news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Benarkah Romy Sindir Tukang Nyinyir ke Pemerintah karena Kekuasaan?

22 April 2018 7:01 WIB
M. Romahurmuziy. (Foto: Fahrian Saleh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
M. Romahurmuziy. (Foto: Fahrian Saleh/kumparan)
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy (Romy) membuat pernyataan di akun resmi Twitternya @MRomahurmuziy bahwa pihak yang nyinyir dan mengkritik pemerintah adalah mereka yang tidak mendapatkan jatah kekuasaan.
ADVERTISEMENT
Tentu saja pernyataan Romy ini yang membuat politikus lainnya merasa gerah. Namun, ada juga yang menganggap pernyataan Romy ini sebagai sikap membela pemerintah dalam menepis pernyataan nyinyir dari pihak yang selalu mengkritik.
Menanggapi hal itu, Wasekjen Partai Gerindra, Andre Rosiade menyebut bahwa pernyataan tersebut mencerminkan Romy sebagai pihak yang haus akan kekuasaan. Menurut Andre, kritik kepada pemerintah tidak harus melulu soal pembagian kekuasaan.
''Pernyataan Gus Romy itu menunjukkan sudut pandang Gus Romy yang haus kekuasaan. Karena kritik terhadap rezim pemerintahan dipandang dari kaca mata kekuasaan," kata Andre saat dihubungi kumparan (kumparan.com), Sabtu (21/4) malam.
Andre mengklaim Partai Gerindra yang menjadi oposisi selama ini menyampaikan kritik untuk kepentingan rakyat, bukan kepentingan kekuasaan. "Karena kader Partai Gerindra dididik bukan hanya sebagai politisi tapi sebagai pejuang politik yang bertugas membela kepentingan rakyat," jelasnya.
Andre Rosiade (Foto: Facebook/Andre Rosiade)
zoom-in-whitePerbesar
Andre Rosiade (Foto: Facebook/Andre Rosiade)
Namun, Sekjen PPP Arsul Sani menjelaskan, cuitan ketumnya tersebut sebenarnya ditujukan kepada pihak-pihak yang rajin menyebarkan hoaks terhadap pemerintahan.
ADVERTISEMENT
"Cuitan tersebut ditujukan kepada mereka yang terbiasa menyebar hoaks atau ekspresi yang merupakan ujaran kebencian tanpa data atau memutar balik data," ujar Arsul ketika dihubungi.
Tetapi, Arsul mengakui bahwa yang kebanyakan nyinyir ke pemerintah itu biasanya adalah pihak yang belum kebagian kue kekuasaan. Sehingga sikapnya seringkali berseberangan dengan pemerintah.
Arsul Sani. (Foto: Twitter @DPP_PPP)
zoom-in-whitePerbesar
Arsul Sani. (Foto: Twitter @DPP_PPP)
"Ya yang nyinyir itu bisa belum kebagian kue kekuasaan atau sudah pernah menikmati kekuasaan tapi sekarang tidak lagi," urainya.
Arsul mengatakan, sebenarnya pemerintahan Jokowi sangat terbuka terhadap kritik asalkan kritik itu membangun, berbasiskan data, dan disampaikan dengan bahasa kritik yang wajar. Karena itu, pihak-pihak yang tidak termasuk dalam kategori yang dimaksud sebaiknya tidak ikut-ikutan panas.
"Jadi sebetulnya mereka yang bukan penulis dan penyebar SARA, tidak menyuarakan hoaks, ujaran kebencian ya enggak usah kebakaran jenggot," pinta Arsul.
ADVERTISEMENT
Sementara Ketua Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum DPP PD Ferdinand Hutahaean sangat menyayangkan pernyataan Romy sebagai ketua umum partai.
Ferdinand Hutahean, Juru bicara Partai Demokrat (Foto: Intan Novianti/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ferdinand Hutahean, Juru bicara Partai Demokrat (Foto: Intan Novianti/kumparan)
Menurutnya, pernyataan Romy itu tidak pantas disampaikan.
"Itu sungguh memalukan bagi dunia politik kita karena disampaikan oleh seorang ketua umum partai. Itu mendegradasi demokrasi yang memberi ruang terbuka bagi kritik kepada penguasa," ujar Ferdinand.
Bahkan, Ferdinand menuding Romy sedang keranjingan kekuasaan yang sedang dinikmatinya selama Jokowi berkuasa. Selain itu, cuitan tersebut menunjukkan kapasitas Romy di dunia politik masih kelas buzzer politik.
"Tampaknya Romy sedang jatuh cinta dan menikmati kue kekuasaan sehingga menyampaikan sesuatu yang tak mencerminkan Romy seorang ketua umum partai. Pernyataan seperti itu dibayar murah," tutur dia.