news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

"Apakah Mendesak JK Jadi Cawapres Lagi, Tak Ada Tokoh Baru?"

3 Mei 2018 15:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Jokowi dan Wapres JK di Istana (Foto: Wahyu Putro/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi dan Wapres JK di Istana (Foto: Wahyu Putro/Antara)
ADVERTISEMENT
Politik sedianya tak melulu bicara kekuasaan, tapi soal regenerasi bagi munculnya tokoh-tokoh baru. Namun Pemilu 2019 sepertinya masih menjadi ajang pemain lama untuk bertarung.
ADVERTISEMENT
Selain peluang rematch Joko Widodo vs Prabowo, wakil presiden dua kali periode --Jusuf Kalla, juga sedang disiapkan untuk maju lagi mendampingi Jokowi di laganya yang ketiga, Pemilu 2019.
Adalah para simpatisan Jusuf Kalla yang sedang menyusun karpet bagi pencalonan JK mendampingi Jokowi. Mereka menggugat UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu ke Mahkamah Konstitusi (MK), yang dianggap bisa menjegal JK maju di Pemilu 2019.
Ketentuan yang digugat, pasal 169 huruf n, “Persyaratan menjadi calon Presiden dan Wakil Presiden adalah (n) belum pernah menjabat sebagai Presiden atau Wakil Presiden selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama.”
Kemudian pasal 227 huruf I menyebutkan, “Pendaftaran bakal pasangan calon sebagaimana dimaksud dalam pasal 226 dilengkapi persyaratan sebagai berikut: (i) surat pernyataan belum pernah menjabat sebagai presiden atau wakil presiden selama 2 kali masa jabatan dalam jabatan yang sama".
Sidang UU MD3 di Mahkamah Konstitusi (Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)
zoom-in-whitePerbesar
Sidang UU MD3 di Mahkamah Konstitusi (Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)
Sekalipun MK memutuskan JK bisa bertanding lagi, namun pencalonannya tidak mudah karena antrean cawapres Jokowi sudah berdesakan. Ada Ketum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) yang sangat berambisi, meski belum deklarasi. Ada Ketum Golkar Airlangga Hartarto sebagai pendukung dengan kursi terbanyak kedua.
ADVERTISEMENT
Lalu ada Ketum PPP Romahurmuziy yang sedang mencitrakan diri pemimpin milenial. Ditambah lagi daftar nama potensial seperti Moeldoko, Puan Maharani, Susi Pudjiastuti, hingga putra mahkota Cikeas yang masih punya peluang diusung, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Direktur Saiful Mujani Research Consulting (SMRC), Sirojudin Abbas, menyebut posisi cawapres sangat ditentukan atas kebutuhan Jokowi memenangkan Pilpres dan kebutuhan di pemerintahan periode kedua. Namun, JK diyakini kandidat moderat yang paling bisa diterima di parpol koalisi Jokowi.
Peta Politik Pilpres 2019 (Foto: Chandra Dyah Ayuningtyas/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Peta Politik Pilpres 2019 (Foto: Chandra Dyah Ayuningtyas/kumparan)
"Saya menduga kehadiran JK tak akan merusak koalisi, karena sejauh ini JK tokoh yang bisa diterima oleh banyak kalangan," ucap Sirojudin kepada kumparan (kumparan.com), Kamis (3/5).
Sirojudin merinci, misalnya Golkar dan pecahannya (NasDem, Hanura), relatif berhubungan baik dengan JK, dan JK bisa berhubungan sangat positif dengan tokoh-tokoh parpol itu, seperti Wiranto, Oesman Sapta dan Surya Paloh.
ADVERTISEMENT
Begitu juga dengan parpol Islam pendukung Jokowi, PKB dan PBB. Hubungan JK dengan kalangan Islam sangat baik. "Bagaimana pun juga Pak JK mantan anggota penasihat di NU. Jadi PKB dan PPP saya kira tidak akan keberatan," ujarnya.
"Dengan PDIP sudah jelas Pak JK sangat positif kerja samanya," imbuh Sirojudin.
Jokowi dan Jusuf Kalla (Foto: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi dan Jusuf Kalla (Foto: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Meski begitu, pertanyaan mendasar atas wacana JK kembali menjadi cawapres Jokowi adalah soal regenerasi. Sirojudin mempertanyakan tokoh alternatif yang bisa diusung mendampingi Jokowi.
Sirojudin meyakini elite parpol koalisi Jokowi memikirkan soal regenerasi. Pasalnya, siapapun yang diusung di 2019, diproyeksikan akan menjadi pemimpin dalam kontestasi berikutnya Pemilu 2024.
ADVERTISEMENT
"Usia tokoh menjadi penting karena ingin pastikan bahwa 2024 nanti ada peralihan generasi. Jadi soal keberlanjutan kepemimpinan nasional itu akan terjadi lebih setara," tuturnya.
"Kalau itu yang diharapkan, maka pilihan wapres yang saat ini 2019-2024 diharapkan bisa menyelesaikan periode generasi tua. Ya angkatan Bu Mega, JK, Prabowo, selesaikan di situ. Dan wapres nanti, diharapkan maju menjadi capres," pungkasnya.
JK Ingin Istirahat
Jusuf Kalla di Indonesia-Africa Forum 2018. (Foto: AFP/Sonny Tumbelaka)
zoom-in-whitePerbesar
Jusuf Kalla di Indonesia-Africa Forum 2018. (Foto: AFP/Sonny Tumbelaka)
Meski dorongan agar JK menjadi cawapres Jokowi lagi menguat, ditambah namanya masih moncer di survei, namun JK secara terbuka sudah menyatakan keengganannya berpolitik di usianya yang dua minggu lagi (15 Mei) tepat 76 tahun.
"Seperti saya katakan, saya sendiri tentu ingin istirahat dan apalagi masalah konstitusi sudah menetapkan hal seperti itu yang harus dua kali (maksimal menjadi wapres)," ujar JK," kata JK di kantor Wakil Presiden, Jakarta Pusat, Selasa (24/4).
ADVERTISEMENT
Meski, Ketua Korbid Pemenangan Wilayah Indonesia Timur DPP Golkar, Melchias Markus Mekeng, berharap usia tidak menjadi persoalan. Dia mencontohkan, fenomena Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat pada usia yang tidak lagi muda.
“Kepemimpinan itu tidak bisa diukur oleh usia. Donald Trump saja jadi Presiden Amerika di umur 70-an ke atas kan. Jadi ada banyak pemimpin di dunia saya kira yang seperti itu. Sehingga usia itu bukan persoalan,” kata Mekeng.
Lalu, akankah JK turun lagi di laganya yang ketiga? Tunggu saja.