Berkuasanya Keturunan Arab di Amerika Latin

6 Februari 2019 13:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nayib Bukele, Presiden El Salvador. Foto: REUTERS/JOSE CABEZAS
zoom-in-whitePerbesar
Nayib Bukele, Presiden El Salvador. Foto: REUTERS/JOSE CABEZAS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penampilannya santai selayaknya anak muda, bercelana jeans, berjaket kulit, terkadang bertopi bisbol. Usianya 37 tahun memang, namun Nayib Bukele sudah menang gemilang dalam pemilu presiden El Salvador pekan lalu. Namanya terukir di daftar panjang keturunan Arab yang berkuasa di Amerika Latin.
ADVERTISEMENT
Bukele menaklukkan para calon presiden dari dua partai terbesar El Salvador. Bukan hanya menaklukkan, tapi dia telah mempermalukan kedua partai yang telah berkuasa lama itu. Dikutip New York Times, penghitungan suara pada Minggu lalu menyebut Bukele dari partai konservatif Aliansi Persatuan Nasional (GANA) mendapatkan 53,78 persen suara. Sementara capres dari dua partai besar Aliansi Republik Nasionalis (ARENA) mendapat 31,62 persen suara, dan Front Farabundo Marti untuk Pembebasan Nasional (FMLN) hanya 13,77 persen. Karier Bukele cemerlang di bidang politik. Pada usia 31 tahun, dia terpilih wali kota Nuevo Cuscatlan, kota pinggiran di San Salvador. Tiga tahun kemudian, dia terpilih jadi wali kota San Salvador hingga 2018. Ayah Bukele adalah Armando Bukele Kattán, seorang Muslim yang jadi imam di sebuah masjid warga keturunan Palestina di El Salvador. Ibu Bukele adalah Olga Ortez de Bukele, penganut Kristen.
Calon presiden Nayib Bukele dari Great National Alliance (GANA) dan istrinya Gabriela de Bukele. Foto: REUTERS/Jose Cabezas
Bukele adalah contoh diaspora Arab yang sukses di Amerika Latin. Warga Arab yang bermigrasi ke wilayah itu pada 1800-an, dengan puncaknya di masa-masa keruntuhan Kekaisaran Ottoman pada 1920-an, telah mengalami pasang surut kehidupan. Di awal kedatangannya, warga Palestina di El Salvador mengalami diskriminasi karena dianggap saingan berat warga lokal dalam sektor ekonomi. Mereka dikucilkan, terutama di masa kepemimpinan Maximiliano Hernández Martínez pada 1930-an yang melarang warga Palestina buka usaha di El Salvador. Saat ini, diskriminasi terhadap warga keturunan Palestina perlahan menghilang, terpilihnya Bukele jadi bukti nyata. Bukan Satu-satunya Bukele bukan satu-satunya warga keturunan Arab yang berjaya di Amerika Latin. Sebelumnya ada banyak nama keturunan Arab yang jadi pemimpin di Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Kebanyakan mereka adalah keturunan Lebanon, Palestina, atau Suriah, negara-negara bekas Kekaisaran Ottoman. Ada nama Michel Temer, bekas Presiden Brasil yang merupakan keturunan Lebanon. Ayahnya adalah mengungsi dari kota Btaaboura di utara Lebanon pada 1925.
