Beda Sikap soal Capres, Kader-Elite Parpol Diprediksi Pecah di 2019

27 Mei 2018 17:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana pengundian nomor urut di KPU. (Foto: Garin Gustavian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana pengundian nomor urut di KPU. (Foto: Garin Gustavian/kumparan)
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutif Lembaga Survei Independen Nusantara (LSIN), Yasin Mohammad, memprediksi akan terjadi perpecahan parpol-parpol peserta pemilu dalam pilpres mendatang. Menurut dia, perpecahan terjadi karena ada sejumlah kader partai yang membelot dari keputusan yang diambil oleh DPP partai.
ADVERTISEMENT
"Sangat mungkin terjadi. Jadi diam-diam juga akan ada pengkhianatan," kata Yasin dalam diskusi Dialetika Koalisi Elite Vs Kader di Gado Gado Boplo, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (27/5).
Perpecahan ini akan mengulang yang terjadi di Pilpres 2014 lalu. Saat itu, ada migrasi dukungan dari sebagian kader Golkar dan PPP. DPP Golkar dan PPP saat itu mendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Tapi, tidak sedikit pengurus dan kader yang membelot dan mendukung Jokowi.
"Jika perpindahan dukungan terjadi maka bisa dipastikan gaduh politik akibat rekomendasi capres pada Pilpres 2019 kembali terulang sebagaimana 2014 terjadi pada Partai Golkar dan PPP," jelasnya.
Jika perpecahan itu terjadi maka, berkurangnya perolehan suara dari salah satu calon akan muncul. Hal ini diakibatkan seluruh mesin partai tidak bergeraka dengan solid.
ADVERTISEMENT
"Dampak terberat dari perpecahan akibat mekanisme keputusan rekomendasi capres yang tidak solid tentu saja adalah tidak berjalannya mesin politik Parpol baik dalam pileg maupun pilpresnya," ujarnya.
Perpecahan ini, lanjut dia, akan berujung pada pemecatan untuk setiap kader-kader yang dianggap berbuat gaduh dengan berkhianat. Sayangnya, Yasin tak menyebut partai mana saja yang berpotensi pecah di 2019 nanti.
Diskusi Dialetika Koalisi Elite Vs Kader (Foto: Rian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi Dialetika Koalisi Elite Vs Kader (Foto: Rian/kumparan)
"Agenda pemenangan pileg dan pilpres menjadi berantakan. Dan berikutnya tidak menutup kemungkinan gaduh luar biasa di internal partai yang berujung pada pemecatan kader hingga puncaknya terjadi dualisme kepengurusan parpol," jelasnya.
"Akan menjadi ujian bagi proses demokrasi pemilihan langsung, terkait dengan dukungan parpol pada pilpres," tandasnya.