Berkaca Pengalaman SBY, Jokowi Disarankan Pilih Cawapres Nonpartai

19 April 2018 19:05 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo di IIMS 2018 (Foto:  Puti Cinintya Arie Safitri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo di IIMS 2018 (Foto: Puti Cinintya Arie Safitri/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hingga saat ini, Joko Widodo belum menentukan siapa cawapres yang akan mendampinginya pada Pilpres 2019. Namun sejumlah tokoh sudah menawarkan diri untuk menjadi cawapres Jokowi, salah satunya Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) yang telah membuka posko Jokowi-Muhaimin (JOIN). Ada pula Ketum Golkar Airlangga Hartarto dan Ketum PPP M. Romahurmuziy.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal ini, Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari menyarankan Jokowi untuk ikut mempertimbangkan cawapres dari kalangan nonpartai. Hal itu dinilai bisa mengurangi kecemburuan dari partai-partai yang usulan namanya tidak dipilih oleh Jokowi.
Ia mencontohkan presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono yang memilih Boediono yang berasal dari kalangan profesional yang mendampinginya di Pilpres 2009.
"Situasinya saat ini agak mirip di mana SBY didukung banyak partai ketika itu. Ada situasi dilematis dan kompleks kalau dipilih salah satu, yang lain marah dengan risiko membubarkan koalisi. Maka diambil nonpartai sama sekali. Dalam arti semua enggak dapat sekalian," tutur Qodari di FX Sudirman, Jakarta, Kamis (19/4).
Ia menjelaskan dipilihnya cawapres nonpartai itu juga diperkirakan tidak memiliki ambisi politik di Pilpres 2024 mendatang. Sehingga momen itu dapat dimanfaatkan parpol yang memiliki dinasti penerus untuk menggencarkan dukungan.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, Qodari menjelaskan sosok ideal cawapres harus bisa menutupi kelemahan Jokowi.
"Pertama itu isu ekonomi dan kedua itu isu keagamaan. Saya kira kalau mau mengambil wakil itu dari dua latar belakang itu, antara isu ekonomi dan isu agama lebih seksi. Dan gampang dipolitisir itu isu agama," kata Qodari.
Ia pun kemudian menyodorkan beberapa nama, seperti misalnya yang berlatar belakang santri seperti Din Syamsuddin, Mahfud MD, Said Aqil Siroj hingga Jimly Asshiddiqie.
Qodari menambahkan, nama-nama yang diusulkan itu berpotensi menimbulkan keberatan antara NU dan Muhammadiyah. Ia berharap nama yang dipilih Jokowi nanti, jika mengambil dari latar belakang santri, bisa merepresentasikan dua ormas itu.
"Kuncinya ada di Jokowi. Makanya dia akan mengambil calon yang resistensinya paling rendah sehingga parpol tidak keberatan," pungkasnya.
ADVERTISEMENT