Presiden Brasil Michel Temer Foto: Adriano Machado/Reuters
Di Brasil, warga keturunan Arab banyak punya peran penting pada pemerintahan. Menurut laporan Gulf News, sekitar 10 persen anggota parlemen di Brasil adalah warga keturunan Arab. Menurut Thiago Oliveira, kepala seksi kebudayaan di Kedutaan Besar Brasil di Beirut, Lebanon, banyaknya warga keturunan Arab yang turun ke politik saat ini adalah berkat kerja keras leluhur mereka. Orang tua mereka yang datang dari Arab memberikan pendidikan terbaik agar berhasil di Brasil. Beberapa dari mereka, kata Oliviera ada yang menjadi dokter, pengacara, engineer, hingga ke kantor pemerintahan. "Ketika warga Lebanon migrasi ke Brasil, mereka tidak ke perdesaan seperti pengungsi Jerman atau Italia, mereka tinggal di kota yang punya akses bagus ke sekolah dan fasilitas urban ketika itu," kata Oliviera kepada media Uni Emirat Arab, The National, September tahun lalu. Menurut Dr Elsa Hachem-Kirby, ahli sejarah di Lebanese University, Beirut, para pendatang Lebanon datang ke Brasil di saat yang tepat, ketika negara itu mulai gencar di bidang industri. "Mereka bergabung dan berkontribusi di sindikat nasional, dan institusi industri nasional, dan menggunakan institusi-institusi ini sebagai batu loncatan masuk ke politik," kata Hachem-Kirbyb. Brasil adalah salah satu contohnya. Kenyataannya, banyak warga keturunan Arab yang jadi pemimpin di Amerika Latin. Presiden Paraguay saat ini, Mario Abdo Beníte, adalah keturunan Lebanon. Ibu Negara Argentina, istri dari Presiden Mauricio Macri, Juliana Awada, punya darah Suriah dan Palestina.
Shakira. Foto: AFP/Fabrice
Mantan Presiden Argentina Carlos Saúl Menem yang kekuasaannya berakhir pada 1999 adalah keturunan Suriah. Orang tuanya mengungsi dari kota Yabroud ke Argentina pada 1930-an. Menem adalah pemeluk agama Islam mengikuti orang tuanya sebelum pindah ke Katolik Roma. Orang tua Presiden Kolombia antara 1978 hingga 1982, Julio Csar Turbay, adalah keturunan pedagang dari Tannourine, Lebanon. Tidak hanya sebagai politisi, keturunan Arab di negara Amerika Tengah dan Amerika Selatan juga tersohor di berbagai profesi. Sebut saja Carlos Slim Helu, warga Meksiko keturunan Lebanon yang pernah masuk daftar orang terkaya dunia versi Forbes. Ada juga Carlos Ghosn, direktur utama Renault dan Nissan, warga Brasil keturunan Lebanon. Jangan lupakan Shakira dari Kolombia. Bernama lengkap Shakira Isabel Mebarak Ripoll, penyanyi "Waka Waka" ini adalah keturunan Lebanon. Nama Shakira sendiri diambil dari bahasa Arab yang artinya "bersyukur". Hubungan Baik dengan Negara Arab Kepemimpinan warga keturunan Arab di kawasan Amerika Latin sedikit banyak memberikan warna dalam hubungan luar negeri negara itu. Perubahan geopolitik terjadi, Amerika Latin dengan jumlah diaspora Arab yang berlimpah kian akrab dengan negara-negara Arab. Di Venezuela contohnya, bekas wakil presiden Tarek El Aissami yang merupakan keturunan Druze di Lebanon disebut punya kedekatan dengan kelompok militan Hizbullah. Mantan Presiden Venezuela Hugo Chavez juga luar biasa dekat dengan Iran dan Lebanon.
Mahmoud Ahmadinejad (kiri) dan Hugo Chavez (kanan). Foto: AFP/JUAN BARRETO
Contoh paling konkret dari kedekatan Amerika Latin dan Arab adalah soal dukungan terhadap Palestina. Mengutip Washington Post bulan lalu, hampir negara-negara besar di Amerika Latin mengakui Palestina sebagai negara yang berdaulat. Dalam hal seni dan budaya, hubungan baik Amerika Latin dan Arab bisa dirasakan. Shakira, misalnya, memasukkan banyak unsur leluhurnya dalam penampilannya. Salahnya adalah tari perut, tarian khas Arab sebelum kedatangan Islam.
ADVERTISEMENT