Beda Cara Ahok dan Sandi Terima Keluhan Warga

8 Mei 2017 9:38 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Sandi dan Ahok. (Foto: Aditia Noviansyah-Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Ketika AKB48 pertama kali dikenalkan dengan konsep idol grup yang bisa ditemui setiap saat oleh fansnya, pandangan terhadap dunia idoling tiba-tiba berubah. Begitu pula dengan fenomena pemimpin yang bisa ditemui setiap saat, yang akhir-akhir ini menjadi sorotan.
ADVERTISEMENT
Warga Jakarta lebih mudah menyampaikan segala permasalahannya selama hidup di Jakarta, lantaran sang Gubernur, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), bisa dengan mudah ditemui saban pagi di kantornya, Balai Kota Jakarta.
Ahok menerima keluhan warga di dalam Balai Kota. (Foto: Johanes Hutabarat/kumparan)
Setiap harinya, puluhan warga berduyun-duyun mendatangi Balai Kota dengan urusannya masing-masing. Dengan rapi, mereka akan berbaris menjadi dua: baris kiri untuk melakukan keluhan dan baris kanan untuk berfoto bersama gubernur.
Terdengar seperti event handshake yang diadakan idol grup, bukan?
Warga mengantri di Balai Kota. (Foto: Aria Pradana/kumparan)
Saat Ahok datang, warga bisa menemui Ahok di ruang tamu Balai Kota. Satu persatu warga secara bergantian mengadukan masalahnya. (Baca juga: Berapa Lama yang Dibutuhkan Ahok Layani Warga Tiap Hari?)
"Pak, Bapak saya dirawat di rumah sakit. Kami tidak mampu bayar dan BPJS kami menunggak bayarnya," ucao seorang ibu sambil menarik kemeja Ahok, menangis tersedu.
ADVERTISEMENT
"Kelas berapa?" tanya Ahok tegas.
"Kelas tiga, Pak."
Ahok menerima keluhan warga di dalam Balai Kota (Foto: Johanes Hutabarat/kumparan)
Ahokpun memanggil asistennya yang berdiri di sampingnya sambil memberikan instruksi. Ia menjelaskan, seharusnya bagi pasien kelas tiga jika menunggak membayar akan secara otomatis ditanggung pemerintah.
"Urusi itu! Ibu, silakan ke asisten saya ini. Nanti akan bantu urus," ujar Ahok tegas sebelum menyambut puluhan keluhan lain yang menunggu. (Baca juga: Pulpen Parker Andalan Ahok)
Kecepatan Ahok dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah warga memang bukan hal rahasia. Di internet, video Ahok yang mampu mengambil 33 keputusan dari keluhan warga dalam waktu sekian belas menit bahkan menjadi viral.
Nah, bukan Ahok yang terkenal aktif menerima warga, Cawagub DKI Terpilih, Sandiaga Uno, yang masih terus blusukan meski Pilgub sudah usai, juga melakukan hal serupa.
ADVERTISEMENT
Niatnya mungkin sama, tapi caranya berbeda. Jika Ahok lebih sering menerima keluhan bersifat personal di Balai Kota, Sandi justru lebih sering menerima keluhan kelompok komunitas di posko pemenangannya di Melawai.
Sandi mengunjungi warga Cawang. (Foto: Jihad Akbar/kumparan)
Seperti Kamis (4/7), posko sederhana yang terletak di atas Seven Eleven Melawai tersebut diramaikan oleh kehadiran Kopeka (kelompok pedagang kaki lima) Ancol dan perwakilan dari warga Kampung Akuarium.
Dalam ruangan 6x6 meter tersebut, Sandi duduk bersama tim dewan pakar yang ia pilih menghadap puluhan tamu kehormatan yang datang. Dengan gaya khasnya yang 'ngocol abis', Sandi membuka forum diskusi dengan mempersilakan warga menyampaikan masalahnya.
Sandi ungkap temuan TPS anomali di putaran 1 (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
"Teman-teman ini tergolong yang asongan dagangnya keliling. Lebih banyak mainan, aksesoris, kipas, topi, poto keliling. Itu memang pihak Ancol katanya ada komplain dari para pemilik stand di sana," ujar seorang warga menjelaskan masalah 'sapu bersih' pedagang asongan di kawasan Ancol.
ADVERTISEMENT
Sandi pun mengambil peran tidak hanya sebagai pendengar dan pengambil keputusan, tetapi juga sebagai moderator. Bukan hanya warga yang ia minta masukan, tetapi juga tim dewan pakar yang ia pasrahi tugas untuk membantu menyelesaikan masalah.
Sandi sadar, sebelum dilantik, ia belum bisa mengambil keputusan apa-apa. Untuk itu, baginya, tugas dewan pakar sangat krusial.
Sandi tengok bekas kebakaran di Blok M. (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
"Selama 6 bulan (sebelum pelantikan), teman-teman dewan pakar ini yang akan turun dan mencari tahu apa yang terjadi, mengumpulkan data dan memetakan konsepnya. Saya enggak mau setelah 6 bulan nanti masih ada pembicaraan yang enggak konkret. Saya maunya udah jelas tanggal berapa dan di mana pertemuannya, lalu bagaimana eksekusinya sudah jelas. Saya sendiri nanti yang akan turun, jika bos saya, Pak Anies, tidak meminta saya ke tempat lain," ujarnya menjelaskan tugas dewan pakar yang selama ini sering ia sebut.
ADVERTISEMENT
Usai pertemuan yang berlangsung selama sekitar satu jam tersebut, warga keluar dengan wajah puas. Meski memang belum mengantongi solusi konkret hingga Oktober mendatang, namun pendapat dan aspirasi mereka didengar. Tidak hanya itu, Sandi juga menjanjikan akan menjadi jembatan yang mengomunikasikan keinginan serta pemikiran pemerintah dan warga.
Sandi usai pertemuan di Aljazeerah Resto, Jaktim (Foto: Mustaqim Amna/kumparan)
"Jadi saya sudah menawarkan diri langsung melalui pesan ke Pak Basuki dan Pak Djarot, karena kita mencoba akan ada tim yang mulai duduk sama-sama. Saya akan mencoba menjadi jembatan. Kalau saya dateng, enggak diusir kan (oleh warga)? Nanti akan saya sampaikan ide-ide dari warga dan saya akan dengarkan apa rencananya Pak Basuki dulu. Saya akan diskusi sama warga, saya ingin konsultasi," ujar Sandi.
ADVERTISEMENT
Sandi dan Ahok menyapa awak media. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Meski berbeda cara, namun kedua pemimpin tersebut sama-sama mencoba menerapkan konsep 'pemimpin yang bisa ditemui'. Jika cara ini dinilai cukup efektif, tidak hanya untuk meraih hati warga, tetapi juga menyelesaikan berbagai masalah di Ibu Kota. Semoga konsep ini menjadi tren model pelayanan kepala daerah di Indonesia.