Anak-anak di Ghouta Ketakutan Luar Biasa Hingga Rambutnya Rontok

27 Februari 2018 13:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tragedi Ghouta (Foto: AFP/AMER ALMOHIBANY)
zoom-in-whitePerbesar
Tragedi Ghouta (Foto: AFP/AMER ALMOHIBANY)
ADVERTISEMENT
Keriangan dan kegembiraan masa kecil tidak lagi dirasakan oleh anak-anak di Ghouta. Kehidupan mereka diliputi ketakutan, desing peluru dan hantaman bom mewarnai keseharian mereka. Kematian mengintai setiap saat.
ADVERTISEMENT
Seorang ibu di Ghouta, Asia, mengatakan mereka harus berlindung di bawah tanah agar terhindar dari serangan. Bagi warga Ghouta, berjalan di permukaan sama saja cari mati.
"Kami tinggal di ruang bawah tanah, di bawah rumah yang setengahnya sudah hancur," kata wanita berusia 28 tahun ini, dikutip BBC.
Asia berlindung bersama tiga anaknya. Suaminya terbunuh oleh peluru rezim ketika berjalan ke tempat kerja. Anak-anaknya, kata Asia, hidup dalam ketakutan yang luar biasa. Saking takutnya, putrinya bahkan mengalami kerontokan rambut.
"Putri saya sakit. Rambutnya rontok karena dia sangat ketakutan," kata Asia.
Asia hanya satu dari ratusan ribu orang tua di Ghouta yang ketakutan memandang masa depan anak-anak mereka. Sepekan terakhir, Suriah menghantam Ghouta besar-besaran, salah satu yang terbesar dalam konflik tujuh tahun di negara itu.
ADVERTISEMENT
Jumlah korban tewas akibat serangan itu terus bertambah dari waktu ke waktu. Dalam lebih dari sepekan diperkirakan telah lebih dari 630 orang terbunuh dan 3.300 lainnya terluka sejak rezim Suriah Bashar Al-Ashad menyerang Suriah pada Minggu (18/2).
Tragedi Ghouta (Foto: AFP/ABDULMONAM EASSA )
zoom-in-whitePerbesar
Tragedi Ghouta (Foto: AFP/ABDULMONAM EASSA )
Lembaga pemantau konflik Suriah, Syrian Observatory for Human Rights, mengatakan rezim Suriah dan sekutunya, Rusia, melakukan 1.290 serangan udara ke Ghouta Timur dan meluncurkan 6.190 roket sejak pertengahan November 2017.
Data PBB pada Desember lalu mengidentifikasikan 3.853 rumah hancur, 5.114 rusak berat dan 3.547 bangunan rusak sedang di Ghouta.
Pada Minggu (18/2) hingga Rabu (21/2) dilaporkan terjadi 420 serangan udara dan 140 bom barel dijatuhkan di wilayah Ghouta Timur menggunakan helikopter. Kini, yang tersisa dari Ghouta hanyalah puing-puing bangunan, kepanikan warga sipil dan keresahan mereka yang berlindung di bawah bangunan runtuh.
ADVERTISEMENT
"Anda tidak bisa membayangkan betapa sulitnya situasi ini. Agar anak-anak bisa menjalani masa kecilnya denngan aman, Anda harus menjaganya di ruang bawah tanah. Anak-anak ini tak bisa keluar, bermain di kebun atau melakukan kegiatan lain," kata Mouayad, 29, ayah dua anak di Ghouta.
Harga pangan di wilayah itu meroket tajam karena kian langka. Harga sekerat roti di Ghouta 22 kali rata-rata nasional Suriah. Sebanyak 11,9 persen anak Ghouta berusia di bawah lima tahun mengalami malnutrisi akut.
Tragedi Ghouta (Foto: AFP/ABDULMONAM EASSA)
zoom-in-whitePerbesar
Tragedi Ghouta (Foto: AFP/ABDULMONAM EASSA)
Mouayad mengaku uang yang dipegangnya hanya cukup membiayai makan sekeluarga untuk beberapa hari ke depan.
"Untuk putra saya yang berusia tiga tahun, saya membuat roti. Untuk putri saya, saya mencari sapi untuk diambil susunya. Saya orang terpelajar. Saya bisa mencari uang untuk anak-anak saya. Tapi yang lain, keluarga lain, tidak bisa melakukannya," kata Mouayad.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan Asia, janda yang harus menghidupi anak-anaknya di tengah perang yang berkecamuk. Ayah dan saudara lelakinya telah tiada. Asia hanya bergantung pada belas kasihan para dermawan.
"Saya menerima uang untuk anak-anak dari organisasi yang membantu anak-anak yatim, tapi sayangnya itu tidak cukup," kata Asia.