Alasan BMKG Tak Beri Peringatan Tsunami Anyer

23 Desember 2018 3:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi pers BMKG mengenai gelombang tinggi di Selat Sunda. (Foto: Adhim Mugni Mubaroq/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi pers BMKG mengenai gelombang tinggi di Selat Sunda. (Foto: Adhim Mugni Mubaroq/kumparan)
ADVERTISEMENT
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan gelombang pasang air laut yang menerjang Pantai Anyer, Serang, Banten, adalah tsunami. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menduga perubahan permukaan air laut tersebut terjadi akibat aktivitas Anak Gunung Krakatau yang sudah meningkat sejak 21 Desember.
ADVERTISEMENT
Dwikorita lalu menjelaskan alasan pihaknya tidak memberikan peringatan bencana tsunami kali ini kepada masyarakat. Meski telah berkoordinasi dengan Badan Geologi --institusi penelitian, penyelidikan, dan pelayanan di bidang sumber daya geologi, vulkanologi dan mitigasi bencana geologi--, BMKG mengakui belum menghimpun data yang lengkap.
"Jadi tsunami yang terjadi bukan karena biasa dipantau BMKG, gempa dulu, baru tsunami. Kami cek tidak ada gejala seismisitas tektonik memicu tsunami. Kami butuh waktu, diduga akibat hal tersebut kemungkinan bisa langsung dan tidak langsung memicu tsunami," ujar Dwikorita dalam konferensi persnya di Kantor BMKG, Jakarta, Minggu (23/12).
Ditambahkan Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, tidak adanya peringatan BMKG juga disebabkan oleh jenis gempa yang kali ini terjadi. Selama ini, BMKG hanya bisa mendeteksi gempa yang berasal dari aktivitas seismik. "Karena tidak diakibatkan gempa tektonik, sedangkan ini diakibatkan gempa vulkanik," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, BMKG sudah memberikan warning soal adanya kemungkinan gelombang tinggi hingga Minggu pagi di perairan Selat Sunda. Namun, gelombang tinggi yang terjadi diduga akibat faktor cuaca.
Tak hanya di Pantai Anyer, tsunami yang berpusat di Selat Sunda ini juga dirasakan di Cilegon dan Lampung. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat setidaknya terdapat tiga orang tewas dan 21 orang lainnya luka-luka akibat bencana ini.