Aryo Djojohadikusumo: Gerindra Siap dan Uang Prabowo Cukup

15 April 2018 12:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Sosok lelaki necis muncul di lobi Senopati Suites, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Ia mengenakan kemeja putih lengan pendek sederhana khas Gerindra, tanpa logo partai tersemat di dada.
ADVERTISEMENT
Aryo Djojohadikusumo, legislator DPR yang juga Komisaris Arsari Group--kerajaan bisnis Djojohadikusumo, menghuni apartemen mewah 32 lantai yang menjulang di kawasan elite itu. Apartemen yang harga satu unitnya seharga minimal Rp 10 miliar, dan tarif sewa per bulannya sekitar Rp 50 juta.
Aryo Djojohadikusumo. (Foto: kumparan/Resnu Andika)
Hari sudah malam, tapi Aryo masih tampak segar. Ia tak terlihat lelah meski baru kembali dari Hambalang, Bogor. Seharian itu, Selasa (10/4), dia menghabiskan waktu di Hambalang, ikut sibuk menjelang Rapat Koordinasi Nasional Partai Gerindra.
“Gerindra 100 persen menginginkan Pak Prabowo,” ujarnya tanpa ragu, setelah kami duduk di lounge lantai 11, berbincang sembari sesekali menatap gemerlap cahaya ibu kota di ruangan bercahaya redup itu.
Mengobrol santai dari ketinggian di apartemen eksklusif, tawa Aryo tersembur kala topik bahasan sampai ke finansial Prabowo, pamannya yang kini dimajukan lagi oleh Gerindra sebagai calon presiden, mengulang perjuangan di 2014.
ADVERTISEMENT
Aryo menampik ragam kabar beredar yang menyebut keluarga Djojohadikusumo tak punya banyak kas di kantong, punya utang yang belum terbayar, bahkan bangkrut.
“Memang, kalau utang nol, itu nggak bener, karena saya masih belum lunasin utang mobil. Jadi keluarga Djojohadikusumo masih ada cicilan mobil,” ujarnya berseloroh.
Ia tampak gemar berkelakar. Saat memulai obrolan, misalnya, sadar kami membawa kamera, ia spontan bertanya, “Perut saya kelihatan maju, nggak?”
Berikut petikan wawancara kumparan dengan kemenakan Prabowo Subianto itu.
Gatot sempat sowan ke Prabowo untuk melamar jadi capres Gerindra dan bersedia menjamin pendanaan. Tanggapan Anda?
Kami sih senanglah banyak tokoh datang dan main-main ke rumah Pak Prabowo untuk bersilaturahmi. Saya masih ingat juga beberapa hari lalu Pak Prabowo ketemu dengan Pak Luhut Panjaitan having lunch. Komunikasi berjalan baik.
ADVERTISEMENT
Dengan PDIP kan waktu itu sempat gencar berita kemungkinan koalisi. Komunikasi pasti jalan teruslah, sampai sekarang. Tapi (Prabowo) maju calon presiden juga jalan terus. Apakah Pak Luhut akan bertemu lagi dengan Pak Prabowo, ya kita lihat nanti.
Pertemuan antara Prabowo dan Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan berlangsung Jumat (6/4) di sebuah restoran hotel bintang lima di Jakarta. Menurut Gerindra, pertemuan itu silaturahmi antarsesama eks militer dan bekas rekan bisnis, dan sudah beberapa kali dilakukan keduanya.
Sementara Presiden PKS Sohibul Iman, Minggu (15/4), mengatakan Luhut kerap diutus Jokowi untuk melobi Prabowo agar Prabowo mau menjadi cawapresnya. Sebagai imbalannya, Luhut menjanjikan semua ‘masalah’ Prabowo akan beres. Namun, ujar Sohibul, tawaran itu ditolak oleh Prabowo.
ADVERTISEMENT
(Soal dana), karena (Pileg dan Pilpres 2019 dilaksanakan) serentak, para caleg berkampanye bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tapi juga untuk calon presiden mereka. Ini membuat potensi kampanye pemilu kali ini lebih murah dibanding dulu.
Lipsus Ikhtiar Prabowo, Gatot membayangi. (Foto: Antara Foto/Saiful Bahri)
Kalau bantuan, ya kami sih senang sekali kalau ada tokoh-tokoh yang mau nyumbang bantu. Mosok kami tolak sih sumbangan dari orang.
Deddy Mizwar sempat bilang kalau Prabowo enggak punya duit. Itu benar?
ADVERTISEMENT
Saya harus cek dulu ya pernyataan beliau, karena ya menurut saya nggak juga, masih bisa beli belanjaan kok tiap minggu, masih bisa grocery shopping. Jadi ya nggak bokek juga.
