Awal Kisah Tak Ada Nama Jalan Gajah Mada di Jawa Barat

3 Oktober 2017 17:01 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gajah Mada. (Foto: Gunawan Kartapranata/wikimedia commons)
zoom-in-whitePerbesar
Gajah Mada. (Foto: Gunawan Kartapranata/wikimedia commons)
ADVERTISEMENT
Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X, Gubernur Jawa Barat Ahmad Herryawan, dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil meresmikan nama baru untuk Jalan Ring Road Yogyakarta pada hari ini, Selasa (3/10). Jalur melingkar sepanjang 36,73 kilometer itu kini bernama Jalan Siliwangi, Jalan Pajajaran, Jalan Majapahit, Jalan Ahmad Yani, Jalan Prof Dr. Wiryono Projodikoro SH, dan Jalan Brawijaya.
ADVERTISEMENT
Momen itu dianggap menandai berakhirnya perselisihan antara suku Sunda dan Jawa. Sebelum pergantian nama jalan ini, tidak ada nama jalan berbau Majapahit di Jawa Barat. Sebaliknya, tidak ada nama jalan berbau Sunda di Jawa Timur dan Yogyakarta.
Ketegangan antara Sunda dan Jawa hingga berdampak ke masalah penamaan jalan, berawal dari abad ke-14. Kala itu terjadi Perang Bubat, pertikaian antara Kerajaan Sunda dan Kerajaan Majapahit.
Peristiwa tersebut menurut beberapa riwayat, Perang Bubat berawal dari niat Raja Majapahit Hayam Wuruk ingin memperistri Putri Kerajaan Sunda, Dyah Pitaloka. Niat Hayam Wuruk ditanggapi sinis Kerajaan Sunda. Mereka curiga Majapahit hanya ingin memperluas kekuasaan mereka hingga ke Jawa Barat. Apalagi, Patih Majapahit saat itu, Gajah Mada sudah melontarkan sumpah palapa (menyatukan seluruh wilayah Nusantara dalam satu kerajaan).
ADVERTISEMENT
Situasi semakin runyam karena Hayam Wuruk meminta Kerajaan Sunda mengirim Dyah Pitaloka ke Majapahit. Padahal, dalam adat masa itu, rombongan mempelai laki-laki yang harus menyambangi calon pengantin perempuan untuk melamar.
Akhirnya Kerajaan Sunda mengirimkan utusan ke Majapahit. Rombongan itu dipimpin Linggabuana.
Namun, dalam perjalanan mereka bertemu pasukan Gajah Mada. Pertemuan menimbulkan kesalahpahaman dan berujung dengan pertempuran. Rombongan Linggabuana pun tewas.
Setelah Linggabuana tewas, Dyah Pitaloka bunuh diri. Dia melakukan ritual bela pati, bunuh diri untuk menyelamatkan kehormatan bangsanya dan mencegah diperkosa. Tindakan putri Sunda itu diikuti para perempuan di kerajaan tersebut.
Peristiwa itu pun dinamakan Perang Bubat karena terjadi di daerah Pesanggrahan Bubat. Setelah kejadian itu, Hayam Wuruk sempat meminta maaf dan meminta seorang seniman Bali untuk membuatkan syair Kidung Sunda. Tujuannya agar peristiwa itu dikenang dan diambil hikmahnya.
ADVERTISEMENT
Namun, peristiwa itu terus dikenang dan terus menimbulkan ketegangan antara Sunda dan Jawa.
Sebelum pergantian nama Jalan Ring Road Yogyakarta, di Kota Bandung tidak ditemukan jalan bernama "Gajah Mada" atau "Majapahit". Meskipun Gajah Mada dianggap sebagai tokoh yang cukup berpengaruh dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Kebanyakan rakyat Sunda menganggapnya tidak pantas akibat tindakannya yang dianggap tidak terpuji dalam tragedi ini.
Jalan Siliwangi dan Pajajaran di Yogyakarta (Foto: Dok. Pemkot Bandung)
zoom-in-whitePerbesar
Jalan Siliwangi dan Pajajaran di Yogyakarta (Foto: Dok. Pemkot Bandung)