Balita Waqi Harus Periksa di 4 Poli untuk Obati Penyakit Kulit Ekstrem

2 Maret 2018 11:49 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Donasi online kumparan (Foto: Muhammad Faisal Nu,man/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Donasi online kumparan (Foto: Muhammad Faisal Nu,man/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sudah setahun lebih balita bernama lengkap Muhammad Waqi Al Razabi harus menahan perih dan gatal akibat penyakit kulit ekstrem yang dideritanya. Setiap hari begitu banyak darah berceceran dari kulitnya yang terluka dan mengelupas. Waqi harus menahannya sepanjang waktu.
ADVERTISEMENT
Luka-luka ini menggerogoti hampir sekujur tubuhnya, bahkan hingga ke bagian muka. Dokter menyebut Waqi menderita penyakit autoimun pemfigoid bulosa. Autoimun adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan, namun bisa dicegah agar tidak kambuh. Hanya saja saat kambuh, penanganannya juga tidak sederhana.
Waqi, balita penyandang kelainan kulit (Foto: Andreas Ricky Febrian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Waqi, balita penyandang kelainan kulit (Foto: Andreas Ricky Febrian/kumparan)
Penyakit kulit ekstrem ini mulai dirasakan oleh Waqi ketika usianya menginjak 7 bulan. Sejak saat itu, obat-obatan sudah menjadi makanan wajib baginya. Tak terhitung berapa kali Waqi bolak-balik ke rumah sakit. Dari klinik di Bogor, puskesmas, RSUD Ciawi, hingga RSCM Jakarta Pusat, sudah didatanginya.
Ibunda Waqi, Eti (39), menyebut saat ini putra ketiganya itu sedang menjalani perawatan di 4 poli di RSCM, yakni Poli Imunologi, Poli Kulit, Poli Anak, dan Poli Mata. Penyakit utama Waqi, pemfigoid bulosa, diperiksa di Poli Imunologi. Namun efek samping dari obat-obatan yang dikonsumsi Waqi bisa berdampak ke bagian tubuhnya yang lain, salah satunya adalah mata.
ADVERTISEMENT
"Hari Selasa (20/2) sudah cek ke Poli Mata karena dokter di Poli Imunologi khawatir obat steroid yang diminum Waqi berdampak ke mata," ujar Eti saat berbincang dengan kumparan (kumparan.com), Jumat (3/2).
Luka di tubuh bayi Waqi (Foto: Dok. Eti)
zoom-in-whitePerbesar
Luka di tubuh bayi Waqi (Foto: Dok. Eti)
Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, sejauh ini mata Waqi tidak bermasalah. Namun dia harus mengecek kembali dalam tiga bulan ke depan.
Di Poli Kulit, Waqi harus mengecek kondisi kulitnya, terlebih kadar hemoglobin di dalam tubuhnya rendah, yakni hanya 9. Kemudian di Poli Anak, Waqi diperiksa tumbuh kembangnya karena di usianya yang menginjak 2 tahun, dia masih belum bisa berjalan dan berat badannya masih terlalu ringan dibanding anak seusianya.
"Selasa (6/2) nanti saya bawa Waqi ke RSCM lagi untuk ke lab. Besok diperiksa darah untuk ke Poli Kulit," ujarnya.
Luka di tubuh bayi Waqi (Foto: Dok. Eti)
zoom-in-whitePerbesar
Luka di tubuh bayi Waqi (Foto: Dok. Eti)
Meski demikian, Waqi dengan segala keterbatasannya, tetap bersemangat untuk tumbuh normal seperti teman-teman seusianya. Dia kerap mencoba merangkak dan mengangkat kaki karena tak sabar ingin berjalan, meskipun luka di kakinya sangat menyiksa.
ADVERTISEMENT
"Lukanya yang paling parah sekarang di kaki. Tapi dia ngakalin sendiri kayak udah enggak sabar pengin bisa jalan, dia ngesot tapi kakinya diangkat," tutur Eti.
Eti kerap tak tega melihat penderitaan anaknya. Dokter menyarankan agar Waqi mengenakan baju tipis dan lengan pendek untuk mengurangi gesekan kulit yang terluka dengan kain. Tapi Eti tak tega karena cuaca di Bogor dingin. Terlebih jika harus ke rumah sakit, kulit Waqi akan semakin terpapar udara dan menambah gatal jika mengenakan baju lengan pendek.
"Kalau pakai baju pendek dia makin sering garuk-garuk. Lukanya jadi makin parah, saya enggak tega. Ya dilema juga," katanya.
Bayi Waqi dan ibunya (Foto: Nesia Qurrota A'yuni/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bayi Waqi dan ibunya (Foto: Nesia Qurrota A'yuni/kumparan)
Eti memanfaatkan BPJS untuk mengobati penyakit Waqi. Namun banyak kebutuhan yang tidak ter-cover BPJS, seperti vitamin, susu, biaya tes darah, peralatan medis untuk membersihkan luka Waqi, hingga biaya transportasi Bogor-Jakarta setiap kali berobat.
ADVERTISEMENT
Eti mengandalkan pemasukan dari suami yang bekerja sebagai tukang servis elektronik. Penghasilannya tidak menentu, paling banyak sekitar Rp 600 ribu per bulan. Terlebih selain Waqi, Eti dan suami juga memiliki 2 anak lain yang masih duduk di bangku sekolah.
kumparan melalui kitabisa.com menggalang dana untuk mengurangi penderitaan Waqi. Balita ini memiliki hak untuk hidup normal dan sehat seperti teman-teman seusianya. Semangatnya untuk melawan rasa sakit juga patut diacungi jempol. Bagi Anda yang tergerak untuk membantu Waqi, dapat menyalurkannya di sini atau dalam tautan berikut: