Atasi Kebakaran Hutan, Pasukan Pemadam Reaksi Cepat Bikin Hujan Buatan

13 September 2019 19:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menko Polhukam Wiranto gelar rapat koordinasi bahas karhutla di Sumatera dan Kalimantan. Foto: Efira Tamara Thenu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menko Polhukam Wiranto gelar rapat koordinasi bahas karhutla di Sumatera dan Kalimantan. Foto: Efira Tamara Thenu/kumparan
ADVERTISEMENT
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih melanda sejumlah wilayah di Indonesia, seperti Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, hingga Sumatera Utara. Menkopolhukam Wiranto menjelaskan, berdasarkan data BMKG, puncak musim panas di titik-titik rawan api masih mungkin terjadi hingga pertengahan Oktober 2019.
ADVERTISEMENT
Dari hasil rapat, Wiranto menyampaikan BNPB bersama lembaga terkait sepakat membuat hujan buatan untuk meredakan karhutla. Sebanyak 42 helikopter disiagakan untuk mengangkut garam ke awan dengan kadar air yang cukup.
"Hujan buatan bisa dilakukan kalau ada awan di atas lokasi itu yang kadar airnya 75 persen. Tabur garam, pesawat terbang naik, tabur garam, hujan pasti turun. Tapi kalau awannya persentase kandungannya enggak sampai 75 persen, kita tabur garam enggak akan hujan," jelas Wiranto usai rapat koordinasi penanganan karhutla di Kemenkopolhukam, Jakarta Pusat, Jumat (13/9).
Pengendara sepeda motor menembus kabut asap pekat dampak dari kebakaran hutan dan lahan yang menyelimuti Kota Pekanbaru. Foto: ANTARA FOTO/Rony Muharrman
Untuk menjalankan rencana ini, pihaknya telah membentuk pasukan pemadam reaksi cepat (PPRC), yang akan membantu menyiapkan hujan buatan di titik-titik api dan wilayah sekitarnya yang terdampak.
ADVERTISEMENT
"Jadi kita sepakat untuk menyiapkan satuan tugas namanya PPRC, pasukan pemadam reaksi cepat. Kita siapkan pesawat di tempat-tempat kritis, dimuat di garam. BMKG laporkan awan cukup kuat, pesawat naik, langsung taburkan garam. Enggak usah nunggu, jadi siap," imbuh Wiranto.
Sementara itu, Wiranto mengatakan, pihaknya masih mencari jalan keluar bagi para peladang yang biasa membakar lahannya jelang musim hujan. Menurutnya, jika pelatihan dari korporasi tak cukup, maka mereka bisa beralih profesi menjadi tim pemadam kebakaran atau Manggala Agni.
Kabut asap menyelimuti Jembatan Siak IV di Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (13/9/2019). Foto: ANTARA FOTO/FB Anggoro
"Memang sudah beberapa tahun sudah kita lakukan, peladang kita lakukan tanpa bakar. Sudah kita minta korporasi untuk memberikan pelatihan, berapa alat berat untuk membuka lahan tidak dengan dibakar. Tapi memang enggak cukup untuk memenuhi peladang yang jumlahnya banyak," tuturnya.
ADVERTISEMENT
"Tadi dilaporkan banyak peladang yang ekonominya rendah. Kalau bantuan alat enggak ada, dia enggak boleh bakar lahan, ya makin miskin di daerah. Jadi, jalan keluarnya jadi bagian dari Manggala Agni. Jadi dapat insentif, jadi dapat gaji, jadi hidupnya dari situ, pemadam kebakaran," tutupnya.
Upaya pemadaman karhutla di titik-titik api terus dilakukan pemerintah bersama TNI-Polri dan personel terkait lainnya. Sebanyak 36 helikopter juga disiapkan akan menjatuhkan air yang dibawanya (water bombing) untuk mematikan titik-titik api.