40 Tahun Revolusi Islam, Warga Iran Serukan Matilah AS dan Israel

11 Februari 2019 18:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah warga Iran membakar bendera Amerika Serikat dalam peringatan Hari Revolusi Islam di Iran. Foto: Kantor Berita Meghdad Madadi/Tasnim/melalui REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah warga Iran membakar bendera Amerika Serikat dalam peringatan Hari Revolusi Islam di Iran. Foto: Kantor Berita Meghdad Madadi/Tasnim/melalui REUTERS
ADVERTISEMENT
Ratusan ribu warga Iran turun ke jalan untuk memperingati 40 tahun terjadinya Revolusi Islam.
ADVERTISEMENT
Televisi nasional Iran memperlihatkan massa di jalanan Teheran berteriak, 'matilah Amerika' dan 'matilah Israel' sembari membakar bendera dua negara tersebut. Baik AS dan Israel merupakan musuh bebuyutan Iran.
Selain nyanyian ejekan, beberapa spanduk yang dibawa menyindir AS, seperti: 'sangat mengecewakan bagi Amerika, revolusi ini sudah mencapai tahun ke-40.'
Sejumlah orang berkumpul ketika Presiden Iran Hassan Rouhani pidato peringatan Hari Revolusi Islam di Iran. Foto: Hossein Zohrevand/Kantor Berita Tasnim / melalui REUTERS
Presiden Iran Hassan Rouhani dalam pidato menyambut HUT Revolusi Islam berjanji akan memperluas kekuatan militer dan kemampuan rudal balistiknya. Hal tersebut siap dilakukan walau Iran mendapat tekanan dari dunia internasional khususnya AS dan sekutunya.
"Kami tidak akan meminta izin untuk membangun beberapa macam jenis misil dan kami akan hidup dan memperluas kekuatan militer," sebut Rouhandi di lapangan kebebasan di Teheran, seperti dikutip dari Reuters, Senin (11/2).
ADVERTISEMENT
Bukan cuma warga sipil, perayaan HUT Revolusi Islam turut dihadiri ulama dan kelompok perempuan yang datang bersama anak-anaknya. Mayoritas warga membawa foto Pemimpin Tertinggi Iran saat ini Ayatollah Ali Khamenei.
Presiden Iran, Hassan Rouhani berpidato dalam peringatan Hari Revolusi Islam di Iran. Foto: Hossein Zohrevand/Kantor Berita Tasnim / melalui REUTERS
Revolusi Islam Iran terjadi pada 1979. Peristiwa itu pecah setelah militer Iran menyatakan netralitasnya.
Deklarasi tersebut membuka jalan runtuhnya monarki Iran pimpinan Mohammad Reza Shah Pahlavi yang kala itu adalah sekutu dekat Amerika Serikat.
Dengan runtuhnya monarki, pemerintahan Iran berganti menjadi Republik Islam dan dipimpin pemimpin Syiah Ayatollah Ruhollah Khomeini.
Presiden Iran, Hassan Rouhani berpidato dalam peringatan Hari Revolusi Islam di Iran. Foto: Hossein Zohrevand/Kantor Berita Tasnim / melalui REUTERS
Dalam sistem pemerintahan Iran, Ayatollah adalah pemimpin tertinggi. Sementara, kepala pemerintahan dijabat oleh presiden.
Kini setelah empat dekade berubah menjadi Republik Islam, Iran mendapat tekanan besar tak cuma dari negara Barat. Kelompok Teluk yang dipimpin Arab Saudi memandang Iran sebagai musuh.
ADVERTISEMENT
Iran dan Saudi pun terlibat perang proksi di tiga negara yaitu Irak, Yaman, dan Suriah.