4 Mitos Keliru Tentang Jerman

3 Juli 2019 16:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustari Bendera Jerman Foto: REUTERS/Hannibal Hanschke
zoom-in-whitePerbesar
Ilustari Bendera Jerman Foto: REUTERS/Hannibal Hanschke
ADVERTISEMENT
Apa yang kamu ketahui tentang negara Jerman dan warganya? Semuanya serba teratur dan rapi? Semua orangnya tepat waktu namun kaku dan tidak ramah?
ADVERTISEMENT
Itu adalah sepenggal anggapan mengenai Jerman, sayangnya belum tentu anggapan-anggapan tersebut benar. Berikut adalah empat mitos yang keliru tentang Jerman.
Jerman dan juga Jepang sering dijadikan referensi sebagai negara yang paling tepat waktu. Semuanya serba terorganisir, efisien, dan jangan coba-coba untuk telat jika janjian bertemu seseorang kalau tidak mau dianggap tidak sopan. Namun ketepatan waktu di Jerman ternyata tidak terefleksi pada semua hal.
Contoh yang paling pertama adalah kereta cepat di Jerman yang disebut Intercity-Express (ICE) yang ternyata sering sekali datang telat. Kereta yang mampu melaju hingga 350 km/jam ini tidak tanggung-tanggung telatnya. Bukan hanya 5 atau 10 menit tapi bisa sampai 1 sampai 2 jam.
ADVERTISEMENT
Contoh lainnya adalah pembangunan dua situs besar di Jerman yang memakan waktu dan biaya yang sangat besar. Yang pertama adalah pembangunan airport di Berlin yang seharusnya sudah diresmikan pada 2011 namun belum juga selesai dibangun sampai sekarang.
Bangunan lainnya adalah tempat konser Elbphilarmonie di Hamburg yang seharusnya sudah selesai dari 2010, namun baru dibuka pada 2017. Molornya pembangunan dua situs ini tentu memakan uang negara yang sangat besar dan menjadi sorotan publik.
2. Orang Jerman tidak lucu, dingin, dan tidak terbuka
Pada 2011, pernah ada sebuah survei internasional melalui situs media sosial Badoo untuk mencari warga negara mana yang paling tidak lucu sedunia. Setelah polling ditutup ternyata Jerman-lah yang keluar sebagai pemenangnya.
ADVERTISEMENT
Namun dalam kehidupan nyata, warga Jerman bukanlah tidak lucu tapi mereka memiliki selera humor yang berbeda.
Orang Jerman juga dianggap tidak ramah, tidak terbuka, dan tidak memiliki perasaan. Namun setiap warga asing yang hidup di Jerman memiliki pengalaman yang berbeda-beda mengenai hal ini.
Coba pikirkan, kalau Jerman tidak terbuka bagaimana mungkin ada banyak pengungsi yang bisa masuk ke negara tersebut. Pada 2016, Jerman merupakan negara urutan kedua di dunia yang penduduknya bersedia menerima pengungsi di negaranya.
Berteman dengan orang Jerman mungkin tidak mudah karena kendala bahasa dan budaya. Tapi sekalinya dianggap teman, mereka akan menjadi teman yang sangat loyal untukmu.
Selain itu, warga Jerman juga suka bersenang-senang. Bahkan festival Oktoberfest di München terkenal sampai ke seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
3. Orang Jerman cuma makan sosis
Meskipun banyak orang Jerman yang makan sosis, tapi itu bukan satu-satunya makanan mereka. Nyatanya, sekitar 10 persen warga Jerman adalah vegetarian yang menjadikan negara tersebut sebagai negara dengan jumlah vegetarian tertinggi di Eropa.
Selain itu, ibu kota Jerman, Berlin, dinobatkan sebagai ibu kota vegetarian dunia di tahun 2015.
Makanan fast food paling populer di Jerman bukanlah hot dog, melainkan döner kebab yang diperkenalkan oleh imigran dari Turki pada tahun 1970an.
Selain itu, restoran China, Jepang, India, Italia, Prancis, Spanyol, bahkan Indonesia juga banyak dijumpai di negara tersebut.
4. Jerman cinta teknologi
Boleh saja Jerman memproduksi banyak mobil canggih sampai pesawat. Boleh saja mahasiswa dari seluruh dunia datang ke Jerman untuk belajar jurusan teknik.
ADVERTISEMENT
Tapi dalam kehidupan sehari-hari, banyak masyarakat Jerman yang menolak untuk menggunakan teknologi dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Bisa dikatakan, gadget orang Indonesia jauh lebih canggih dan lebih terbaru daripada gadget kebanyakan orang Jerman.
Banyak dari mereka yang takut akan efek dari teknologi dalam kehidupan mereka. Bahkan ada kata dalam bahasa Jerman untuk ketakutan tersebut, yaitu Technikfeindlichkeit.
Untuk berbelanja jangan heran lagi. Banyak toko dan restoran yang tidak mau menerima kartu kredit sebagai moda pembayaran.