Alasan Semarang Dipilih Jadi Lokasi Kunjungan David Beckham

30 Maret 2018 22:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
SMPN 17 Kota Semarang dipilih sebagai tempat megabintang sepak bola David Beckham mengampanyekan kegiatan anti-bullying pada Selasa (27/3) lalu. Aktivitas Beckham tersebut tidak lepas dari perannya sebagai seorang Duta Unicef sejak tahun 2005 lalu.
ADVERTISEMENT
Lalu mengapa Kota Semarang yang dipilih? Menurut Media Officer Unicef Indonesia, Kinanti Pinta, Kota Semarang dipilih merupakan lokasi program pilot anti bullying dan juga penerapan disiplin positif di sekolah.
"Program ini bekerja sama dengan Kementerian PPPA, Yayasan Nusantara Sejati, Yayasan Setara," ujar Pinta kepada kumparan (kumparan.com), Kamis (29/3).
Pinta menambahkan, secara umum praktik bullying di Indonesia masih tinggi. Ia menyebut sebanyak 18 juta anak Indonesia pernah mengalami bullying.
"Kalau pakai statistik, satu dari lima anak Indonesia mengalami bullying," tambahnya.
David Beckham bersama Sripun di Semarang. (Foto: Dok. UNICEF/UN0188666/Modola)
Pentingnya perlawanan terhadap bullying menurut Pinta memiliki banyak dampak negatif pada anak-anak yang mengalaminya. Antara lain adalah penurunan prestasi akademik dan faktor yang berkonstribusi terhadap penyebab anak putus sekolah.
"Selain itu (ada) gangguan mental pada siswa itu sendiri. Karena siswa tidak merasa aman dan nyaman untuk belajar," jelas Pinta.
ADVERTISEMENT
Pinta menambahkan, penunjukan sekolah merupakan rekomendasi dari Dinas Pendidikan Kota Semarang.
"Ada empat hal yang kami ajukan, pertama bukan sekolah ramah anak, kedua sekolah negeri, tiga sekolah ini jarang mendapat intervensi program, empat ada komitmen dari sekolahnya," ujar Pinta saat berbincang dengan kumparan, Kamis (29/3).
Menurut Pinta, bullying tidak melulu soal kekerasan fisik. Salah satu yang umum terjadi di SMPN 17 Semarang adalah bullying secara verbal yakni pemanggilan nama anak dengan nama orang tuanya.
"Itu adalah salah satu bentuk hinaan. Melalui kegiatan ini mereka jadi tahu cara mengatasinya. Jadi belajar berani pada bullying. Jika dibully jangan hanya diam," tutur Pinta.
Kinanti Pinta (Foto: Tomy Wahyu Utomo/kumparan)
Hal serupa juga diungkapkan oleh Sripun, siswi SMPN 17 Semarang yang merupakan Duta anti-bullying di sekolahnya. Sripun mengaku dirinya pernah mengalami bullying panggilan nama tersebut.
ADVERTISEMENT
"Pernah tapi aku ya digituin (memilih) diem wae. Aku bangga kok," kata Sripun di kesempatan terpisah.
Sementara itu, Hening Budiyawati dari Yayasan Setara mengatakan, masih dijumpai praktik bullying di sekolah-sekolah di Semarang.
"Saya kira kalau data angka belum tahu pasti, tapi kalau dari laporan yang masuk atau cerita anak-anak dari sekolah, praktik bullying (di Semarang) masih ada," kata Hening.
Dikutip dari Antara, pada 2016 sebanyak 84 persen siswa tingkat SD-SMP di Semarang menjadi korban bullying. Data tersebut diperoleh dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Semarang,