news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

36 Hoaks Serang Jokowi-Ma'ruf dan 16 Hoaks Serang Prabowo-Sandi

16 Oktober 2018 18:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Produksi Hoaks di Media Sosial (Foto: Lidwina Win Hadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Produksi Hoaks di Media Sosial (Foto: Lidwina Win Hadi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Hoaks menjadi salah satu fenomena yang banyak muncul menjelang Pilpres 2019. Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Marfindo) Anita Wahid menjelaskan, selama September 2018 terdapat 52 hoaks politik menyerang pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
ADVERTISEMENT
"Selama September 2018 saja ada lebih dari 52 hoaks politik, dengan 36 hoaks menyerang kubu Jokowi-Ma'ruf Amin (sebagai) pemerintah dan pendukungnya. Dan 16 hoaks yang menyerang kubu Prabowo-Sandiaga," ungkap Anita dalam diskusi 'Negara Darurat Hoaks' di Kantor Kominfo, Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (16/10).
Menurut Anita, penyebaran hoaks yang cukup masif dinilai dapat merusak rasionalisme pemilih dalam menentukan siapa calon pemimpinnya.
"Hoaks terkait pokitik berdampak turunnya kredibilitas penyelenggaraan pemilihan umum. Kualitas pemilihan menurun dan merusak rasionalitas pemilih," ujar dia.
Suasana diskusi negara darurat hoaks di Menkominfo, Selasa (16/10/2018). (Foto: Paulina Herasmaranindar/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana diskusi negara darurat hoaks di Menkominfo, Selasa (16/10/2018). (Foto: Paulina Herasmaranindar/kumparan)
Selain itu, Anita menyebut tak seharusnya elite politik menggunakan segala cara untuk dapat memenangkan pilpres, termasuk dengan cara menyebarkan kabar tidak benar.
"Mereka harus lebih bertanggung jawab ketika melakukan kontestasi politik dengan memberikan keteladanan," kata Anita.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, pakar media sosial Nukman Lutfie menuturkan penyebaran hoaks menimbulkan rasa kebencian terhadap pasangan calon tertentu. Menurutnya, isu agama menjadi bahan yang paling sering digunakan untuk menyebarkan hoaks.
"Hoaks itu seperti pupuk rasa kebencian dan itu dilakukan kedua belah pihak. Sama-sama produksi dan menyebarkan hoaks. Dan yang selalu disentuh adalah sisi agama," tutup Nukman.