Anthony Bourdain dan Cerita Mengenai Palestina hingga Rasialisme di AS

9 Juni 2018 12:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anthony Bourdain (Foto: ANGELA WEISS / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Anthony Bourdain (Foto: ANGELA WEISS / AFP)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pakar kuliner sekaligus presenter televisi kenamaan Anthony Bourdain meninggal dunia di usia 61 tahun. Koki asal Amerika Serikat itu tewas karena bunuh diri di Prancis pada Jumat (8/6) waktu setempat. Terlepas dari itu semua, kiprah Anthony tak terbatas pada dunia kuliner. Pria kelahiran 25 Juni 1956 itu juga dikenal atas sikapnya yang menyuarakan perdamaian di Palestina, serta dengan lantang menentang setiap kebijakan yang merugikan kaum tertindas.
ADVERTISEMENT
Kisah Bordain di bumi Palestina terjadi saat dirinya liputan bersama CNN di Israel pada 2013 lalu. Kala itu, dia menyusuri setiap inci wilayah Jalur Gaza yang setiap detiknya berpotensi untuk diledakkan tentara Israel. Di sana, Bourdain membaur dan berdialog dengan warga setempat, mengunjungi situs-situs keagamaan, serta tak lupa mencicipi kuliner rumahan khas rakyat Palestina.
Dari liputan yang dia hasilkan, Bourdain diganjar penghargaan oleh Muslim Public Affairs Council pada 2014 silam. Penghargaan itu diberikan atas keberanian Bourdain yang menyuarakan suara rakyat Palestina ke seluruh penjuru dunia. Saat menerima penghargaan itu, Bordian menyebut bahwa dunia harus segera menciptakan perdamaian di bumi Palestina.
“Dunia telah melihat banyak hal buruk pada rakyat Palestina. Tak ada yang lebih memalukan selain mencerabut mereka dari hak asasi dasar mereka. Rakyat Palestina bukan statistik. Hanya itu yang kami coba tunjukkan. Langkah kecil ini ditunjukkan untuk upaya pemahaman.” ucap Bourdain kala itu seperti dikutip The Guardian, Sabtu (8/6).
ADVERTISEMENT
Selang satu tahun usai menerima penghargaan itu, Bourdain dalam sebuah wawancara dengan Pete Dominick di saluran radio Sirius XM mengkritik kebijakan anti-imigrasi yang menyeruak sejak pencalonan Donald Trump. Kala itu, Bourdain dengan lantang mengatakan gagasan Trump untuk membangun tembok perbatasan Meksiko-AS sebagai hal yang konyol. Wawancara itu sendiri terjadi pada tahun 2015.
"Jika Trump mendeportasi 11 juta orang atau apa pun yang dia bicarakan saat ini, setiap restoran di Amerika akan ditutup," ujar Bourdain kala itu seperti dilansir Whasington Post, Jumat (8/6),
Chef Anthony Bourdain. (Foto: Instagram @anthonybourdain)
zoom-in-whitePerbesar
Chef Anthony Bourdain. (Foto: Instagram @anthonybourdain)
Dalam kesempatan lain, Bourdain pernah diwawancarai Majalah Ocean Drive pada 2016 mengenai tantangan terbesar yang akan dihadapi industri kuliner dunia. Saat itu, jawaban yang dilontarkan Borudain sangat mengejutkan . Dia menyebut tantangan yang mendera hingga kini itu berupa rasisme yang masih berurat mengakar dalam setiap kegiatan industri kuliner dunia.
ADVERTISEMENT
“Mengapa tak ada lebih banyak koki profesional Amerika keturunan Afrika dan tukang masak Amerika keturunan Afrika yang dipekerjakan di restoran menengah ke atas?" ucap Bourdain
Saat ini, Bourdain memang telah tiada. Namun api semangatnya yang selalu menyuarakan aksi aktivismenya di seluruh penjuru dunia akan tetap dikenang oleh seluruh penggemarnya. Selamat jalan, Bourdain.