5 Fakta Ricuh di Masjid Jogokariyan DIY

29 Januari 2019 6:43 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Masjid Jogokariyan usai kerusuhan di Yogyakarta. (Foto: Arfiansyah Panji/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Masjid Jogokariyan usai kerusuhan di Yogyakarta. (Foto: Arfiansyah Panji/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kericuhan terjadi di depan Masjid Jogokariyan, Jalan Jogokariyan, Mantrijeron, Yogyakarta, pada Minggu (27/1). Kericuhan ini dipicu saat rombongan massa simpatisan PDIP yang baru saja pulang dari deklarasi mendukung capres 01 Jokowi - Ma'ruf Amin di Stadion Mandala Krida, mencopoti spanduk yang berada di area jalan di depan masjid.
ADVERTISEMENT
Adu mulut pun terjadi antara simpatisan PDIP dengan pengurus masjid. Namun, kasus ini telah diselesaikan secara kekeluargaan.
kumparan merangkum lima fakta perkembangan teranyar terkait kericuhan tersebut, termasuk respons dari beberapa pihak terkait insiden tersebut.
Berikut kelima faktanya.
1. Tak Ada Kerusakan di Masjid Jogokariyan
Meski sempat ricuh, tidak ada kerusakan yang timbul akibat insiden dua kelompok di Masjid Jogokariyan. Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Kepala Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta Brigjen Bimo Anggrono Seno.
Dari pantauan kumparan di lokasi pada Senin (28/1) pun, tak terlihat adanya kerusakan di Masjid Jogokariyan.
“Tidak ada (batu) yang mengenai masjid, batunya banyak sampai kena tenda masjid. Masjid emang lagi pasang tenda. Untungnya (batu jatuh) di atas tenda-tenda," kata Takmir Majid Muhammad Fanni Rahman.
Suasana Masjid Jogokariyan usai kerusuhan di Yogyakarta. (Foto: Arfiansyah Panji/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Masjid Jogokariyan usai kerusuhan di Yogyakarta. (Foto: Arfiansyah Panji/kumparan)
2. Pihak Masjid Ingin Kasus Tak Dipolitisasi
ADVERTISEMENT
Fanni menginginkan kondisi di Yogyakarta tetap kondusif usai kericuhan terjadi. Ia meminta sejumlah pihak meminta maaf akibat insiden tersebut.
“Poinnya ya tadi mereka (massa) minta maaf diwakili Pak Juni (Junianto, Ketua DPC PDIP Mantrijeron) itu, kemudian Pak Juni menghadirkan tokoh penggeraknya, Kris Kelinci, minta maaf ke jemaah masjid yang diwakili saya. Bisa di kantor kecamatan atau di polsek,” kata Fanni.
Fanni mengatakan bahwa, setelah kericuhan polisi melakukan mediasi di kantor kecamatan. Di situ, Junianto sempat meminta maaf. Dari kesepakatan tertulis bermaterai juga disepakati agar dalang kericuhan tersebut minta maaf.
“Yang saya tahu ini serangan karena spontan gitu. Makanya kami sepakat minta dua hal. Kesepakatan damai ini juga sensitif, berbeda kejadian yang lain. Kami juga tidak mau dibawa urusan politik,” katanya
ADVERTISEMENT
3. PDIP Meminta Maaf
Difasilitasi pihak kepolisian, TNI, dan kecamatan, pada Minggu (27/1), sesepuh dan pengurus PDIP bertemu dengan pihak masjid untuk mediasi.
"Sesepuh (PDIP) sudah minta maaf," kata Fanni.
Kini, pihak masjid sudah menyerahkan sepenuhnya insiden tersebut kepada pihak kepolisian. Fanni menjamin tidak ada aksi balas dendam terkait insiden tersebut.
Ketua DPD PDI Perjuangan DIY Bambang Praswanto (kiri) dan Sekretaris DPD PDI Perjuangan DIY Yuni Setia Rahayu (kanan). (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ketua DPD PDI Perjuangan DIY Bambang Praswanto (kiri) dan Sekretaris DPD PDI Perjuangan DIY Yuni Setia Rahayu (kanan). (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
4. Simpatisan PDIP Dicegat di 5 Titik
Ketua DPD PDI Perjuangan, Bambang Praswanto, mengatakan ada enam titik pencegatan terhadap simpatisan Jokowi usai acara deklarasi di Stadion Mandala Krida, Yogyakarta. Akibatnya, lima simpatisan Jokowi mengalami luka ringan hingga berat dan harus dilarikan ke rumah sakit.
Titik-titik tersebut ada di Ngampilan, Umbulharjo, Nitikan, Kasihan, Gejayan, Jogokariyan. “Yang luka berat (dirawat) di (RSUP) Sardjito satu,” kata Bambang.
ADVERTISEMENT
Sultan HB X angkat bicara
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X angkat bicara terkiat insiden ini. Dia mengimbau kepada semua warga agar bisa menahan diri untuk tak melakukan kekerasan.
Sultan mengatakan warga Yogyakarta sejatinya tak menyukai kekerasan. Sehingga, harapannya kader dari partai politik manapun jangan menggunakan kekerasan fisik dalam proses demokrasi.
Gubernur DIY Sultan HB X (Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur DIY Sultan HB X (Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)
Dia berharap permasalahan ini bisa diselesaikan melalui pertemuan yang baik. Ia juga meminta polisi yang bertanggung jawab untuk menjaga ketertiban dan keamanan bertindak dengan tegas.
“Semoga bisa diselesaikan dengan pertemuan dengan say hallo, yang baik gitu. Karena harapan saya sesama warga Yogya apapun latar belakang atau politiknya tidak perlu ada dendam sejarah,” katanya.