Bangladesh Mulai Pulangkan Rohingya ke Myanmar

15 April 2018 14:20 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengungsi Rohingya (Foto:  dok : Flickr / LOST HOPE)
zoom-in-whitePerbesar
Pengungsi Rohingya (Foto: dok : Flickr / LOST HOPE)
ADVERTISEMENT
Pemerintah Bangladesh mulai memulangkan para pengungsi Rohingya korban genosida ke Myanmar. Pemulangan ini tetap dilakukan kendati mendapatkan peringatan dari PBB soal kondisi keamanan yang belum stabil di Rakhine.
ADVERTISEMENT
Diberitakan AFP, pemulangan mulai dilakukan pada Sabtu (14/4). Repatriasi ini sebenarnya telah direncanakan sejak Januari lalu, namun berkali-kali ditunda karena persiapan belum rampung. Gelombang pertama pemulangan kali ini hanya diikuti oleh satu keluarga.
"Satu keluarga terdiri dari lima orang kembali ke kamp repatriasi di Taungpyoletwei di negara bagian Rakhine, pagi ini," ujar pernyataan pemerintah Myanmar.
Sebelum pemulangan, pemerintah Myanmar melakukan pendataan untuk memastikan warga Rohingya benar-benar pernah tinggal di wilayah tempat mereka akan dikirim. Mereka juga mendapatkan Kartu Verifikasi Nasional, tanda pengenal sementara karena Myanmar tidak mengakui keberadaan Rohingya kendati hidup bergenerasi di negara itu.
Pengungsi Rohingya meminta bantuan. (Foto: REUTERS/Mohammad Ponir Hossain)
zoom-in-whitePerbesar
Pengungsi Rohingya meminta bantuan. (Foto: REUTERS/Mohammad Ponir Hossain)
Lebih dari 600 ribu warga Rohingya mengungsi ke Bangladesh setelah kekerasan pecah sejak Agustus 2017. Tentara Myanmar dilaporkan membantai, membakar rumah-rumah warga Rohingya, memperkosa, dan menjarah mereka.
ADVERTISEMENT
PBB menyebutkan, apa yang terjadi terhadap Rohingya adalah genosida alias pembersihan etnis. Aung San Suu Kyi dianggap tidak mampu menghentikan kekerasan. Kecaman lantas berdatangan untuk peraih Nobel Perdamaian itu.
Myanmar tidak menyebutkan rencana gelombang pemulangan berikutnya.
Namun pemulangan kali ini dilakukan di tengah protes dari PBB dan berbagai lembaga kemanusiaan. Menurut mereka, Myanmar belum mampu mengatasi kekerasan sistematis yang dialami Rohingya, termasuk diskriminasi dan persekusi terhadap etnis paling menderita di dunia ini.
"Kondisi di Myamar belum kondusif bagi kembalinya pengungsi secara sukarela, aman, bermartabat, dan berkelanjutan," ujar pernyataan badan pengungsi PBB, UNHCR, akhir pekan ini.