Awal Mula Program Nuklir di Korea Utara

12 Juni 2018 7:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kim Jong Un dan senjata nuklir Korea Utara (Foto: North Korea's Korean Central News Agency (KCNA)/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Kim Jong Un dan senjata nuklir Korea Utara (Foto: North Korea's Korean Central News Agency (KCNA)/Reuters)
ADVERTISEMENT
Karena nuklir, Korea Utara diembargo dan terpuruk secara ekonomi. Karena nuklir pula, Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong-un kini berada di Singapura untuk bertemu dengan Presiden AS Donald Trump.
ADVERTISEMENT
Bagaimana sebenarnya awal mula program nuklir di negara tetangga Korea Selatan itu?
Program nuklir di Korea Utara terlahir sejak terjadinya Perang Dingin antara AS-Uni Soviet. Di saat yang sama, Kim Il-sung --pemimpin Korut 1948-1994 sekaligus kakek Kim Jong-un-- tengah menghadapi perang dengan Korsel.
Kala itu, tepatnya 1950, Il-sung yakin bahwa negaranya perlu berlindung dari ancaman AS. Mengetahui ini, Uni Soviet berinisiatif untuk membantu sekutu komunisnya itu mendapat sumber daya persenjataan.
"Kamu kekurangan senjata, ya?" tanya Josef Stalin, mantan Sekjen Partai Komunis Uni Soviet kepada Kim, dikutip dari Time, Senin (11/6).
"Kami akan kasih (senjata) ke kalian. Kalian harus lawan orang-orang selatan itu," ucap Stalin.
Lantas Il-sung mulai bergerak mengumpulkan senjata untuk mencegah serangan AS. Hingga saat Perang Korea berakhir di 1953, Il-sung merasa perlu memiliki nuklir setelah Presiden AS Dwight D. Eisenhower menyebut senjata itu penting untuk mengakhiri konflik.
ADVERTISEMENT
Contohnya Perang Dunia II, berakhir setelah AS menjatuhkan bom nuklir ke kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang.
Kim Il Sung. (Foto: Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Kim Il Sung. (Foto: Reuters)
Uni Soviet kemudian menawarkan diri untuk membantu Korut mengembangkan kapasitas nuklirnya.
Pada 1963, Korut menjadi salah satu negara yang menolak perjanjian pelarangan nuklir yang digagas oleh Presiden AS John F. Kennedy. Dua tahun kemudian Korut justru memiliki reaktor nuklir pertamanya.
Pemahaman Korut bahwa mereka bisa berlindung di balik program nuklirnya, terbawa hingga 1990-an ketika Uni Soviet bubar dan Kim Il-sung wafat pada 1994. Korut begitu mengandalkan nuklir yang diyakini dapat menumbangkan AS.
Korut yang sempat tergabung dalam Perjanjian Nonproliferasi Senjata Nuklir (NPT) itu memutuskan keluar pada Januari 2003. Empat bulan kemudian Kim Jong-il --Pemimpin Tertinggi sejak 1994-2011 sekaligus ayah Kim Jong-un-- menyatakan pihaknya memiliki senjata nuklir.
ADVERTISEMENT
Kim Jong Il (Foto: Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Kim Jong Il (Foto: Reuters)
Uji coba peluncuran nuklir pertama pun dilakukan pada 2006. Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) lantas menjatuhkan sanksi kepada Korut. Tak kapok, Korut kembali uji coba nuklir pada 2009 yang disambut dengan sanksi baru dari PBB.
"Kami akan lanjutkan uji coba nuklir dan peluncuran roket jarak jauh dan AS --musuh rakyat Korea-- sebagai targetnya," tegas Komisi Ketahanan Korut ketika itu, dilansir CNN.
Benar saja, pada 2013 di bawah pemerintahan Kim Jong-un, Korut kembali meluncurkan uji coba nuklir ketiga. Tentu uji coba ini disambut dengan sanksi dari PBB.
Sejak itu, senjata nuklir Korut kian berkembang. Puncaknya pada 2017 saat Kim mengumumkan pihaknya memiliki rudal antarbenua "yang bisa mencapai tempat manapun di dunia".
Lantas, akankan pertemuan Kim dengan Trump berhasil menghentikan ambisi Korut memiliki senjata nuklir?
ADVERTISEMENT
Saksikan ulasan lengkap kumparan soal pertemuan Kim dan Trump di topik Kopdar Kim-Trump.