Belanda Pernah Tangkap Intel Rusia yang Diduga Meracuni Sergei Skripal

14 September 2018 14:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mobil polisi Belanda (Foto: Website resmi polisi Belanda)
zoom-in-whitePerbesar
Mobil polisi Belanda (Foto: Website resmi polisi Belanda)
ADVERTISEMENT
Dua agen rahasia Rusia yang disebut meracuni bekas intel Sergei Skripal dilaporkan pernah ditangkap di Belanda. Ketika itu, mereka tengah dalam perjalanan menuju Swiss untuk meretas laboratorium kimia.
ADVERTISEMENT
Tujuan perjalanan mereka ke Swiss adalah laboratorium Spiez, yang sedang meneliti serangan gas beracun dari rezim Bashar al Assad di Suriah dan serangan terhadap agen rahasia Sergei Skripal di Salisbury, Inggris.
Kedua agen rahasia itu adalah Alexander Petrov dan Ruslan Boshirov yang didakwa dalam kasus serangan di Salisbury pada 4 Maret lalu. Menurut pihak Inggris mereka adalah agen dinas intelijen militer Rusia GRU. Mereka ditangkap pada musim semi tahun ini di Den Haag.
Penangkapan dua agen Rusia tersebut merupakan hasil kerja sama berbagai dinas intelijen Eropa, antara lain dari Belanda yakni Militaire Inlichtingen- en Veiligheidsdienst/MIVD (Dinas Intelijen dan Keamanan Militer).
Demikian NRC memberitakan berdasarkan investigasi harian bekerja sama dengan harian Swiss Tages-Anzeiger, dipublikasikan Kamis malam atau Jumat (14/9) WIB.
ADVERTISEMENT
Menurut berbagai sumber seputar investigasi, kedua agen rahasia Rusia tersebut membawa peralatan untuk meretas jaringan komputer laboratorium.
Terbongkarnya operasi spionase di Den Haag tersebut tidak langsung disampaikan ke publik. Perdana Menteri Mark Rutte (26/3) hanya mengatakan bahwa sebagai reaksi atas serangan di Salisbury kabinet memutuskan untuk “mengusir dua staf intelijen yang bekerja di Kedubes Rusia.”
Dua pria Rusia yang dituduh meracuni Sergei Skripal (Foto: Dok, RT/youtube)
zoom-in-whitePerbesar
Dua pria Rusia yang dituduh meracuni Sergei Skripal (Foto: Dok, RT/youtube)
Belum jelas apakah kedua staf intelijen Kedubes Rusia itu adalah dua agen rahasia yang terbongkar aktivitasnya. Pihak MIVD tidak bersedia memberi komentar.
Namun demikian, dinas intelijen Swiss, yakni Nachrichtendienst des Bundes/NDB (Dinas Intelijen Federal) mengkonfirmasi bahwa kasus tersingkapnya agen rahasia Rusia di Den Haag dan selanjutnya diusir (keluar dari Belanda), sudah umum diketahui.”
“NDB aktif bekerja sama dengan mitra Belanda dan Inggris. Dengan demikian NDB telah berkontribusi dalam mencegah aksi ilegal terhadap infrastruktur Swiss yang sensitif,” demikian NDB menyatakan.
ADVERTISEMENT
Laboratorium Spiez, lokasinya dekat Bern, adalah milik pemerintah Swiss, aktivitasnya antara lain untuk penelitian senjata nuklir, biologi dan kimia. Laboratorium ini atas nama Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons/OPCW (Organisasi Pelarangan Senjata Kimia) yang bermarkas di Den Haag, dilibatkan dalam penelitian serangan gas oleh rezim Suriah yang didukung Rusia.
Dalam kasus Skripal, OPCW juga menugaskan laboratorium Spiez untuk menguji temuan-temuan oleh laboratorium Inggris yang menyimpulkan bahwa bekas agen rahasia Rusia Sergej Skripal dan putrinya Joelia diracun dengan gas saraf novichok. Temuan ini dikuatkan oleh hasil penelitian Spiez.
Sementara itu juru bicara laboratorium Spiez, Andreas Bucher, mengatakan bahwa sebelumnya laboratorium Spiez juga telah menjadi target peretasan. “Terhadap hal itu kami telah memperisai diri. Tak ada data yang hilang,” demikian Bucher.
Sergei Skripal. (Foto: AFP/Kommersant Photo/Yuri Senatorov)
zoom-in-whitePerbesar
Sergei Skripal. (Foto: AFP/Kommersant Photo/Yuri Senatorov)
Meskipun demikian pihak Rusia menyatakan telah memegang informasi “confidential” berasal dari laboratorium Spiez. Menlu Sergei Lavrov pada 14/4 mengatakan telah menerima laporan analisis laboratorium Spiez dalam penyelidikan Skripal dari “sumber terpercaya.”
ADVERTISEMENT
Laporan analisis di tangan Lavrov terbukti tak diperoleh melalui cara-cara yang legal. OPCW menjawab pertanyaan mengatakan tidak mau berspekulasi, namun soal prosedur pihaknya tegas bahwa dalam protokol OPCW laporan laboratorium dari laboratorium yang ditunjuk tidak dibagikan kepada negara-negara pihak.
Sebelumnya pekan lalu media daring Fontanka di Petersburg, Rusia, mewartakan bahwa Alexander Petrov dan Ruslan Boshirov antara 2 September 2016 dan 5 Maret 2018 secara frekuentif melakukan perjalanan antara Moskow, Amsterdam, Jenewa, Milan, dan Paris.
Baik Petrov maupun Boshirov menyatakan Kamis di televisi Rusia tidak terlibat apa pun dalam serangan. Mereka menjelaskan dirinya sebagai pengusaha alat-alat fitness.
Dinas intelijen Belanda MIVD dan AIVD telah memperingatkan berulangkali dalam laporan tahunannya bahwa Belanda berada dalam target bidikan dinas intelijen Rusia. Mendagri Kajsa Ollongren di depan parlemen juga telah menyampaikan hal serupa.
ADVERTISEMENT
“Perwira-perwira intelijen Rusia secara struktural aktif mengumpulkan data dengan penyamaran,” kata Ollongren.