Abraham Samad Beberkan Alasan Malaysia Kini Lebih Maju dari Indonesia

8 Desember 2018 16:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mantan Ketua KPK, Abraham Samad menjadi pembicara dalam kuliah umum yang digelar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (UGM), Sabtu (8/12). (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mantan Ketua KPK, Abraham Samad menjadi pembicara dalam kuliah umum yang digelar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (UGM), Sabtu (8/12). (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/Kumparan)
ADVERTISEMENT
Mantan Ketua KPK, Abraham Samad, berbicara banyak soal nasionalisme di hadapan ratusan mahasiswa dalam kuliah umum yang digelar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (UGM), Sabtu (8/12). Samad membeberkan bagaimana nasionalisme membawa Malaysia maju dalam bermacam hal terutama pendidikan.
ADVERTISEMENT
Dia menjelaskan, dahulu Indonesia lebih unggul daripada Malaysia terutama di bidang pendidikan. Ketika ia berkuliah di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar pada 1987, ada sekitar 10-20 persen mahasiwa Malaysia menuntut ilmu di kampus itu. Namun kini situasi jauh berbeda, di mana banyak mahasiswa Indonesia kemudian menuntut ilmu di Negeri Jiran.
“Malaysia lebih cepat (berkembang). Tahun 87 kuliah ada 10-20 persen datang di Unhas. Saya tidak bisa membayangkan perguruan tinggi di Jawa saat tahun 87 itu pasti banyak mahasiswa Malaysia,” kata Samad.
“Pada saat itu Malaysia belum ada apa-apanya. 20 tahun berselang kebalikan kita berbondong-bondong datang ke Malaysia,” imbuhnya.
Mantan Ketua KPK, Abraham Samad menjadi pembicara dalam kuliah umum yang digelar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (UGM), Sabtu (8/12). (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mantan Ketua KPK, Abraham Samad menjadi pembicara dalam kuliah umum yang digelar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (UGM), Sabtu (8/12). (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/Kumparan)
Lalu apa kunci kemajuan Malaysia? Menurut Samad, jawabannya adalah nasionalisme. Jawaban itu ia temukan sendiri saat terbang dari Indonesia-Malaysia-Filipina dengan menggunakan pesawat Malaysia Airlines beberapa waktu silam.
ADVERTISEMENT
Ketika itu Samad mendengar alunan lagu melayu saat hendak mendarat di Kuala Lumpur. Awalnya dia menganggap wajar karena saat itu pesawat sedang mendarat di wilayah Malaysia.
Namun Samad terkejut ketika kembali terbang dan mendarat di Manila, lagu kebangsaan Malaysia kembali terdengar. Dia penasaran mengapa lagu itu masih saja terdengar di 3 negara. Samad akhirnya memutuskan untuk menunggu pilot dan menanyakan langsung hal itu.
“Saya ketemu kapten pesawat, saya menunggu pilot. Saking penasarannya saya ketika itu pilot turun dan saya kenalan dengan pilot kejadian yang saya alami. Sangat menarik ketika mau mendarat ke Manila masih lagu melayu. Dia tetap memutar lagu melayu,” bebernya.
“Apa yang terjadi sebenarnya? Arti semua itu identitas. Apa maksudnya? Maskapai penerbangan pemerintahan adalah cerminan negara oleh karena itu ingin kasih tahu semua yang naik ini melayu inilah Malaysia,” ceritanya.
ADVERTISEMENT
Samad menuturkan bahwa pemutaran lagu melayu di Malaysia Airlines merupakan standar operasional yang harus dipatuhi. Jika tidak, maka pilot akan dipecat.
Menurut Samad kunci sukses Malaysia terletak dari rasa cinta pada identitas dan jati diri bangsa. Hal tersebut pula yang sudah sepatutnya diterapkan di Indonesia. Mengenal bangsa dan bangga akan jatidiri bangsa sendiri.
“Jati diri bangsa Indonesia. Anda tidak mungkin mencintai Indonesia kalau tidak tahu apa itu Indonesia,” tegasnya.