Azyumardi Azra Minta Buzzer Ditertibkan: Tak Kondusif, Memicu Konflik

6 Oktober 2019 18:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Buzzer Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Buzzer Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Kehadiran sejumlah akun di media sosial yang keras mendukung atau menolak seluruh kebijakan pemerintah dinilai kurang elok. Bahkan, akun-akun buzzer yang kemunculannya meledak saat Pemilu itu, cenderung menimbulkan situasi yang tak kondusif.
ADVERTISEMENT
Salah satunya diakui oleh Guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Azyumardi Azra. Dia menilai aktivitas buzzer yang antikritik di sosial media seharusnya dihentikan.
"Ya, saya kira buzzer-buzzer itu ditertibkan-lah, karena kemudian bisa menciptakan situasi yang tidak kondusif dalam masyarakat, bisa menciptakan konflik sosial, konflik horizontal," kata Azyumardi di Hotel Bidakara, Jakarta, Minggu (6/10).
Sebab, menurut Azyumardi, kelakuan para buzzer dalam menyampaikan pendapat di media sosial kerap berbeda dengan kenyataan, alias jauh dari fakta. Para buzzer tak jarang bergesekan dengan masyarakat yang tak sepaham dengan pemikiran mereka.
Azyumardi Azra Foto: Antara
"Bukan kadang-kadang, dalam banyak kasus, buzzer itu tidak terkendali, dan lebih sering mengemukakan pendapatnya sendiri, spekulasinya sendiri dari fakta yang sebenarnya," katanya.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, dia mengimbau, tak hanya buzzer pro-Jokowi, buzzer penentang Jokowi hendaknya berhenti saling memprovokasi. Pasalnya, menurut Azyumardi, ulah buzzer hanya menimbulkan konflik besar di masyarakat.
"Buzzer dari mana pun, apakah yang pro-Jokowi yang anti-Jokowi, saya kira berhentilah dalam menyebarkan hal-hal yang tidak perlu itu, karena menimbulkan konflik yang bisa meluas di dalam masyarakat kita," pungkasnya.
Sebelumnya, Kepala Staf Presiden Jenderal (Purn) Moeldoko mengakui adanya buzzer pemerintah. Moeldoko lalu meminta agar buzzer-buzzer tak menjelek-jelekkan satu pihak, dan perlu mengubah diksi yang tepat dalam menyampaikan pendapat.
"Menurut saya yang paling penting perlu ada kesadaran bersama-lah kita semuanya menurunkan tensi, kemudian kita tata ulanglah cara berkomunikasi," kata Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (3/10).
ADVERTISEMENT