Anak-anak Petobo yang Mulai Bangkit Melupakan Bencana

8 Oktober 2018 19:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Satu unit kendaraan tertimbun akibat gempa 7,4 pada skala richter (SR), di kawasan Kampung Petobo, Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
zoom-in-whitePerbesar
Satu unit kendaraan tertimbun akibat gempa 7,4 pada skala richter (SR), di kawasan Kampung Petobo, Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Permukiman di Petobo, Palu, menjadi salah satu lokasi paling dahsyat dihantam gempa 7,4 magnitudo pada Jumat (28/9) lalu. Tak kurang dari 744 rumah tenggelam digulung tanah yang bergerak menjadi lumpur.
ADVERTISEMENT
Manusia, kendaraan, hingga pepohonan roboh seketika dalam peristiwa yang disebut likuifaksi tanah. Fenomena itu turut dialami para anak-anak Petobo yang selamat dari bencana. Mereka dihantui trauma dan memori mencekam tentang area bencana yang hingga kini masih menimbun ratusan korban jiwa.
Memasuki hari kesepuluh pascabencana, perlahan dan pasti, warga mulai bangkit dari duka dan keterpurukan. Para orang tua di pengungsian Petobo juga kini tampak lebih bugar mengawali pagi. Sesekali senyuman dan tawa terlihat dari wajah mereka meski masih berada di tenda pengungsian.
Anak-anak warga Petobo, Palu. (Foto: Soejono Eben/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak warga Petobo, Palu. (Foto: Soejono Eben/kumparan)
Anak-anak pun kini mulai tidak takut lagi, rasa trauma yang ada perlahan mulai belajar dilupakan lewat pendampingan psikologis dari par relawan yang kini setia mendampingi mereka.
Canda dan tawa lepas terdengar jelas di telinga saat sekitar 30 orang anak-anak pengungsi dari Petobo berkumpul dalam sebuah tenda. Di tenda tersebut mereka dihubur dengan permainan, bernyanyi dan belajar bersama.
ADVERTISEMENT
Raja adalah salah satu dari puluhan anak-anak tersebut. Ia tampak semangat dan ceria mengikuti gerakan-gerakan dan nyanyian yang dipimpin oleh relawan Pekerja Sosial Anak, Kemensos RI.
Sesekali ia terbahak-bahak bersama teman di sampingnya dan teriak sekuat tenaga. Penuh suka cita, begitulah gambaran mereka.
“Senang sekali,” ujar Raja kepada kumparan, Senin (8/10).
Anak-anak warga Petobo, Palu. (Foto: Soejono Eben/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak warga Petobo, Palu. (Foto: Soejono Eben/kumparan)
Orangtua mereka juga turut tertawa menemani mereka berdiri disamping tenda. Mereka juga sesekali tertawa lepas melupakan semua masalah yang sedang melanda mereka.
“Ya senang ya, kita tertawa anak-anak kita juga tertawa. Meski begini kita cukup senang banyak yang peduli,” ujar Marta, salah seorang ibu yang berada di lokasi.
Namun sesekali kalau gempa susulan datang anak-anak ini masih takut dan trauma. “Masih takut sedikit,” ujar Raja.
ADVERTISEMENT
Tak hanya di pengungsian warga Petobo, di tenda pengungsian lainya seperti di kota Palu juga terlihat sama. Para anak-anak tertawa dan terlihat semangat belajar dalam tenda.
Mereka belajar mulai dari membaca dan menggambar didampingi oleh tutor-tutor yang ada. Antusias mereka juga cukup tinggi.
Zaki, bocah di Petobo, Palu. (Foto: Soejono Eben/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Zaki, bocah di Petobo, Palu. (Foto: Soejono Eben/kumparan)
“Mau menggambar mewaranai yang ini,” ujar Zaki sambil menunjukan gambarnya kepada kumparan di Posko pengungsian Dinas Sosial Provinsi, Sulawesi Tengah.
Zaki yang rumahnya hancur luluh lantak mengaku saat ini sudah tak takut lagi dengan gempa. Anak yang duduk di kelas dua SD ini mengaku sudah siap sekolah kembali kalau sekolah sudah buka seperti biasanya.
Kini di Palu beberapa warga sudah mulai kembali ke rumah mereka yang tak terdampak akibat gempa, namum yang rumahnya rusak berat terpaksa harus bertahan di tenda pengungsian.
ADVERTISEMENT
Data BNPB mencatat hingga saat ini sudah ada 1.948 orang yang meninggal dunia akibat gempa dan tsunami di Sulawesi. Sebagian besar jenazah dimakamkan secara massal.