5 Anak Muda Penderita Down Syndrome yang Menginspirasi Dunia

21 Maret 2018 12:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
5 anak down syndrome yang menginspirasi dunia. (Foto: Twitter/@Y2CIndonesia dan Instagram/@grzno/@Avitaaze)
zoom-in-whitePerbesar
5 anak down syndrome yang menginspirasi dunia. (Foto: Twitter/@Y2CIndonesia dan Instagram/@grzno/@Avitaaze)
ADVERTISEMENT
Anak-anak yang terlahir dengan kondisi Down Syndrome mungkin pada umumnya tidak bisa menerima pendidikan formal layaknya anak-anak normal lainnya. Walau begitu, dengan pelatihan khusus, mereka mampu meraih segudang prestasi.
ADVERTISEMENT
Meski menyandang status sebagai pengidap Down Syndrome, kisah mereka bisa membuat masyarakat semakin sadar bahwa penyandang Down Syndrome bisa mencapai keberhasilan seperti individu normal.
Dalam rangka memperingati hari Down Syndrome yang jatuh pada hari ini, Rabu (21/3), kumparan (kumparan.com) merangkum 5 anak muda Down Syndrome yang menginspirasi dunia:
1. Angela Bachiller
Angela Bachiller, wanita asal Spanyol menjadi anggota dewan pemerintah pertama di dunia yang mengidap Down Syndrome. Angela dipercaya oleh negaranya memegang Divisi Kesejahteraan Sosial sejak 2013.
Tidak ada perbedaan dalam menjalani tugas bersama rekan kerjanya yang normal. Bahkan keberadaan Angela di badan pemerintahan dianggap sebagai kemajuan besar di negaranya.
Menurut Rosa Rosa Hernández, pimpinan Divisi Kesejateraan Sosial, Angela adalah perempuan yang ulet dan mampu melaksanakan tugas dengan baik dan benar.
ADVERTISEMENT
2. Stephanie Handojo
Stephanie, perempuan kelahiran Surabaya, Jawa Timur, ini membuktikan sebagai anak dengan Down Syndrome ia mampu melakukan banyak hal dan meraih segudang prestasi. Bahkan bukan sekadar prestasi di tingkat nasional, melainkan sudah menembus kancah internasional.
Mulai dari juara I di bidang renang gaya dada 50 meter Pekan Olahraga Nasional Special Olympic Indonesia 2010, gaya dada 50 meter Specual Olympics World Summer Games 2011 Athena di Yunani, pecahkan rekor MURI bermain piano 22 lagu di tahun 2009, hingga pembawa obor Olimpiade London 2012.
Tak hanya itu, wanita yang akrab disapa Fani ini menjadi atlet pertama Indonesia yang meraih emas di Yunani. Dia juga meraih emas cabang renang di ajang Special Olympics Asia-Pacific 2013 di Newcastle, Australia.
ADVERTISEMENT
3. Zhou-Zhou
Zhou-Zhou, pria asal Wuhan, China, terlahir Down Syndrome. Meski menyandang status sebagai pengidap Down Syndrome, pria kelahiran 1978 ini mampu menjadi konduktor musik hebat di China. Ia mampu memimpin Orkes Simfoni Nasional
Bakatnya terlihat sejak kecil, ia sering ikut ayahnya yang menjadi pemain cello di Wuhan Symphony Orchestra untuk latihan. Saat semua pemain beristirahat, Zhou naik ke atas panggung dan menirukan gaya seorang kondukter saat memimpin orkestra.
Ayahnya yang melihat Zhou memiliki baka kemudian melatih Zhou menjadi konduktor musik. Kini impian ayahnya tercapai, Zhou menjadi konduktor paling disegani di dunia.
Walaupun ia mempunyai IQ hanya 30% dari orang normal umumnya, Zhou menjadi satu-satunya konduktor yang tidak bisa membaca not balok, namun bisa bergabung dengan orkestra.
ADVERTISEMENT
4. Samuel Santoso
Samuel Santoso menjadi salah satu anak berprestasi Indonesia yang lahir dengan kondisi Down Syndrome. Sejumlah prestasi di bidang seni lukis pernah diraih oleh pria kelahiran tahun 1994 ini.
Pada tahun 2011, nama Samuel tercatat sebagai pelukis penderita Down Syndrme pertama yang mendapat penghargaan rekor Muri dengan menggelar pameran lukisan tunggal. Dalam pamerannya tersebut, ia memamerkan 50 karya lukisannya dari berbagai aliran seperti bertemakan surealis, hingga realis.
Pameran lukisan yang digelarnya pada tahun 2011 itu dalam rangka merayakan hari Down Syndrome Internasional yang jatuh pada 21 Maret.
5. Noelia Garella
Noelia Garella adalah seorang guru Down Syndrome pertama yang mengajar di taman kanak-kanak (TK) di Argentina. Noelia berhasil mengalahkan cibiran dan orang lain padanya.
ADVERTISEMENT
Saat kecil Noelia sering mendapatkan cibiran karena Down Syndrome, namun dengan tekadnya untuk membuktikan orang-orang yang meremehkan dirinya, ia berhasil meraih gelar sarjana di bidang ekonomi dan manajemen organisasi di bidang parawisata.
Pada tahun 2007, Noelia mencoba mengikuti test mengajar untuk sebuah sekolah. Tak disangka dirinya lulus mengikuti serangkaian test tersebut, dan kini ia mengajar di pusat penitipan anak di Kota Cordoba.