ACT Berlayar ke Papua, Bawa 100 Ton Bantuan Pangan untuk Warga Asmat

1 Februari 2018 11:01 WIB
ACT Salurkan bantuan di kabupaten Asmat. (Foto: Dok. ACT)
zoom-in-whitePerbesar
ACT Salurkan bantuan di kabupaten Asmat. (Foto: Dok. ACT)
ADVERTISEMENT
Organisasi Aksi Cepat Tanggap (ACT) menyalurkan 100 ton bantuan pangan ke Papua. Bantuan yang dibawa menggunakan kapal kemanusiaan (KK) ini disalurkan untuk warga Kabupaten Asmat, Papua, yang terdampak kejadian luar biasa (KLB) gizi buruk dan campak.
ADVERTISEMENT
Ragam pangan yang akan disalurkan, antara lain beras, biskuit bayi, susu cair, dan puluhan ton air dalam kemasan. Sejumlah pakaian bayi dan dewasa juga disalurkan, serta beberapa jenis vitamin, seperti asam folat A, kalsium, dan zat besi.
Vice President ACT Insan Nurrohman, mengatakan berbagai bantuan tersebut akan disalurkan untuk masyarakat di wilayah Distrik Agats, Kabupaten Asmat. ACT juga membawa serta 100 relawan bersama rombongan kapal kemanusiaan itu.
"100 relawan, termasuk tenaga paramedis dan ahli gizi, juga akan ikut dalam perjalanan kapal kemanusiaan menuju Papua dengan kapal terpisah," jelas Insan di Kantor ACT, Menara 165, Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Kamis (1/2).
Menurut Insan, rencananya kapal kemanusiaan ACT berangkat dari Merauke menuju lokasi kurang dari lima hari lagi. "Insyaallah bila tidak ada halangan, kapal akan berlayar pada Minggu (4/2) dari Merauke ke Agats," ucap Insan.
Penderita Gizi Buruk di Asmat (Foto: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
zoom-in-whitePerbesar
Penderita Gizi Buruk di Asmat (Foto: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Sementara itu, lanjut Insan, para relawan ACT sudah berada di Papua lebih dulu. "Saat ini beberapa tim dokter dan relawan ACT sudah ada di Papua sejak pekan ketiga Januari 2018," ungkap Insan.
Press Conference ACT Kapal Kemanusiaan Papua (Foto: Rafyq Panjaitan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Press Conference ACT Kapal Kemanusiaan Papua (Foto: Rafyq Panjaitan/kumparan)
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Moeloek, menyebut salah satu penyebab KLB gizi buruk dan campak di Papua adalah medan geografisnya yang sangat sulit. Hal itu tentu mempengaruhi cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan di sana.
ADVERTISEMENT
"Keterbatasan stok Bahan Bakar Minyak (BBM) di wilayah itu sangat mempengaruhi distribusi tenaga kesehatan ke distrik-distrik (kecamatan) terjauh," kata Nila pada Kamis (25/1) di Hotel Horison, Timika, Papua.
"Bagaimana pun juga permasalahan wabah campak dan Kejadian Luar Biasa (KLB) gizi buruk di Asmat merupakan tanggung jawab Kementerian Kesehatan," lanjut Nila.