5 Temuan Menarik dari Transkrip Jokowi-Prabowo di Debat Kedua

19 Februari 2019 17:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kedua Pasangan Capres menyampaikan pendapatnya saat debat capres 2019 putaran kedua di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019). Foto: ANTARA FOTO/AKBAR NUGROHO GUMAY
zoom-in-whitePerbesar
Kedua Pasangan Capres menyampaikan pendapatnya saat debat capres 2019 putaran kedua di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019). Foto: ANTARA FOTO/AKBAR NUGROHO GUMAY
ADVERTISEMENT
Debat kedua Pilpres 2019 merupakan sebuah panggung unjuk kebolehan Jokowi dan Prabowo. Dalam debat tersebut, baik Jokowi maupun Prabowo total mengucapkan 5.990 kata. Dengan rincian 3.110 kata terucap Jokowi, serta 2.880 kata terucap Prabowo.
ADVERTISEMENT
Dalam debat kedua ini, kedua capres berdebat seputar infrastruktur, energi, sumber daya alam, dan lingungan. Siapa yang memenangkan debat tentu merupakan penilaian publik. Meski begitu, kumparan mencatat sejumlah hal menarik yang terjadi di debat tersebut dengan bantuan data.
Berikut merupakan temuan menarik yang kumparan temukan di debat kedua Pilpres 2019:
1.Jokowi yang Lebih banyak bicara
Dari transkrip debat kedua sepanjang 33 halaman, kumparan mencatat bahwa panggung debat kedua pada Minggu (17/2) bisa dibilang ‘dikuasai’ Jokowi. Itu karena, persentase penampilan Jokowi dalam hal berbicara di debat lebih tinggi, yakni 51,92 persen. Sedangkan Prabowo mencapai 48,08 persen.
Banyaknya kata yang terucap itu juga bukan berarti Jokowi lebih unggul daripada Prabowo. Hal ini karena substansi debat adalah soal gagasan. Tentang bagaimana Jokowi maupun Prabowo bisa meyakinkan pemilih bahwa gagasannya lebih baik dibandingkan dengan yang lain.
ADVERTISEMENT
Dilihat dari persebarannya di setiap topik, Jokowi mengungguli Prabowo dalam hal banyak bicara di topik pembuka, sumber daya alam, dan pangan. Sementara Prabowo lebih banyak bicara di topik lingkungan hidup, infrastruktur, energi, dan di sesi penutup.
2.Unjuk prestasi dan unjuk kritik
Lebih lanjut, kumparan juga mencatat bahwa apa yang dikemukakan Jokowi maupun Prabowo berbeda dalam hal penyampaian gagasan. Jokowi lebih banyak berbicara mengenai prestasinya, sedangkan Prabowo berbicara di taraf apa yang seharusnya dilakukan pemerintah jika dia menjadi presiden.
Dari olah data yang kumparan lakukan terhadap transkrip tersebut, Jokowi mengucapkan ‘telah kita’ sebanyak 16 kali. Sedangkan Prabowo mengucapkan ‘kita harus’ sebanyak 14 kali. Data itu sendiri dihasilkan dengan mencari bigram (dua kata) yang paling banyak digunakan Jokowi dan Prabowo dalam debat.
ADVERTISEMENT
Meski berbeda dalam pola penyampaian gagasan, baik Jokowi maupun Prabowo memiliki kesamaan. kumparan mencatat, kata (unigram) ‘Indonesia’ merupakan kata terbanyak yang digunakan keduanya sepanjang debat berlangsung di Hotel Sultan, Jakarta.
Kata terbanyak yang diucap Jokowi selama Debat Kedua Pilpres 2019. Foto: Rizki Baiquni Pratama/kumparan
Memang, debat kali ini adalah mengenai infrastruktur, energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup. Tema tersebut lantas digunakan keduanya untuk mempromosikan bahwa dirinya yang paling mengerti permasalahan di Indonesia.
