4 Alasan Minat Jadi Caleg Menurun

10 Juni 2018 21:08 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Titi Anggraini. (Foto: Instagram @tanggraini)
zoom-in-whitePerbesar
Titi Anggraini. (Foto: Instagram @tanggraini)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Menurut Titi, memang ada penurunan animo untuk berpartisipasi di Pemilu Legislatif. Hal tersebut, lanjutnya, bisa dikarenakan trauma karena sudah pernah mendaftar sebagai caleg namun gagal.
“Memang ada penurunan animo untuk maju (nyaleg). Itu bisa disebabkan oleh beberapa hal. Kalau dia pernah nyaleg, biasanya trauma terhadap proses kompetisi sebelumnya yang dianggap telalu bebas, dan tidak memberi proteksi kepada calon,” ucap Titi di kantor Bawaslu, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (10/6).
Alasan kedua, Titi menilai penurunan disebabkan karena parpol membiarkan orang maju untuk berkompetisi sendiri tanpa ada pengawalan. Sehingga, orang berpikir dua kali untuk maju sebagai caleg.
“Jadi dia merasa dibiarkan berkompetisi secara bebas tapi tanpa ada insentif dari parpol. Mereka dibiarkan berkompetensi dan kemudian seperti tidak mendapatkan pengawalan dari partai. Seperti biaya, praktik kecurangan, mau pun misalnya manipulasi suara. Itu yang membuat calon laki- laki atau perempuan berpikir dua kali untuk maju sebagai caleg,” katanya.
Sidang Paripurna DPR-RI (Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)
zoom-in-whitePerbesar
Sidang Paripurna DPR-RI (Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)
Faktor ketiga, lanjut Titi, yaitu yang paling dominan. Orang enggan kembali maju di Pemilu Legislatif karena ongkos yang dinilai tidak sedikit. Selain itu, Titi juga menyoroti masifnya kecurangan menjadi alasan seseorang enggan maju sebagai caleg.
ADVERTISEMENT
“Jadi faktor paling dominan yang membuat mereka kurang beranimo untuk maju ya itu, ongkos, persaingan tidak sehat, kompetisi terlalu bebas. Lalu ada juga karena kecurangan ya,” ujarnya.
“Termasuk di kalangan perempuan sendiri ya. Parpol saya kira harus kembali ke kadernya, karena kalau rekrutmen berbasis kaderisasi, kan terikat, lebih ideologis. Punya ikatan untuk mendukung platform partai. Partai harus kembali ke akarnya,” lanjut Titi.