Alasan Bomber Libatkan Istri dan Anak: Sebagai Pesan Provokasi

16 Mei 2018 16:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diskusi FMB9 “Cegah dan Perangi Aksi Teroris” (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi FMB9 “Cegah dan Perangi Aksi Teroris” (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Aksi bom bunuh diri yang terjadi di Surabaya bisa dibilang cukup baru, karena melibatkan seluruh anggota keluarga dalam menjalankan aksinya. Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Solahudin, menilai dilibatkannya seluruh anggota keluarga ini merupakan pesan provokasi kepada teroris yang lain untuk memiliki semangat yang sama.
ADVERTISEMENT
"Pesan ini disampaikan kepada jaringan mereka, provokasi pada jaringan ekstremis. Anak-anak saja berani, perempuan, masa laki-laki enggak berani," kata Solahudin dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9 di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (16/5).
Solahudin mengatakan para pelaku teror juga memiliki wawasan tentang sebuah nilai berita. Mereka mengetahui bahwa aksi teror jika dilakukan dengan melibatkan perempuan dan anak akan mendapatkan perhatian yang luas, khususnya di dunia.
"Teroris butuh media untuk sebarkan rasa takut. Apakah teroris tahu tentang news value dan nilai berita? Tahu," ungkapnya.
"Maka (sekarang) modus menggunakan (melibatkan) anak dan perempuan. Karena kalau laki-laki dewasa (melakukan aksi) bom (itu) biasa. Kalau pelakunya ibu dan anak, itu baru luar biasa. Akan dapat coverage luas," paparnya.
ADVERTISEMENT
Solahudin juga menyebut, pelibatan perempuan dan anak dalam aksi terorisme juga dilakukan karena akan sulit bagi aparat untuk melakukan identifikasi.
Sebagaimana diketahui, aksi bom bunuh diri yang terjadi di Surabaya pada Minggu (13/5) dan Senin (14/5) masing-masing dilakukan oleh satu anggota keluarga.
Aksi bom bunuh diri yang dilakukan di 3 gereja di Surabaya dilakukan oleh Dita Oepriarto (46) beserta istri dan 4 anaknya, yang tewas dalam ledakan tersebut. Sementara bom yang meledak di rusunawa di Sidoarjo menewaskan Anton Ferdiantono (46), istri, dan anak perempuannya yang sulung. Bom ini tidak sengaja meledak.
Bom bunuh diri di Polrestabes Surabaya juga dilakukan oleh satu keluarga, yaitu Tri Murtiono (50), istri, dan ketiga anaknya. Namun, anak bungsunya selamat dari ledakan karena tidak dipasangkan bom pinggang oleh Tri Murtiono.
Keluarga Pelaku Teror  (Foto: Sabryna Muviola/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Keluarga Pelaku Teror (Foto: Sabryna Muviola/kumparan)
ADVERTISEMENT