Air di BKT Memang Tercemar, Tapi Belum Terlalu Bahaya

15 Januari 2018 17:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Permukaan air BKT berbusa.  (Foto: ANTARA/Aprilio Akbar)
zoom-in-whitePerbesar
Permukaan air BKT berbusa. (Foto: ANTARA/Aprilio Akbar)
ADVERTISEMENT
Aliran air di Banjir Kanal Timur (BKT) telah tercemar limbah. Limbah rumah tangga berbentuk busa memenuhi pintu air Weir 3 Marunda, Jakarta Utara.
ADVERTISEMENT
Kasudin Lingkungan Hidup Jakarta Utara, Slamet Riyadi, membenarkan hal tersebut. Menurut dia, busa yang ada di pintu air berasal dari sisa sabun atau deterjen dari pemukiman warga.
“Kalau dari kualitas air memang kita akui sudah tercemar. Cuma kan kita tidak tahu asal terbanyak limbahnya darimana,” kata Slamet saat dihubungi kumparan (kumparan.com), Senin (15/1).
Limbah busa di Jalur Banjir Kanal Timur (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Limbah busa di Jalur Banjir Kanal Timur (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
Slamet menjelaskan, pencemaran yang terjadi di KBT belum melewati ambang batas. Hal ini dibuktikan dengan adanya ikan yang hidup di sekitar pintu air.
“Kalau pencemaran logam berat, biasanya menyebabkan hewan-hewan di sekitar bisa mati. Tapi ini kan belum ditemukan ikannya mati secara masal. Belum terlalu bahaya,” jelasnya.
Slamet mengakui, pihaknya kesulitan jika harus mengawasi limbah yang datang dari rumah tangga. Karena aliran limbah rumah tangga berasal dari saluran-saluran kecil, kemudian ke saluran besar, dan berakhir di kali atau sungai.
ADVERTISEMENT
“Upaya kami hanya bisa mengawasi pabrik-pabrik saja. Kalau menelusuri sungai, kami susah,” ujarnya.
Sebelumnya diberitakan kumparan terdapat limbah busa di pintu air Weir 3 Marunda, Jakarta Utara. Busa memenuhi pintu air hingga 30 meter menuju hilir.