Bahasa Jawa di Mata Londo: Sedikit Kata Kotornya

25 Februari 2019 14:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Timo Scheuneman WNA berdarah Jerman yang fasih berbahasa Jawa. Foto: Instagram/@timo_scheunemann
zoom-in-whitePerbesar
Timo Scheuneman WNA berdarah Jerman yang fasih berbahasa Jawa. Foto: Instagram/@timo_scheunemann
ADVERTISEMENT
“Bahasa Jawa itu bahasa ibu (saya). Walaupun ironisnya, ibu saya bukan ibu Jawa, papa-mama saya kan seratus persen Jerman,” kata Timo Scheunemann.
ADVERTISEMENT
Berbincang dengan kumparan melalui sambungan telepon, Senin (18/2), suaranya terdengar renyah. Sesekali pelatih sepak bola ini menggunakan Bahasa Jawa, kemudian menerjemahkannya dalam Bahasa Indonesia.
Timo menjadi buah bibir beberapa waktu yang lalu. Kefasihannya dalam berbahasa Jawa dipuji banyak orang. Tak cuma penguasaan kosakata, medoknya pun khas orang Jawa. Orang bisa terkecoh bila hanya mendengar suara Timo. Padahal penampilannya londo--sebutan orang Jawa bagi orang asing berkulit putih--tulen.
Pria berkebangsaan Jerman ini lahir di Kediri, Jawa Timur, 45 tahun lalu. Dia menyerap kemampuan berbahasa Jawa di Malang, Jawa Timur, tempatnya dibesarkan. Timo sempat lima tahun kuliah di Amerika Serikat.
Namun, kemampuan berbahasa Jawanya tak luntur. Malah, ia mengaku lebih fasih berbahasa Jawa ketimbang Jerman.
ADVERTISEMENT
“Kalau di rumah, bahasanya campur, Bahasa Jawa sama istri, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris sama anak-anak yang Bahasa Jerman agak sulit saya,” ungkap Timo, yang kini menetap di Malang.
Baginya, Bahasa Jawa punya keistimewaan dibanding bahasa lain. Bahasa Jawa bisa mengungkapkan kesopanan dengan cara berbeda. Timo merujuk Ragam Ngoko dan Ragam Krama dalam Bahasa Jawa.
Kedua ragam itu memiliki kosakata dan penggunaan yang berbeda. Ngoko digunakan ketika berbicara dengan teman sebaya. Sementara Krama digunakan orang yang lebih muda kepada yang lebih tua sebagai bentuk kesopanan. Ada hal lain yang membuat Timo terkesan.
“Bahasa Jawa tidak banyak kata kotor. Kalau jengkel pakai kata jangkrik (binatang), atau ndasmu (kepalamu), matamu, rai-mu (wajahmu), itu semua bukan kata jorok,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Timo juga punya kepedulian besar dengan Bahasa Jawa. Dia prihatin dengan penggunaan Bahasa Jawa di kalangan anak muda. Pamor Bahasa Jawa justru mulai tergerus bahasa asing.
“Itu harus dicegah, anak muda bisa Bahasa Inggris bagus, itu tapi jangan meninggalkan Jawanya,” ungkap Timo.
Simak selengkapnya Menghidupkan Bahasa Jawa dalam tautan di bawah ini.