Al-Mustofa, Masjid Berusia 700 Tahun Karya Santri Sunan Gunung Jati

7 Juni 2018 14:37 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masjid Al Mustofa, Bogor (Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Masjid Al Mustofa, Bogor (Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan)
ADVERTISEMENT
Memasuki hari ke-22 Ramadhan, kumparan mengunjungi salah satu masjid di Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (7/6). Masjid tersebut bernama Masjid Al-Mustofa, kabarnya masjid ini telah berusia lebih dari 700 tahun dan tertua di Kota Bogor.
ADVERTISEMENT
Masjid Al Mustofa berada di kawasan Kampung Bantarjati Kaum, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat. Tampak dari luar, bangunan masjid ini tidak memiliki kubah.
Menurut Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), Mukti Natsir masjid ini tidak memiliki kubah karena bergaya arsitektur Banten.
"Kalau dilihat dari luar memang tidak ada kubahnya, itu ciri khas Banten," terang Mukti saat ditemui di Masjid Al Mustofa.
Mukti melanjutkan, Masjid Al Mustofa berdiri pada 8 Februari 1307 Masehi atau 2 Ramadhan 728 Hijriah oleh dua ulama keturunan Wali Songo--Sunan Gunung Jati, yakni Tubagus Mustofa Bakri dan Raden Dita Manggala. Tubagus Mustofa Bakri berasal dari tanah Banten dan Raden Dita Manggala dari Cirebon, yang kemudian menetap.
ADVERTISEMENT
"Masjid Al Mustofa didirikan oleh Tubagus Mustofa Bakri dari Banten dan Raden Dita Manggala dari Cirebon, tepatnya hari Jumat," terang Mukti.
Tubagus Mustofa Bakri (Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tubagus Mustofa Bakri (Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan)
Kemudian, kumparan mencoba memasuki Masjid Al-Mustofa. Masjid Al-Mustofa terdiri dari ruang utama untuk salah jemaah laki-laki dan ruang lain yang di sekat dengan kain hijau adalah ruang salat untuk permpuan.
Generasi ke-5 Tubagus Mustofa Bakri ini mengungkapkan masjid telah direnovasi. Pasalnya, jemaah semakin banyak. Ia mengungkapkan masjid ini semula berukuran sekitar 35X11 meter direnovasi menjadi sekitar 15x50 meter. Namun tidak mengubah bentuk masjid.
"Dulu mah cuman 35 x11 meter, kemudian tahun 2000-an ditambahi yang belakang jadi sekitar 15x50 meter," ungkapnya.
Di sisi lain, diketahui 5 tiang penyangga masjid saat ini, semula adalah kayu jati, sebab dimakan zaman maka diganti dengan beton.
Masjid Al Mustofa, Bogor (Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Masjid Al Mustofa, Bogor (Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sementara, nampak dipintu menuju ruang imam salat memperlihatkan garis-garis vertikal berjumlah 9. Mukti mengatakan guratan tersebut menyimbolkan Wali Songo
"Nah ini ada guratan-guratan 9 jumlahnya, ini simbol wali songo," jelasnya.
Tidak hanya itu, Mukti menyebut 5 pintu di sisi belakang masjid memiliki arti rukun Islam. Yakni syahadat, salat, puasa, zakat dan haji.
Al Quran teks khotbah Tubagus Mustofa Bakri (Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Al Quran teks khotbah Tubagus Mustofa Bakri (Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan)
Ia menambahkan, di masjid ini menyimpan peninggalan sejarah lainnya, yakni Al-Quran dan teks khutbah yang ditulis Tubagus Mustofa Bakri. Usia karya tangan Tubagus sejalan dengan Masjid Al-Mustofa.
"Ini ada Al-Quran dan teks khutbah yang ditulis tangan Tubagus Mustofa Bakri, bedanya Al-Quran cetakan sekarang dengan ini, kalau Al-Quran yang ditulis tangan enggak ada halamannya, tuh," paparnya sambil menunjukkan kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, air yang digunakan untuk berwudhu di masjid ini merupakan air berasal sumber mata air. Sumber mata air ini diketahui tidak pernah habis.
"Air buat wudhu dari sumber mata air, airnya enggak pernah habis, padahal juga banyak warga yang memanfaatkan untuk rumah tangga," ujarnya.
Masjid Al Mustofa, Bogor (Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Masjid Al Mustofa, Bogor (Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan)
Sekitar 200 meter dari masjid terdapat makam Raden Dita Manggala dan sejumlah makam keturunan Tubagus Mustofa Bakri. Sedangkan, makam Tubagus Mustofa Bakri di Makkah, Arab Saudi.
Kemudian, Mukti mengajak kumparan untuk mengunjungi makam tersebut. Sekitar 5 menit kumparan berjalan menuju makam Raden Dita Manggala.
kumparan terlebih dahulu melewati kebun, menyusuri sungai kecil dan melewati jalan yang menanjak untuk menuju makam Raden Dita Manggala. Makam Raden Dita Manggala satu komplek dengan makam warga setempat. Namun letak makam Raden Dita Manggala lebih menjorok ke dalam yang di sekitarnya juga terdapat makam keturunan Tubagus Mustofa Bakri serta para santrinya.
Makam keturunan dan santri Tubagus Mustofa Bakri (Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Makam keturunan dan santri Tubagus Mustofa Bakri (Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan)
"Itu makam Raden Dita Manggala dan yang di sana ada makam keturunan Tubagus Mustofa Bakri, yang lainnya makam santri-santrinya," terang katua MUI Bantarjati itu.
ADVERTISEMENT
Makam Raden Dita Manggala dan sejumlah makam disekitarnya memiliki nisan lancip dan kotak, Mukti menerangkan batu nisan yang lancip dan kotak ini merupakan ciri khas Bantn dan Cirebon.
"Nah, ini (batu nisan) ada lancipnya terus (batu nisan) yang lain kotak, itu khas Banten dan Cirebon," pungkasnya.
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah yang begitu dikenal oleh warga Cirebon ini lahir sekitar tahun 1450. Ia merupakan satu-satunya Wali Wongo yang menyebarkan Islam di Jawa Barat. Setelah berkelana menyebarkan Islam, Sunan Gunung Jati meninggal pada 1569, di usia 120 tahun.