5 Fakta Soal Inka Kusmayanti, Putri Penggali Kubur yang Masuk FK Unpad

20 April 2018 13:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Inka Kusmayanti. (Foto: Marissa Krestianti/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Inka Kusmayanti. (Foto: Marissa Krestianti/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kisah remaja asal Cimahi bernama Inka Kusmayanti mencuri perhatian publik. Sebab sebagai anak tukang gali kubur, ia berhasil lolos test SNMPTN dengan jurusan kedokteran di Universitas Padjadjaran, Bandung.
ADVERTISEMENT
Dengan kesederhanaan tanpa fasilitas bimbingan belajar, kendaraan untuk sekolah, bahkan ayahnya yang seorang pekerja serabutan, Inka mampu membuktikan bahwa dirinya dapat menorehkan prestasi. Kondisi ini membuat warganet salut serta prihatin sekaligus sedih. kumparan (kumparan.com) merangkum lima fakta soal Inka.
1. Dari kecil minum air tajin beras merah
Dedi Ismayadi (62), mengungkapkan dirinya membesarkan Inka seorang diri. Istrinya pergi karena masalah ekonomi. Namun Dedi tak mau menjelaskan lebih lanjut masalah yang dimaksud.
Maka dari itu, Inka sejak kecil tidak mendapatkan ASI ekslusif dari ibunya. Dedi yang menginginkan Inka terpenuhi vitaminnya, namun takk punya biaya untuk membeli susu formula, akhirnya memberikan Inka air tajin dari beras merah yang biasa digunakan sebagai pakan burung sebagai pengganti ASI atau susu formula.
ADVERTISEMENT
"Dari kecil juga nggak pernah dikasih ASI. Cuma air tajin, beras merah ada kan yang buat burung itu beras merah, saya giling sendiri," katanya.
Inka Kusmayanti bersama ayahnya. (Foto: Marissa Krestianti/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Inka Kusmayanti bersama ayahnya. (Foto: Marissa Krestianti/kumparan)
2. Belajar dari buku dan e-book bajakan
Memiliki keterbatasan finansial tidak membuat Inka patah semangat meraih cita-citanya untuk menjadi dokter. Dengan kesederhanaannya, ia memanfaatkan e-book bajakan untuk belajar.
Dari bukulah, remaja 18 tahun ini tertarik mendalami dunia kedokteran. Menurutnya dengan membaca buku yang bertemakan sains, ia sadar kuasa Tuhan yang begitu besar menciptaan makhluk hidup.
"Semakin aku mengetahui sesuatu di dalam tubuh makhluk hidup yang aku baca dari buku, aku semakin sadar, aku tidak ada apa-apanya di mata Allah. Aku kecil banget," ucap Inka.
ADVERTISEMENT
3. Berjanji membeli semua buku yang dibaca di e-book bajakan
Siswi lulusan SMA Negeri 1 Cimahi, ini mengaku bersyukur dengan adanya buku yang telah menemani hari-harinya. Namun Inka mengaku sedih dan bersalah karena ia belum mampu membeli buku asli dari penulisnya.
Inka mengungkapkan pada saat ia telah membaca 50 judul e-book bajakan, ia berjanji untuk membeli semua buku yang pernah dibacanya suatu saat nanti. Menurutnya ia tidak mau bila karya yang ia ciptakan nantinya juga mudah dibajak oleh orang lain. Pasalnya selain menjadi dokter Inka juga berharap dapat menulis buku.
"Di situ aku janji sama diri aku kalau aku punya uang aku akan beli semua buku dan novel yang pernah aku baca. Itu mimpi aku pas SMP, karena aku ngerasa bersalah banget aku tahu banget susahnya nulis buku. Apalagi buku sains gitu kan butuh penelitian dan sebagainya," tuturnya.
Inka Kusmayanti. (Foto: Marissa Krestianti/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Inka Kusmayanti. (Foto: Marissa Krestianti/kumparan)
4. Percaya diri dengan memilih satu jurusan
ADVERTISEMENT
Inka tak pernah menyangka dirinya bisa lolos masuk Fakultas Kedokteran (FK) Unpad melalui jalur SNMPTN. Dia mengaku nekat karena hanya memilih satu jurusan di SNMPTN.
Meski SNMPTN memungkinkan untuk memilih dua jurusan, namun Inka percaya diri hanya memasukkan Pendidikan Kedokteran Unpad sebagai jurusan yang dituju.
"Aku di situ masukin pendidikan dokter aja. Karena aku dengar mungkin ini rumor atau mitos tapi aku percaya aja, aku cuma milih satu yaitu kedokteran. Di situ aku yakin aja dan berdoa terus minta teman-teman semuanya semoga aku masuk. Alhamdulillahnya aku masuk," ucapnya.
5. Tidak diberi uang saku
Hidup dalam keluarga yang sederhana, tidak membuat Inka patah semangat untuk pergi ke sekolah. Inka mengaku pergi dari rumahnya menuju sekolah yang berjarang sekitar 1 kilometer dengan berjalan kaki.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, ia juga harus menahan lapar saat di sekolah karena tidak mendapatkan sangu dari ayahnya. Inka lebih memilih makan di rumah masakan ayahnya dibandingkan membebankan ayahnya dengan meminta uang jajan.
"Kalau ada teman yang ngajak main atau makan di luar aku selalu bilang enggak bisa.