Asian Para Games 2018 sebagai Representasi Pancasila

19 Oktober 2018 21:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penutupan Asian Para Games 2018 (Foto: Asian Para Games )
zoom-in-whitePerbesar
Penutupan Asian Para Games 2018 (Foto: Asian Para Games )
ADVERTISEMENT
Asian Para Games 2018 baru saja berakhir. Penutupan Asian Para Games 2018 yang berlangsung di Stadion Madya Gelora Bung Karno pada Sabtu (13/10) dimeriahkan artis ternama dari dalam dan luar negeri. Sebanyak 1.000 atlet, panitia INAPGOC, dan 2.000 volunter ikut berpartisipasi dalam kemeriahan penutupan Asian Para Games 2018.
ADVERTISEMENT
Walaupun telah berakhir, gelaran olahraga internasional untuk disabilitas ini meninggalkan momen yang patut dijadikan pelajaran. Bahwa rakyat Indonesia bisa bersatu dalam memberikan semangat bagi para atlet yang berjuang, apapun kondisi mereka.
Seorang atlet asal Jepang, Fujii, yang bertanding di cabang olahraga para sepeda, bahkan bisa merasakan semangat dari penonton Indonesia. "Penonton yang bikin saya semangat, Mereka teriak-teriak, menyuarakan yel-yel, dan memanggil nama saya. Itu yang bikin saya jadi semangat," ujar Fujii saat ditemui kumparan di sela-sela pertandingan beberapa waktu lalu.
Selain semangat dari warga Indonesia, Agung Prahara, Digital Marketing, Look & Feel INAPGOC, bahkan melihat bahwa penyelenggaraan Asian Para Games 2018 merepresentasikan Pancasila.
“Lantas sebagai tuan rumah akhirnya kita, Indonesia, mendapat sebuah pelajaran berharga yang lebih dari sekedar torehan prestasi di kancah Asia. Adalah kesetaraan dan tatanan konsep kemanusiaan, serta keadilan yang sesuai dengan apa yang tertuang di dalam Pancasila sebagai landasan bangsa Indonesia. Dimana hampir seluruh lini sila terjamah oleh sebuah kegiatan luar biasa ini,” sebut Agung dalam press release yang kumparan terima.
Para atlet negara tamu meninggalkan Jakarta setelah Asian Para Games 2018 usai. (Foto: Dok. Inapgoc)
zoom-in-whitePerbesar
Para atlet negara tamu meninggalkan Jakarta setelah Asian Para Games 2018 usai. (Foto: Dok. Inapgoc)
Menurutnya, sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan yang Maha Esa, menunjukkan bahwa manusia tidak bisa memberikan penilaian terhadap apa yang menjadi kekurangan dan kelebihan dari setiap manusia. Pada sila kedua, Kemanusian yang Adil dan Beradab dan sila ketiga, Persatuan Indonesia, tergambarkan dalam kegiatan Asian Para Games 2018 yang merupakan sebuah diorama di mana semua orang yang terlibat menggelorakan semangat kemanusian - mulai dari para suporter, panitia, serta relawan yang terlihat sangat antusias dan bersatu padu dalam mendukung dan menyemangati atlet yang memiliki disabilitas guna suksesnya acara tersebut.
ADVERTISEMENT
“Salah satu yang terkandung dalam pernyataan ini ialah mengutamakan kepentingan bangsa dan rakyat. Pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsinya telah mampu memberikan kesempatan kepada atlet penyandang disabilitas untuk berprestasi dan juga mengharumkan nama bangsa guna meningkatkan pandangan positif terhadap Indonesia,” ujar Agung menjelaskan sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan.
Sementara untuk sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, digambarkan melalui bagaimana Indonesia memberikan keadilan menyeluruh terhadap seluruh atlet yang berprestasi tanpa adanya diskriminasi terhadap kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh para atlet yang terlibat dan berprestasi.
Menurut Agung, Indonesia telah mampu memperlihatkan nilai-nilai bangsa di manapun dan kapan pun sebagai tuan rumah Asian Para Games 2018. Itulah mengapa, ia berani menyebut Asian Para Games 2018 adalah cerminan dari nilai-nilai Pancasila. Sangat membanggakan!
ADVERTISEMENT
Story ini merupakan hasil kerja sama dengan Asian Para Games 2018