5 Fakta Perusakan Sedekah Laut Bantul

15 Oktober 2018 7:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prosesi Larung Pisungsung Jaladri pada 2017 (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Prosesi Larung Pisungsung Jaladri pada 2017 (Foto: Dok. Istimewa)
ADVERTISEMENT
Pelaksanaan sedekah laut Pisungsung Jaladri di Pantai Baru, Kecamatan Sanden, Bantul, batal digelar. Pembatalan tersebut lantaran adanya intimidasi kelompok masyarakat tertentu dan adanya perusakan properti.
ADVERTISEMENT
Massa yang merusak properti tersebut memasang spanduk yang menyatakan tradisi tersebut syirik. Karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan, warga memutuskan untuk membatalkan sedekah laut itu, terutama untuk labuhan dan arak-arakan atau kirab budaya.
Berikut rangkuman soal pembatalan acara sedekah laut Pisungsung Jaladri:
1. Tradisi Pisungsung Jaladri dilaksanakan setiap tahun
Pantai Baru, Kecamatan Sanden, Bantul, Yogyakarta (Foto: Tugu Jogja)
zoom-in-whitePerbesar
Pantai Baru, Kecamatan Sanden, Bantul, Yogyakarta (Foto: Tugu Jogja)
Berdasarkan keterangan dari nelayan setempat bernama Tuwuh, tradisi Pisungsung Jaladri sudah sejak lama dilaksanakan dan diadakan setiap tahun. Namun, kali ini pelaksanaannya batal setelah kelompok masyarakat tertentu merusak properti pelaksanaan tradisi tersebut.
"Kami tidak tahu kalau itu dianggap syirik karena hanya tradisi," kata Tuwuh.
Pelaksanaan tradisi tersebut akhirnya disederhanakan dengan menampilkan kesenian Jathilan. Sedangkan 700 nasi takhir yang sudah disiapkan tetap dibagikan kepada pengunjung pantai.
ADVERTISEMENT
2. Gus Miftah tidak setuju dengan tindakan anarkis tersebut
Gus Miftah. (Foto: Instagram/@gusmiftah)
zoom-in-whitePerbesar
Gus Miftah. (Foto: Instagram/@gusmiftah)
KH. Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah mengecam oknum yang melakukan perusakan properti sedekah laut Pisungsung Jaladri. Dia menilai orang-orang yang melakukan perusakan itu tidak memahami kegiatan budaya daerah setempat.
"Banyak orang yang gagal paham atau salah paham atau pahamnya salah. Menurut saya selama labuhan itu tujuannya nguri-nguri budaya, saya enggak ada masalah. Tetapi kalau itu sifatnya ubudiyah, itu jelas salah," katanya, Sabtu (13/10) malam.
Gus Miftah tidak membenarkan perusakan itu karena, menurutnya, Islam tidak mengajarkan tindakan anarkis. Maka dari itu, perlu ada edukasi kepada masyarakat bahwa kegiatan tersebut adalah bagian dari pelestarian budaya.
3. Polisi kesulitan cari saksi
Kapolres Bantul, AKBP Sahat M Hasibuan saat ditanya wartawan terkait tersangka keributan Derby DIY kemungkinan bisa bertambah. (Foto: Ahmad Romadoni/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kapolres Bantul, AKBP Sahat M Hasibuan saat ditanya wartawan terkait tersangka keributan Derby DIY kemungkinan bisa bertambah. (Foto: Ahmad Romadoni/kumparan)
Kapolres Bantul AKBP Sahat M Hasibuan mengatakan, saat ini baru ada sembilan saksi yang diperiksa polisi. Sembilan orang saksi ini belum bisa dipastikan bagian dari kelompok yang merusak properti atau bukan. Namun, mereka rata-rata berasal dari Solo.
ADVERTISEMENT
"Jadi, enam orang berasal dari Solo. Saat ribut-ribut itu mereka kabur diikuti oleh petugas yang diamankan untuk dimintai keterangan," ucap Sahat, Minggu (14/10).
Selain itu ada sejumlah CCTV yang diperiksa untuk mengetahui tersangka perusakan properti. Polisi masih perlu mengumpulkan keterangan dari sejumlah saksi dan barang bukti guna mendapatkan kronologi lengkap terkait kejadian tersebut.
Sahat belum bisa memastikan 9 orang saksi ini merupakan bagian dari kelompok yang merusak properti sedekah laut atau bukan. Mereka rata-rata berasal dari Solo.
4. Kadisbud Bantul mengatakan sedekah laut merupakan bagian dari objek wisata
Pantai Baru, Bantul. (Foto: Instagram/@itjustanotherholiday)
zoom-in-whitePerbesar
Pantai Baru, Bantul. (Foto: Instagram/@itjustanotherholiday)
Pihak pemerintah setempat berupaya melakukan pelestarian budaya dengan menghidupkan kembali tradisi yang sudah mulai ditinggakan.
Dengan adanya dana stimulan dari pemerintah melalui dana keistimewaan, sedekah laut Pisungsung Jaladri menjadi salah satu event budaya untuk menarik wisatawan.
ADVERTISEMENT
"Sedekah laut itu hanya sekadar event budaya. Bukan sebuah ritual khusus," kata Kepala Dinas Kebudayaan Bantul, Sunarto, Minggu (14/10). "Sedekah laut itu menjadi daya tarik tersendiri sebuah objek wisata," tambahnya.
5. MUI: Tradisi sesajen bisa dimodifikasi
Zainut Tauhid (Foto: Fadjar Hadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Zainut Tauhid (Foto: Fadjar Hadi/kumparan)
Ketua Komisi Hukum MUI Pusat M. Baharun mengatakan, tradisi sesajen dapat dimodifikasi dengan menyedekahkan fakir miskin di pesisir laut yang membutuhkan dengan isi sesajen.
“Tradisi kan bukan keyakinan atau rukun agama, bisa dimodifikasi sesuai anutan dan akidah keimanan dalam agama, supaya tidak bertentangan. Cara Wali Songo mengompromikan tradisi sehingga dapat kompatibel dengan agama sangat bagus,” ungkap Baharun.
Wakil Ketua Umum MUI Zainut Tauhid juga tidak setuju dengan pengrusakan tersebut. Dia menjelaskan, argumentasi tidak disampaikan dengan cara merusak atau menghancurkan hal yang dianggap menyimpang oleh Islam.
ADVERTISEMENT
“Tugas kita itu hanya mengajak, mengingatkan urusan apakah mereka mengikuti ajakan kita atau tidak itu bukan tanggung jawab kita. Karena hanya Allah yang berhak memberikan petunjuk (hidayah) kepada seseorang,” ujarnya.
Zainut juga meminta agar Muslim tidak asal menghakimi, apalagi sampai merusak. Menurutnya hal ini dapat menimbulkan tuduhan mengganggu keyakinan orang lain. “Karena kita tidak tahu, apakah masyarakat yang melaksanakan upacara adat itu semuanya beragama Islam,” tutupnya.