5 Ucapan Kontroversial Jokowi hingga Prabowo

26 Oktober 2018 7:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
5 tokoh yang lontarkan kalimat kontroversial. (Foto: kumparan, Antara, Biro Pers Setpres)
zoom-in-whitePerbesar
5 tokoh yang lontarkan kalimat kontroversial. (Foto: kumparan, Antara, Biro Pers Setpres)
ADVERTISEMENT
Ujaran para pejabat dan politisi tak jarang jadi perhatian publik. Terlebih bila ucapan itu tak lazim. Sederet kontroversi pun muncul dari pernyataan-pernyataan tersebut.
ADVERTISEMENT
Istilah ‘sontoloyo’ misalnya, yang datang dari Jokowi. Istilah tersebut kemudian memancing reaksi dari sejumlah pihak.
kumparan merangkum lima politisi dan pejabat publik yang ucapannya kontroversial
1. Sontoloyo (Joko Widodo)
Presiden Joko Widodo (Foto: Biro Pers, Media dan Informasi Istana)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo (Foto: Biro Pers, Media dan Informasi Istana)
Istilah ‘sontoloyo’ terucap begitu saja oleh Jokowi. Presiden RI tersebut mengucapkannya saat membagikan sertifikat tanah kepada 5.000 warga dari 18 kelurahan di Jakarta Selatan.
Saat momen itulah Jokowi menumpahkan unek-uneknya. Ia kesal dengan sejumlah politisi yang membawa perkara dana kelurahan ke ranah politik hingga menimbulkan polemik.
"Itulah kepandaian politikus untuk mempengaruhi masyarakat, hati-hati, banyak politikus baik-baik, tapi banyak juga politikus sontoloyo," Kata Jokowi di Lapangan Ahmad Yani, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (23/10).
2. Goblok (Susi Pudjiastuti)
Menteri Susi Pudjiastuti (Foto: M Agung Rajasa/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Susi Pudjiastuti (Foto: M Agung Rajasa/Antara)
Kata ‘Goblok’ meluncur dari bibir Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Kata itu menjadi senjata pamungkas atas pernyataan cawapres Sandiaga Uno yang berjanji memperjuangkan penggunaan cantrang pada nelayan.
ADVERTISEMENT
Di mata Susi cantrang merupakan alat tangkap tak ramah lingkungan dan merusak ekosistem laut, sehingga dia sangat anti dengan alat tangkap ikan itu.
"Satu kata saja goblok," tegas Susi dengan nada kesal saat dihubungi kumparan, Kamis (25/10).
3. Tempe Setipis ATM (Sandiaga Uno)
Sandiaga Uno pamer tempe berukuran HP jadul. (Foto: Instagram/@sandiagauno , 	Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Sandiaga Uno pamer tempe berukuran HP jadul. (Foto: Instagram/@sandiagauno , Wikimedia Commons)
Cawapres Sandiaga Uno blusukan ke pasar-pasar. Di sela-sela itu, Sandi banyak berdialog dengan warga soal perekonomian. Di situlah istilah tempe setipis ATM muncul untuk mengambarkan betapa sulitnya kehidupan warga.
“Tempe katanya sudah dikecilkan dan tipisnya sudah hampir sama dengan kartu ATM. Tahu Ibu Yuli di Duren Sawit kemarin jualan tahunya dikecilin ukurannya karena dia tidak bisa menaikkan harganya karena tidak akan laku karena daya belinya. Ini yang jadi kekhawatiran kita," kata Sandiaga di Kertanegara, Jakarta Selatan, Jumat (7/9).
ADVERTISEMENT
4. Indonesia Bubar 2030 (Prabowo subianto)
Prabowo saat berkampanye untuk Anies-Sandi. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo saat berkampanye untuk Anies-Sandi. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Prabowo menyebut bahwa Indonesia bisa bubar pada tahun 2030. Pernyataan bombastis itu ia ungkapkan dalam sejumlah pidato politiknya.
Belakangan, apa yang disampaikan Prabowo rupanya bersumber dari sebuah novel fiksi. Judul novel itu adalah ‘Ghost Fleet’ yang ditulis August Cole.
"Saudara-saudara, kita masih upacara, kita masih menyanyikan lagu kebangsaan, kita masih pakai lambang-lambang negara, gambar-gambar pendiri bangsa masih ada di sini, tetapi di negara lain mereka sudah bikin kajian-kajian, di mana Republik Indonesia sudah dinyatakan tidak ada lagi tahun 2030, Bung! Mereka ramalkan kita ini bubar," kata Prabowo dalam pidatonya di Sentul, Bogor pada Rabu (18/10/2017)
5. Jenderal Kardus (Andi Arief)
Wasekjen Demokrat Andi Arief di kediaman SBY, Mega Kuningan (Foto: Ricad Saka/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Wasekjen Demokrat Andi Arief di kediaman SBY, Mega Kuningan (Foto: Ricad Saka/kumparan)
Wasekjen Demokrat Andi Arief sempat kecewa pada langkah Prabowo yang meminang Sandi pada Pilpres 2019. Di benaknya, terpilihnya Sandi bukanlah sesuatu yang wajar.
ADVERTISEMENT
Ia bahkan menduga ada mahar politik sehingga Prabowo memilih Sandi. Dalam cuitannya di Twitter, ia menyebut Sandiaga menggelontorkan mahar masing-masing sebesar Rp 500 miliar ke PAN dan PKS. Tercetuslah kemudian istilah jendral kardus.
"Prabowo ternyata kardus, malam ini kami menolak kedatangannya ke kuningan. Bahkan keinginan dia menjelaskan lewat surat sudah tak perlu lagi. Prabowo lebih menghargai uang ketimbang perjuangan. Jenderal kardus," ujar Andi Arief dalam akun Twitternya, Rabu (8/9).