kepada kumparan, Senin (9/9).
Agus menambahkan, banyaknya WNI yang ditampung RUHAMA menunjukkan bahwa kebijakan moratorium Pekerja Migran Indonesia (PMI) ke Timur Tengah ternyata tidak mampu menutup kedatangan WNI ke wilayah tersebut secara non-prosedural.
Dia menilai diperlukan sebuah kebijakan yang komprehensif untuk menyelesaikan permasalahan ketenagakerjaan ini secara komprehensif mulai hulu sampai hilir.
"Sehari-hari masih banyak ditemukan banjirnya PMI ke Arab Saudi yang landing di 4 bandara favorit, Riyadh, Jeddah, Madinah dan Damam dengan memakai visa ziarah (kunjungan), visa syarikah (perusahaan) dan visa umrah yang kabur," kata dia.
ADVERTISEMENT
"Semua pemakai visa ini tidak terdaftar di KBRI Riyadh atau pun KJRI Jeddah dan baru ketahuan ketika mereka menghadapi masalah ketenagakerjaan ataupun masalah hukum di Arab Saudi," pungkas dia.