Belasan Mahasiswa Papua Sowan ke Kediaman Gus Dur

13 September 2019 23:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Audiensi Mahasiwa Papua dari beberapa kota di kediaman Abdurahman Wahid. Foto: Andreas Ricky Febrian/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Audiensi Mahasiwa Papua dari beberapa kota di kediaman Abdurahman Wahid. Foto: Andreas Ricky Febrian/kumparan
ADVERTISEMENT
Belasan mahasiswa asal Papua yang menimba ilmu di Pulau Jawa mengunjungi rumah almarhum Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan, Jumat (13/9). Mereka ditemui oleh istri Gus Dur, Sinta Nuriyah Wahid, dan anaknya, Yenny Wahid.
ADVERTISEMENT
Para mahasiswa itu datang karena merasa warga Papua memiliki kedekatan emosional dengan keluarga Gus Dur. Terlebih, Gus Dur dinilai sosok yang bijaksana dalam menyelesaikan masalah di Papua dulu.
“Kita diskusi kenang cara Gus Dur, dia begitu bijaksana pakai cara manusiawi menghadapi situasi gaduh belakangan ini, situasi Papua seperti itu dengan cara respons kebanyakan kita (saat ini) dengan diladeni dengan cara yang sama. Berbeda Gus Dur, dia datang ada seharian penuh pernah kibar bendera (Bintang Kejora) tidak ada yang ditangkap,” ujar perwakilan mahasiswa Papua, Agustinus Kabuaya, di kediaman Gus Dur.
Dia mengatakan Gus Dur tak melakukan pembiaran. Namun, kata Agustinus, Gus Dur menunggu sampai pengibar bendera puas. Setelah itu baru Gus Dur melakukan rekonsiliasi yang konstruktif.
ADVERTISEMENT
“Gus Dur menganggap ini ekspresi yang ini, tapi diakhiri dengan rekonsiliasi yang konstruktif,” ucap Agus.
Selain mengenang, para mahasiswa juga berdiskusi dengan Sinta dan Yenny. Mereka menyampaikan gagasan jangka pendek perlunya Dewan Rakyat Papua.
Menurut mereka, Dewan Rakyat Papua nantinya bakal mengakomodir dan memiliki perwakilan dari 250 suku di Papua. Dewan Rakyat Papu berbeda dengan Majelis Rakyat Papua yang dipilih melalui kesbangpol dan disaring pemerintah.
“Kawan-kawan ini juga menyangkut resolusi kecil, ada penataan struktur politik-sosial menghadirkan Dewan Rakyat Papua yang diharapkan diakomodir pemerintah,” ujar Agustinus.
Sementara itu, Yenny Wahid mengambil satu kesimpulan dalam pertemuan tersebut. Yakni dialog sampai akar permasalahan sangat penting untuk memecahkan masalah agar tak berlarut.
ADVERTISEMENT
Ia berpesan agar pemerintah mau mendengarkan suara dari Papua.
“Jangan takut kalau ada yang mau merdeka, ikuti dulu, dengarkan suara hati mereka. Kan pasti ada sebab nya, kenapa kegelisahan terjadi? Kenapa anak muda yang generasi baru sekarang jadi motor gerakan terkait ada perubahan besar di tanah Papua?” ujar Sinta.
Sedangkan pemikiran pembentukan Dewan Rakyat Papua, Yenny menilai hal tersebut bisa terjadi. Meski, kata dia, saat ini masih jauh dari panggang api.
“Tadi ada dewan rakyat , yang bisa representasi Papua. Tentu proses panjang, tapi bukan mustahil,” ujar Yenny.