Bentrokan Terjadi di Pusat Wabah Ebola di Kongo, 7 Tentara PBB Tewas

16 November 2018 3:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas Medecins Sans Frontieres (MSF) berbicara dengan seorang pekerja di fasilitas isolasi, siap untuk menerima pasien yang terkena Ebola. (Foto: Reuters/Kenny Katombe)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas Medecins Sans Frontieres (MSF) berbicara dengan seorang pekerja di fasilitas isolasi, siap untuk menerima pasien yang terkena Ebola. (Foto: Reuters/Kenny Katombe)
ADVERTISEMENT
Bentrokan antara tentara penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan pemberontak terjadi di pusat wabah Ebola di Kota Beni, Kivu Utara, Kongo. Akibat bentrokan tersebut, 7 orang tentara PBB tewas.
ADVERTISEMENT
"Rekan-rekan penjaga perdamaian kami memberi kabar bahwa enam penjaga perdamaian dari Malawi dan satu dari Tanzania yang merupakan bagian dari operasi perdamaian PBB di DRC tewas di wilayah Beni, Kivu Utara," kata juru bicara PBB Stephane Dujarric di New York, dilansir Reuters, Jumat (15/11).
Virus Ebola (Foto: Manjurul Haque / EyeEm)
zoom-in-whitePerbesar
Virus Ebola (Foto: Manjurul Haque / EyeEm)
Kongo telah dilanda pemberontakan bersenjata selama lebih dari dua dekade sejak jatuhnya mantan penguasa militer Mobutu Sese Seko. Pada 2017, sempat terjadi kekerasan yang sangat besar di Kivu Utara.
Kota Beni dan wilayah sekitarnya juga menderita epidemi Ebola yang telah menginfeksi lebih dari 300 orang dan menewaskan dua pertiga dari penduduk.
Petugas kesehatan membawa mayat korban Ebola untuk dimakamkan di pemakaman di Freetown, Sierra Leone, 21 Desember 2014. (Foto: Reuters/Baz Ratner)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas kesehatan membawa mayat korban Ebola untuk dimakamkan di pemakaman di Freetown, Sierra Leone, 21 Desember 2014. (Foto: Reuters/Baz Ratner)
Ini menjadikan wabah Ebola di Kongo sebagai wabah terburuk ketiga setelah wabah yang menginfeksi 28 ribu orang di Afrika Barat, pada 2013 - 2016, dan wabah yang menginveksi 425 orang di Uganda, pada 2000.
ADVERTISEMENT
Pemberontakan di Kota Beni dan sekitarnya menghambat upaya internasional untuk mengendalikan virus. Selama ini, para pemberontak dengan sengaja mencegah para pekerja medis internasional mendapatkan akses ke para korban Ebola.