4 Fakta Baru Jatuhnya Lion Air JT-610 yang Diungkap KNKT

22 Maret 2019 5:56 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesawat Lion Air. Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat Lion Air. Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) kembali mengungkap sejumlah fakta mengenai jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 jenis Boeing 737 Max 8 di perairan Karawang, Jawa Barat beberapa waktu lalu.
Berikut 4 fakta baru dari KNKT terkait pesawat Lion Air JT-610 yang dirangkum kumparan,
1. KNKT Ungkap Pilot Ketiga di Lion Air Bali-Jakarta Sebelum Jatuh
Pesawat dengan nomor body PK-LQP ini sebelum terbang dari Jakarta ke Pangkalpinang, melayani rute Denpasar - Jakarta.
"KNKT menyampaikan bahwa benar ada pilot lain yang berada di cockpit pada penerbangan itu. Pilot ini adalah pilot yang telah selesai menjalankan tugas terbang dan akan kembali ke Jakarta," kata Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono saat konferensi pers di gedung KNKT, Kamis (21/3).
Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono Foto: Ade Nurhaliza/kumparan
Sehari sebelum jatuh, pesawat Boeing 737 Max 8 ini terbang dari Bali ke Jakarta dengan nomor penerbangan JT-043. Saat di Bali, pesawat mengalami kerusakan pada Angle of Attack (AoA) sensor. Setelah diperbaiki, barulah pesawat terbang ke Jakarta.
Selama terbang ke Jakarta, pesawat juga mengalami gangguan sehingga pilot memutuskan terbang dalam mode manual. Saat itulah, pilot ketiga ikut dengan dua pilot utama di sana.
Namun keesokan harinya, pesawat yang sama terbang dari Jakarta menuju Pangkalpinang, Bangka Belitung, dengan nomor penerbangan JT-610. Baru 13 menit mengudara, pesawat tersebut jatuh.
KNKT sudah memanggil dan memeriksa pilot ketiga yang ikut dalam penerbangan dari Bali ke Jakarta. Pilot ini juga merupakan pilot Boeing 737 Max-8.
2. Percakapan pilot dalam CVR tidak bocor
KNKT membantah isi rekaman Cockpit Voice Recorder (CVR) pesawat Lion Air JT-610 yang sempat beredar di sejumlah media. Menurut mereka, isi CVR yang beredar tersebut sangat berbeda dengan yang mereka miliki.
"KNKT juga menyampaikan bahwa isi rekaman CVR tidak sama dengan apa yang beredar di media, sehingga menurut KNKT isi berita itu adalah opini seseorang atau beberapa orang yang kemudian dibuat seolah-olah seperti isi CVR," ujar Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono dalam keterangan tertulis, Kamis (21/3).
Cockpit Voice Recorder (CVR) Lion Air JT-610 yang di temukan di Ujung Karang, Bekasi, Senin (14/1). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Hal yang sama juga disampaikan Nurcahyo selaku ketua sub komite investigasi kecelakaan. Menurutnya seluruh pihak yang merasa bertanggung jawab dalam kecelakaan pesawat tersebut berhak memiliki data yang dibutuhkan.
"Mengenai siapa saja yang punya rekaman dan transkrip, saya jelaskan, dalam kecelakaan ini, AS sebagai negara pembuat pesawat berhak untuk ikut investigasi. Investigator berhak untuk mendapatkan data yang dibutuhkan," jelas Nurcahyo.
Meski begitu, ada sejumlah aturan KNKT yang perlu dipatuhi, khususnya bagi pihak asing.
"Tapi UU-nya beda, UU Indonesia berhak melarang keluarnya CVR. Jadi mereka pernah mendengar CVR dan transkrip, termasuk membaca, dan mereka tidak punya datanya. Data masih di server KNKT," kata dia.
Lion Air Jatuh Foto: Basith Subastian/kumparan
3. Pilot sempat cari solusi di handbook
Berdasarkan rekaman CVR, pilot dan co-pilot pesawat nahas itu sempat berupaya mencari tahu penyebab jet yang mereka tunggangi itu terus meluncur ke bawah.
Dikutip dari Reuters, salah satu sumber menyebutkan saat itu, pilot Bhavye Suneja mengambil kontrol saat pesawat bernomor penerbangan JT-610 itu lepas landas. Sementara, co-pilot Harvino bertanggung jawab untuk komunikasi dengan Air Traffic Controller (ATC).
Dua menit setelah lepas landas, co-pilot sempat melaporkan masalah kontrol penerbangan ke ATC dan menyebut bahwa pilot ingin mempertahankan jelajah terbang di ketinggian 5 ribu kaki. Namun, saat itu co-pilot tidak merinci masalah apa yang terjadi di pesawat tersebut.
Puing-puing pesawat di posko evakuasi Lion Air JT-610 di JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan
Data rekaman dari CVR Lion Air JT-610 tersebut sebenarnya baru berhasil diunduh pada Senin, 14 Januari 2019 lalu. Meski bagian cangkang CVR rusak, namun Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Indonesia memastikan kualitas suara rekaman masih jernih dan bagus.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menyebut, rekaman yang berdurasi 124 menit itu mencatat seluruh percakapan antara pilot, co-pilot, serta awak kabin. Ia menyebut, rekaman tersebut bisa jadi terdiri dari rekaman penerbangan-penerbangan sebelumnya.
"Dua jam (tercatat) dari saat terakhir kecelakaan mundur ke belakang. Karena kalau electrical-nya di-on-kan otomatis CVR terekam. Kita enggak tahu rekaman yang di belakang itu apa. Kita yakin rekaman di belakang itu masalah maintenance saja," kata Soerjanto.
4. Pilot sempat panik ketika pesawat tidak bisa kendalikan
Kepala Sub Komite Investigasi Keselamatan Penerbangan KNKT, Kapten Nurcahyo Utomo, mengatakan sempat ada kepanikan saat Lion Air JT-610 dari Jakarta ke Pangkalpinang jatuh. Kepanikan muncul setelah penumpang mengetahui pilot tak bisa mengendalikan pesawat. Tapi, Cahyo enggan mengungkapkan teriakan apa yang muncul saat kepanikan terjadi.
"Saya enggak bisa ngomong (teriakan apa saja). Di akhir penerbangan pilot enggak bisa me-recover penerbangan. Di situlah muncul kepanikan," ucap dia.