400 Ribu Anak di Republik Kongo Terancam Tewas Kelaparan

12 Desember 2017 23:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak kurang gizi di Kongo (Foto: AFP/Eduardo soteras)
zoom-in-whitePerbesar
Anak kurang gizi di Kongo (Foto: AFP/Eduardo soteras)
ADVERTISEMENT
Lebih dari 400 ribu anak terancam tewas karena kelaparan yang melanda wilayah Kasai, Republik Demokratik Kongo. Laporan tersebut dipaparkan oleh UNICEF, Selasa (12/12).
ADVERTISEMENT
"Sedikitnya 400 ribu balita di wilayah Kasai, Republik Demokratik Kongo menderita gizi buruk akut, serta dapat meninggal pada tahun 2018 jika tak memperoleh akses kesehatan dan pertolongan gizi sedini mungkin," tulis UNICEF dalam keterangan resminya.
Krisis kelaparan tersebut dipicu adanya pemberontakan antara milisi Kamwina Nsapu melawan rezim Presiden Joseph Kabila yang sudah berlangsung selama 18 bulan terakhir.
Data PBB menyatakan bentrokan antara kelompok lokal dengan pasukan pemerintah telah menyebabkan ribuan orang meninggal dunia, sedangkan sekitar 1,4 juta orang telah meninggalkan rumah mereka.
“Krisis gizi dan kekurangan pangan di wilayah Kasai, merupakan akibat dari adanya perpindahan ribuan keluarga yang telah tinggal selama berbulan-bulan dalam kondisi yang menyedihkan,” kata Tajudeen Oyewale, perwakilan UNICEF di Kongo seperti dikutip dari AFP.
Kondisi anak Kongo (Foto: AFP/Jonh wessels )
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi anak Kongo (Foto: AFP/Jonh wessels )
UNICEF sendiri telah melakukan banyak hal dalam krisis di Kasai sejak bulan Januari kemarin. Tetapi masalahnya, infrastruktur kesehatan di sana juga ikut dihancurkan oleh pemberontak.
ADVERTISEMENT
Setidaknya, terdapat sekitar 220 pusat kesehatan yang dihancurkan. Sehingga, menyebabkan melemahnya sistem pusat kesehatan, mengurangi akses terhadap perawatan kesehatan, dan peningkatan risiko penyebaran penyakit menular seperti campak.
Sejak Januari 2017, UNICEF setidaknya telah memberikan perawatan gizi kepada 50.700 anak balita di wilayah Kasai. Meski demikian, UNICEF hanya menerima 15 persen dari dana yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kasus kelaparan dan gizi buruk tersebut.