Di tangan Jokowi misalnya, kata ‘Indonesia’ digunakan untuk mengklaim keberhasilannya sebagai presiden. Jokowi berkali-kali menggunakan kata itu untuk menunjukkan apa saja masalah di Indonesia, serta apa yang sudah dilakukannya untuk mengatasi masalah tersebut.
“Laut adalah masa depan ekonomi negara kita Indonesia. Dalam 4 tahun ini kita telah mengejar 7.000 kapal-kapal asing, illegal fishing, yang melakukan illegal fishing, yang melakukan pencurian ikan di perairan kita,” kata Jokowi.
ADVERTISEMENT
“Kita telah bangun yang namanya Palapa Ring. Ini adalah tersambungnya backbone dengan broadband yang dengan kecepatan tinggi. Di Indonesia bagian barat telah 100% kita selesaikan. Di Indonesia bagian tengah 100% kita selesaikan. Indonesia bagian timur telah selesai 90% dan akan kita selesaikan pada tahun ini,” kata Jokowi lagi di lain kesempatan.
Kata terbanyak yang diucap Prabowo selama Debat Kedua Pilpres 2019. Foto: Rizki Baiquni Pratama/kumparan
Di tangan Prabowo, kata ‘Indonesia’ justru digunakan untuk mengkritik klaim pencapaian yang dilakukan Jokowi. Menurut Prabowo, ada ketidakberesan yang terjadi di Indonesia, sehingga perlu diperbaiki olehnya.
“Jadi mungkin ya laporan-laporan ke bapak (Jokowi) mungkin bagus-bagus. Tapi biasanya di Republik ini, biasa pak dari dulu kita sudah lama jadi orang Indonesia, jadi laporannya bagus bagus- bagus. Kenyataannya Indonesia di bawah tidak sebagus apa yang dilaporkan ke bapak demikian,” ujar Prabowo
ADVERTISEMENT
“Tetapi hal-hal mendasar Pak Jokowi saya lihat ya, hal-hal mendasar dalam perekonomian Indonesia adalah bahwa terjadi suatu disparitas suatu, segelintir orang yang kurang dari 1 persen menguasai lebih dari setengah kekayaan kita,” kata Prabowo lagi.
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto menyampaikan pendapatnya saat debat capres 2019 putaran kedua di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
3.Prabowo lebih kaya kosa kata
Dari riuhnya perdebatan di Hotel Sultan itu, kumparan juga mencatat hal menarik lainnya. Yakni, kata unik (unique words) yang dimiliki masing-masing capres. Di sini, baik Jokowi maupun Prabowo memiliki kata unik yang jumlahnya cukup terpaut jauh.
Kata unik sendiri digunakan untuk mengukur sejauh mana seseorang itu memiliki kata kunci eksklusif sepanjang ia berbicara. Semakin banyak seseorang memiliki kosa kata unik, artinya seseorang itu memiliki kosa kata yang lebih kreatif dan kaya. Hal ini berarti seseorang itu tidak mengucapkan kata secara monoton dan berulang-ulang.
ADVERTISEMENT
Dalam temuan kata unik, Jokowi memiliki rasio kata unik sebesar 41,74 persen. Angka itu dihasilkan dari 548 kata unik yang diucapnya, berbanding dengan 1.313 frasa yang dia ucap sepanjang debat.
Sedangkan Prabowo, rasio kata uniknya sebesar 51,74 persen. Persentase tersebut diperoleh dari 586 kata unik berbanding dengan 1.141 frasa yang diucapnya.
Temuan ini tak begitu berbeda apabila dibandingkan dengan debat perdana sebelumnya. Pada saat itu, kumparan mencatat, Prabowo juga mengungguli Jokowi dalam hal kekayaan kosa kata. Dengan Prabowo memiliki rasio kata unik sebesar 53 persen, sedangkan Jokowi sebesar 49 persen.
Bahkan jika melihat debat sebelumnya, bisa dibilang Jokowi justru mengalami penurunan. Itu karena dia lebih banyak mengulang kosa kata di debat kedua ini.
Pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan Ma'ruf Amin mengikuti debat pertama Pilpres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1/2019). Foto: Antara/Sigid Kurniawan
4.Tak ada Ma'ruf Amin di debat kedua
ADVERTISEMENT
Dari segi penyebutan nama selama debat, Jokowi lebih banyak menyebut nama lawan politiknya. Data menunjukkan, selama debat berlangsung, Jokowi menyebut nama Prabowo sebanyak delapan kali.
Selama 90 menit itu, Jokowi sama sekali tak menyinggung nama wakilnya, Ma’ruf Amin. Dia juga tak menyingung nama cawapres Sandiaga Uno.
Sementara itu, Prabowo terhitung menyebut nama Jokowi sebanyak empat kali. Meski begitu, berbeda dengan Jokowi yang tak menyebut wakilnya, Prabowo justru menyebut nama Sandiaga sebanyak satu kali. Namun dia tak menyebut nama Ma’ruf selama debat berlangsung.
Debat kali ini memang tidak melibatkan cawapres. Debat dikhususkan untuk capres yang berlaga.
5.Jokowi dan Prabowo yang memilih kata 'kita'
Selama debat itu pula, Jokowi lebih sering menggunakan kata ‘kita’ untuk merujuk dirinya. Kata ‘kita’ dia ucap sebanyak 143 kali. Ini jelas lebih banyak dibandingkan dengan Prabowo yang menggunakan kata ‘kita’ sebanyak 131 kali.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Prabowo lebih memilih untuk menggunakan kata ‘saya’. Kata ganti orang pertama itu dia ucap sebanyak 70 kali. Lebih banyak dibandingkan Jokowi yang jumlahnya sebanyak 59 kali. Sementara kata ‘kami’, Jokowi menggunakannya sebanyak dua kali dan Prabowo menggunakannya sebanyak 30 kali.
Bila dibandingkan dengan debat perdana, rasio penggunaan kata ‘kita’ oleh Jokowi mengalami kenaikan yang signifikan. Kenaikannya sebesar 27,6 persen. Sebagai kompensasinya, Jokowi mengurangi penggunaan kata ‘kami’ dan juga ‘saya’.
Hal senada juga terjadi pada Prabowo. Meski kenaikannya tidak signifikan, Prabowo lebih memilih menggunakan kata ‘kita’ di debat kedua ini. Rasio kenaikannya sebesar 10,47 persen. Dia pun mengurangi penggunaan kata ‘saya’ dan ‘kami’.
ADVERTISEMENT
Pakar linguistik forensik Universitas Indonesia (UI) Frans Asisi Datang menilai, pemilihan diksi ‘saya’, ‘kami’, dan ‘kita’ bisa ditafsirkan sebagai upaya ideologis kandidat untuk mempengaruhi audiens. Oleh sebab itu, kata dia, penggunaan kata ‘kita’ lebih dipilih lantaran bersifat inklusif.
“Jadi ‘kita’ lebih mengutamakan persatuan dan kesatuan. Tidak eksklusif dan tidak berkelompok,” kata Frans saat dihubungu kumparan, Selasa (19/2).
Menurut Frans, hal yang berbeda justru akan terjadi apabila kandidat menggunakan kata ‘kami’. Sebab kata tersebut hanya merujuk pada kepentingan kelompoknya saja
“Kata ‘kami’ itu kan termasuk persona orang ketiga yang ekslusif. Jadi dia tidak mencakup orang lain,” ucap Frans.
Sedangkan kata ‘saya’, lanjut Frans, memiliki dimensi kepercayaan diri yang tinggi dari pengucapnya. Kata ‘saya’ juga menunjukkan bahwa orang tersebut berani untuk bertanggung jawab pada keputusan yang diambilnya.
ADVERTISEMENT
“Itu (kata ‘saya’) menunjukkan ketegasan, keberanian, berani mengambil risiko. Tidak negatif, tetapi itu sebagai leader itu yang diperlukan juga,” katanya.