Arab Saudi Minta Trump Batalkan Pengakuan Yerusalem Ibu Kota Israel

7 Desember 2017 9:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salman bin Abdulaziz (Foto: Alex Brandon/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Salman bin Abdulaziz (Foto: Alex Brandon/AFP)
ADVERTISEMENT
Kerajaan Arab Saudi mengecam keputusan resmi Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menyatakan negaranya mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Menurut Saudi, pernyataan Trump dan rencana pemindahan Kedutaan AS ke Yerusalem cacat sejarah.
ADVERTISEMENT
Melalui pernyataannya pada Rabu (6/11), Trump merombak sikap AS terhadap Yerusalem yang telah dipegang presiden negara itu selama 70 tahun. Para pendahulu Trump menolak memindahkan Kedubes AS ke Yerusalem karena risikonya sangat besar.
"Kerajaan sangat menyesalkan keputusan Presiden AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel," kata pernyataan resmi Kerajaan Saudi yang dikutip AFP, Kamis (7/12).
Menurut pemerintah Raja Salman, keputusan Trump itu bertentangan dengan "hak-hak permanen dan sejarah rakyat Palestina". Oleh karena itu, Saudi meminta Trump mempertimbangkan lagi dan membatalkan keputusannya tersebut.
"Kerajaan telah memperingatkan konsekuensi serius dari langkah yang tidak bertanggung jawab dan tidak bisa dibenarkan itu," ujar Saudi.
Trump memang tidak akan serta merta memindahkan Kedubes AS ke Yerusalem. Namun prosesnya sudah dimulai dan akan memakan waktu tahunan. Presiden AS sebelumnya, mulai dari Bill Clinton, George W Bush dan Barack Obama, bahkan menangguhkan rencana pemindahan Kedubes itu karena paham dengan bahayanya.
ADVERTISEMENT
Menurut Saudi, keputusan Trump juga menandai semakin pupusnya harapan damai yang telah dipupuk sejak zaman Barack Obama. Dengan pengakuan Trump, solusi dua negara terancam tamat.
"Langkah AS menunjukkan penurunan yang signifikan dalam upaya mendorong proses perdamaian dan pelanggaran terhadap sejarah Amerika yang selalu netral dalam isu Yerusalem," lanjut Saudi.
Kecaman juga datang dari sekutu AS lainnya, Jerman. Kanselir Angela Merkel mengatakan "tidak mendukung" keputusan Trump tersebut.
"Pemerintah Jerman tidak mendukung sikap ini karena status Yerusalem hanya bisa dirundingkan dalam kerangka solusi dua negara," kata juru bicara Merkel, Steffen Seibert.
Menteri Luar Negeri Jerman Sigmar Gabriel lebih jauh mengatakan langkah Trump ibarat "menyiram bensin di atas api", tidak membuatnya padam, malah semakin berkobar.
ADVERTISEMENT
"Kami berharap kekhawatiran ini akan mereda. Tapi yang kami hadapi saat ini sudah jadi masalah besar," kata Gabriel.