Deddy Mizwar yang sempat mengikuti proses penjaringan Gerindra untuk Pilkada Jawa Barat persisnya mengatakan, “Pak Prabowo bilang, enggak punya uang untuk pilpres kali ini, juga pilgub. Dia (Prabowo) itu kan sahabat saya, udah enggak punya duit. Enggak minta uang sama saya kok.”
Sementara Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono membantah keras Prabowo tak punya duit untuk maju pilpres.
Desmond bilang logistik Prabowo cukup, tapi ayah anda, Hashim Djojohadikusumo, belum tentu punya duit untuk membiayai. Bagaimana?
ADVERTISEMENT
Sebagai anaknya (Hashim), saya paling senang baca komentar-komentar Bang Desmond. I really like him, sering nongkrong bareng. So, saya baca itu, saya apresiasi. Tapi karena kebetulan saya anaknya Pak Hashim, jadi saya melihat kondisinya seperti apa, ya kita lihat saja ke depannya seperti apa.
Kalau mau tanya (tentang) Pak Hashim, tanya beliau. Kalau saya, saya pasti bantu Pak Prabowo.
Hashim, di sela Rakornas Gerindra, mengatakan kesiapan modal untuk Prabowo maju pilpres adalah rahasia partai. “No comment dulu. Insya Allah, gitu aja. (Untuk Prabowo), semua saya dukung--tenaga, spiritual, opo-opo.”
Prabowo Butuh Modal Nyapres? (Foto: Basith Subastian/kumparan)
Jadi sudah siap tempur ya? Mesin partai, logistik modal?
ADVERTISEMENT
Kalau dari mesin politik, terbukti kalau kami sudah mengumpulkan, menggerakkan, dan mengerahkan segenap kekuatan--para kader, loyalis, pemuda-pemuda serikat, anggota--Partai Gerindra, kami bisa menang di salah satu pemilihan kepala daerah yang paling sengit, yaitu Pemilihan Gubernur DKI Jakarta
Jadi dari segi kekuatan partai, sudah cukup. Akan kita lihat nanti seberapa cukupnya di skala nasional di pemilihan gubernur tahun ini, 27 Juni 2018.
Kalau dari segi keuangan, inilah yang kita sayangkan dari pemilihan langsung demokrasi liberal seperti ini, di mana satu suara ya satu orang satu suara.
Bayangkan, seorang calon presiden harus blusukan di seluruh Indonesia. Di Indonesia ada 72 ribu desa, 8 ribu kecamatan, yang mesti dikunjungi dalam waktu tujuh bulan, 210 hari (waktu antara penetapan nomor urut 20 September 2018 ke pencoblosan 17 April 2019).
ADVERTISEMENT
Mosok sih bisa mengunjungi, blusukan, di 72 ribu desa atau dusun dalam waktu 7 bulan?
Apakah cukup uang? Insya Allah, cukup. Karena Gerindra kan sekarang jauh lebih besar daripada dulu. Dulu anggota DPR RI-nya 26 orang, sekarang 72. Dulu anggota DPRD dari Gerindra di seluruh Indonesia ada sekitar 500, sekarang sekitar 1.800 lebih.
Jadi segenap kekuatan ini, dan jangan lupa, ini pemilu serentak, jadi semua calon legislatif akan bergerak bersamaan dengan kampanye untuk calon presiden.
Prabowo dan Modal Jadi Presiden (Foto: Faisal Nu'man/kumparan)
Berapa sih kira-kira dana yang dibutuhkan seorang capres?
Yang pasti sih pemilihan presiden secara langsung nggak ada yang murah. Di seluruh Indonesia, tahun 2014 ada 560 ribu TPS. 560 ribu TPS itu perlu saksi untuk monitor suara, penghitungan suaranya. Satu saksi aja Rp 200 ribu. Jadi Rp 200 ribu kali 560 ribu TPS. Silakan hitung totalnya berapa.
ADVERTISEMENT
Untuk saksi aja udah lebih dari Rp 100 miliar. Jadi untuk cover TPS se-Indonesia aja perlu minimum Rp 100 miliar, bahkan 200 miliar. Hanya untuk itu (saksi).
Saya kasih contoh aja. Pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang jumlah penduduknya 10 juta, jumlah pemilihnya 7,2 juta, itu dana kampanye Anies-Sandi menghabiskan antara Rp 60-80 miliar.
Indonesia dengan jumlah penduduk 26 kali lipat, ya tinggal dihitung aja 80 kali 26. Itulah biaya kampanye yang ada di Indonesia. Itulah kenyataan yang ada saat ini, dan itu yang tidak bisa dipungkiri.
Ada perbedaan pendapat di internal Gerindra perihal pencapresan Prabowo?
