news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Beralaskan Tikar, Pencari Suaka Kembali Padati Trotoar di Kebon Sirih

18 September 2019 10:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi pencari suaka di Trotoar Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi pencari suaka di Trotoar Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Puluhan pencari suaka dari Afghanistan, Somalia, dan Afrika, kembali menempati trotoar di dekat kantor Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
ADVERTISEMENT
Mereka kembali menempati trotoar setelah Pemprov DKI Jakarta meminta para pencari suaka meninggalkan lokasi penampungan sementara di gedung bekas Kodim, Kalideres, Jakarta Barat, pada 9 September.
“Kami diminta untuk meninggalkan Kalideres, tidak tahu mau ke mana lagi, akhirnya kami kembali ke sini,” kata Asma, salah satu pengungsi asal Afghanistan, kepada kumparan, Rabu (18/9). Asma bicara dalam bahasa Indonesia.
Pencari suaka beristirahat di Trotoar Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Dia beserta 5 orang adiknya dan kedua orang tuanya, akhirnya memutuskan kembali ke Jalan Kebon Sirih pada Rabu (11/9).
Asma dan keluarganya hanya menggunakan tikar sebagai alas untuk tidur. Tidak ada tenda atau atap untuk melindungi mereka dari sinar matahari yang cukup terik.
“Kalau mau ke kamar mandi atau salat kita biasanya ke masjid sana (masjid gedung BUMN), itu pun sekarang jarang diperbolehkan,” kata gadis berusia 15 tahun itu.
Pencari suaka menyuapi anak mereka di Trotoar Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Hampir semua pencari suaka di Jalan Kebon Sirih tinggal dengan cara yang sama seperti Asma. Untuk makan sehari-hari mereka mengandalkan bantuan yang datang dari orang sekitar.
ADVERTISEMENT
“Kadang siang hari ada saja orang baik yang beri kita makanan, kami benar-benar mengandalkan bantuan itu,” kata pengungsi asal Afghanistan lainnya, Mohammad.
Salah seorang satpam mendata pencari suaka di Trotoar Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Mohammad mengaku menerima uang bantuan sebesar Rp 1 juta dari UNHCR sebelum meninggalkan Kalideres.
“Katanya untuk cari tempat tinggal, itu dikasih Rp 1 juta untuk sekali saja,” kata Mohammad.
Mohammad menjelaskan setiap pencari suaka mendapatkan bantuan uang dari UNHCR dengan jumlah yang berbeda-beda. Besarnya tergantung dengan jumlah anggota keluarga.
“Saya sudah 6 tahun di sini, sampai sudah lancar bahasa Indonesia, semoga UNHCR bisa segera memberikan kejelasan,” ujar Mohammad.
Kondisi pencari suaka di Trotoar Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Pemprov DKI Jakarta sudah memberi waktu kepada para pencari suaka untuk menempati gedung bekas Kodim hingga 9 September 31 Agustus 2019. Batas waktu itu molor dari imbauan awal untuk meninggalkan tempat itu pada 31 Agustus.
ADVERTISEMENT
Pemprov DKI tidak menyediakan penampungan lagi bagi para pencari suaka. Meski demikian, menurut Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) DKI, Taufan Bakri, UNHCR hingga saat ini belum bisa menyampaikan solusi apa pun terhadap persoalan ini. Untuk itu, UNHCR kembali diberi waktu menyelesaikan masalah administrasi.
"Kita enggak menampung lagi. Itu yang kita kasih waktu UNHCR, biar bernegosiasi dengan pengungsi itu. Pemprov DKI ngasih waktu sampai hari Senin (9/9) ke UNHCR, maksudnya, cepatlah negosiasi sampai Senin," jelasnya saat dihubungi, Kamis (5/9).