Anggota BPD Karawang: Yang Sudutkan Prabowo Tak Diproses

4 Maret 2019 13:24 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Stiker Pepes di lingkungan tempat kampanye hitam di Karawang, Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Stiker Pepes di lingkungan tempat kampanye hitam di Karawang, Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Anggota BPD Karawang Nace Permana belakangan sibuk. Ia mondar-mandir dari Polres Karawang menuju kampung Bakan Maja, Karawang, Jawa Barat. Tiga relawan pendukung Prabowo-Sandi mendekam di tahanan karena menebar berita bohong di sana.
Ketiga orang itu pegiat Partai Emak-emak Pendukung Prabowo-Sandi (Pepes). Mereka adalah Engqay Sugiyanti, Ika Peranika, dan Citra Widianingsih. Aksi mereka mengetuk pintu warga terekam dalam video amatir seluler, tapi bukannya memberikan penjelasan visi-misi ketiganya justru menebar berita bohong.
“Tahun 2019, kalau dua periode, nggak bakalan ada suara azan. Kalau ada anak mengaji, nggak akan ada yang pakai kerudung. Sesama wanita bisa menikah, sesama laki-laki bisa menikah,” ucap mereka bertiga bersahutan seperti terekam dalam video yang beredar.
Nace mengumpulkan saksi. Ia yakin hal yang dilakukan tiga emak itu tergolong lumrah di masa kampanye. Toh, tak ada niat memfitnah, hanya salah arti saja.
“Hanya salah menyampaikan itu dan wajar-wajar saja dalam dunia politik ada ujaran seperti itu,” kata caleg partai Gerindra ini kepada kumparan, LSM Lodaya, Jalan Mangga, Karawang, Rabu (27/2).
Perlakuan polisi di tengah hiruk pikuk kampanye dinilainya tak adil. Mereka hanya memproses kasus-kasus yang menyudutkan Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Sedang berbagai pernyataan yang menyudutkan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tak terdengar kabarnya.
Lalu bagaimana Badan Pemenangan Daerah mengawal relawannya menjalani pidana, berikut wawancaranya dengan kumparan.
Nace Permana, caleg DPR RI dari Partai Gerindra. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Tiga orang ibu-ibu yang kemarin berkampanye hitam adalah anggota pepes?
(Anggota) Pepes. Pepes itu kan relawan (dan) ada jaringannya lah. Kesalahannya juga bukan seorang teroris, hanya salah menyampaikan itu dan wajar-wajar saja dalam dunia politik ada ujaran seperti itu. Toh pihak mereka (paslon 01) juga banyak tuh yang menyudutkan Prabowo.
Maksudnya dari pihak 01 juga melakukan hal yang sama kepada Prabowo di Karawang?
Ya banyak lah. Banyak yang menyudutkan Prabowo segala macam enggak diproses kan aneh. Terlepas itu dari perangkat partainya, atau hanya orang pro mereka (01) terus nyinyir ke 02 juga banyak. Tapi kita sudah sepakat dewasa lah udahlah itu urusan pilpres, masing-masing pilihan berbeda yaudah jangan jadi ujaran (kebencian). Toh ini yang mengunggah gede-gedean juga dari kelompok mereka.
Apakah setiap berkampanye Pepes ini berkoordinasi dengan BPD Prabowo-Sandi?
Enggak juga, enggak selamanya koordinasi sama kita. Jadi dia punya agenda sendiri, dan laporannya bùkan ke kita tapi ke pimpinannya (Pepes Pusat). Jadi tidak koordinasi dengan kita.
Lokasi tempat tinggal Engqay Sugiyanti, salah satu emak-emak yang melakukan kampanye hitam di Karawang. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Ada kampanye hitam dalam perbincangan ibu-ibu itu?
Enggak ada. Jadi (itu hanya) obrolan dengan tetangga, tetangganya kebetulan beda pilihan, ngobrol sama tetangga dan tetangganya itu (yg di dalam video) nanya emang alasannya apa saya harus memilih Prabowo? gitu. Yang salahnya di upload di media sosial.
Siapa yang mengunggah video itu?
Satu dari tiga (ibu) itu. (Tujuannya) karena sudah merasa bangga sudah melakukan itu, tapi kalau dari unsur pembicaraannya dia hanya menyampaikan bahwa Jokowi ini kan ada edaran dari Menteri Agama untuk tidak mengeraskan azan, PSI kan mau melegalkan LGBT, nah (tiga ibu) ini bilang apa mau mendukung yang seperti itu? Pembahasannya begitu.
Jadi video itu sebagai bentuk kebanggan mereka sudah mensosialisasikan Prabowo dihadapan pendukung paslon 01?
Iya (video) itu mereka sudah merasa bangga dia sudah mempengaruhi si abah ini. Itu yang saya sayangkan. Artinya katanya si bapak (dalam video) ini pemilih 01 katanya makanya didatangi.
Berarti daerah rumah itu adalah basis pendukung capres Jokowi-Ma’ruf Amin?
Basisnya katanya 01. Nah, Engqay ini kan tetanggaan dan enggak jauh dengan rumah si bapak ini, dia sengaja datang ke sana. 'Pak saya (dukung) Prabowo’. Memang gaya kampanye mereka door to door, datang ke pasar menyapa. Kalau beda pilihan selagi bisa di ajak memilih 02 ya mereka ajak.
Apakah Pepes ini memang bergerak ke kantong suara pemilih paslon 01?
Enggak juga. Kadang-kadang mereka punya tantangan ketika tetangganya pendukung 01, 'masa gue pendukung Prabowo tapi tetangga gue 01'. Akhirnya bujuk rayu itulah yang dia sampaikan, inilah 02 dan Prabowo. Sebenarnya dalam dialog itu tidak ada masalah menurut saya sah-sah aja.
Infografik Awas Kampanye Hitam. Foto: Dok. Kumparan
Apakah isu agama memang suka digunakan dalam kampanye politik di Karawang?
Kalau isu agama di Karawang relatif tidak walaupun terkotak-kotak juga umat tapi kalau isu agama ini sangat rentan, kalau jadi isu ke politik ya risikonya besar. Makanya kami sepakat enggak usah pakai isu agama karena ini politik murni politik.
Tapi ketiga ibu Pepes ini menggunakan isu agama?
Sebenarnya bukan sengaja isu yang disampaikan oleh mereka. Mereka itu obrolan dengan tetangga, tetangganya ini nanya kenapa harus pilih Prabowo? Nah dia sampaikan bahwa mungkin ada yang tidak terekam. Sebenarnya tetangganya tanya dan intonasinya memang intonasi daerah itu seperti itu, terkesan mendoktrin padahal bukan. Memang gaya bahasa daerah Karawang kan kasar juga, ada daerah-daerah kasar lah.
Seberapa sering BPD Prabowo-Sandi berkomunikasi dengan Pepes atau relawan lainnya?
Ya sebenarnya mereka hanya jalur koordinasi saja dengan kami. Karena mereka masing-masing punya struktur kan, kalau kami kan enggak bisa memerintah mereka apalagi mendoktrin mereka enggak bisa.
Sebenarnya jarang juga pertemuan dengan mereka karena yang jadi masalah kan mereka juga punya agenda masing-masing, punya segmen masing-masing, contoh Pepes ini kan segmennya emak-emak, door to door, ngobrol sesama emak-emak, terus menyampaikan pesan capres.
Memang beberapa kali lah kami akomodir mereka, jangan sampai mereka satu dukungan dengan kami tapi enggak pernah ketemu kan enggak etis juga. Kami hanya melihat, memantau, dan kadang-kadang kita memberikan pesan terkait dengan pelaksanaan capres sekarang ini jangan sampai ada ujaran yang merugikan pihak manapun. Karena musim sekarang ini kan musim gesekan.