Oh, pastilah ada. Perbedaan pendapat pasti ada. Saya kasih contoh, banyak orang bilang Pak Prabowo itu terlalu gemuk. Menurut saya, no, cukup gagah kok.
ADVERTISEMENT
Perbedaan pendapat selalu ada. I mean, people always think differently. Ada yang bilang Pak Prabowo harusnya istirahat, nggak perlu kampanye lagi. Ada yang bilang Pak Prabowo harusnya maju terus.
Tetapi melihat kondisi makro ekonomi kita yang jelek banget, bukan jeleklah, tapi mengkawatirkan, indikatornya menuju ke arah bahaya, ya (dia bersedia maju).
Sebelum Rakornas Gerindra, kenapa Prabowo kesannya maju-mundur untuk maju ke Pilpres 2019?
Sederhana saja, kami nggak maju, nggak mundur juga. Dengan angka yang ada saat ini, tidak ada satu pun partai yang bisa maju sendiri. Semuanya harus koalisi.
ADVERTISEMENT
Nah, karena inilah maka Pak Prabowo tidak bisa langsung segera mendeklarasikan maju. Karena kan, istilahnya, harus beli ‘tiket’ ya. Harga tiketnya kebetulan 112 kursi DPR (syarat minimal pencalonan capres-cawapres berdasarkan UU Pemilu).
Ini kan sekarang di dompet kami (Gerindra) cuma ada 73 kursi, perlu 39 kursi lagi. Jadi, bukannya kami maju atau mundur, tapi ada ambang batas (pencalonan) presiden dan kami ingin mengumpulkan koalisi sebanyak-banyaknya.
Saya kasih contoh, Gerindra dan PKS udah cukup (suara untuk mencalonkan capres), tapi belum diumumkan karena kami ingin mengumpulkan koalisi sebanyak-banyaknya.
Lipsus Ikhtiar Pamungkas Prabowo (Foto: AFP PHOTO/ROMEO GACAD)
Hingga kini, belum ada satu partai pun yang resmi mendeklarasikan diri sebagai mitra koalisi Gerindra. PKS lebih dulu menunggu keputusan Majelis Syuro-nya akhir April, meski telah memajukan 9 kader untuk ditimbang sebagai cawapres Prabowo.
ADVERTISEMENT
Pun begitu, Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono optimistis PKS dan PAN akan bergabung dengan Gerindra untuk mendukung Prabowo. Menurutnya, ada pula beberapa partai di pemerintahan Jokowi yang berniat untuk menyeberang ke Prabowo.
“PKS sudah pasti, ditambah partai dari pemerintah. Kami masih rahasiakan, pokoknya partai hijau dan merah,” kata dia.
Sementara Ketua DPP Gerindra Ahmad Riza Patria tampak terselip lidah, “Kan ada PAN ada PKB. Silakan cek ke partai-partai itu apakah ingin berkoalisi dengan Gerindra.”
Siapa kandidat cawapres Prabowo?
Yang paling cocok... oke, isu terbesar di 2019 adalah ekonomi, lapangan pekerjaan. Dan pertama kali dalam sejarah demokrasi liberal di Indonesia, ya katakanlah sejak 15 tahun terakhir, korupsi itu udah masuk tiga besar.
ADVERTISEMENT
Jadi sudah sangat jelas bahwa isu korupsi sangat penting. Tapi isu pekerjaan, lapangan pekerjaan, juga sangat penting. Kebutuhan hidup sangat penting. Jadi kriteria cawapresnya yang mengerti masalah-masalah itu. Siapa cawapresnya, ya simak teruslah.
Arief mengatakan, soal cawapres belum mencapai titik kesepakatan karena perlu lobi intensif dengan PKS dan PAN sebagai calon mitra koalisi Gerindra.
Survei Elektabilitas Prabowo (Foto: Basith Subastian/kumparan)
Ada kemungkinan Gerindra mengalah di posisi cawapres?
Gerindra ngalah jadi cawapres? Aduh, kasihan banget. Apakah Gerindra menerima posisi calon wakil presiden, apabila tidak bisa maju sendiri?
Ya mohon maaf, what a vice president can do? Emangnya wakil presiden bisanya ngapain? Gunting pita? Pak Prabowo tuh nggak ngejar posisi, Pak Prabowo tuh ngejar mandat…
Dan itulah masalah dengan pemerintah saat ini dan sudah waktunya ganti presiden 2019. Bukan wakil presiden, ya. Ganti presidennya 2019.
ADVERTISEMENT
Lipsus Ikhtiar Pamungkas Prabowo (Foto: AFP PHOTO/ROMEO GACAD)
------------------------
Ikuti terus laporan mendalam Ikhtiar Pamungkas Prabowo di Liputan Khusus kumparan.