news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Berkunjung ke Rumah Inka, Putri Penggali Kubur yang Masuk FK Unpad

19 April 2018 20:09 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Nama Inka Kusmayanti, putri tukang gali kuburan, muncul dalam pengumuman hasil seleksi yang dinantikan para siswa SMA dan sederajat di seluruh Indonesia, yaitu SNMPTN 2018. Inka yang berhasil mengalahkan ribuan orang yang mendaftar SNMPTN, tidak menyangka bisa diterima di kedoktern Universitas Padjadjaran, Bandung.
ADVERTISEMENT
Berada dalam kondisi ekonomi keluarga yang serba pas-pasan, Inka tak pernah mengeluh, kondisi seperti ini membuatnya terbiasa hidup prihatin, dan selalu berusaha untuk membuat hidupnya menjadi layak dengan terus meraih cita-citanya, yaitu menjadi dokter.
Dengan kesederhanaan dan tekad kuatnya, Inka sukses masuk ke fakultas favorit tersebut. Ia juga mampu lolos tes tanpa harus mengeluaran biaya semesteran di kampus tersebut.
Kesuksesannya diterima di fakultas kedokteran membuat semua orang bangga terhadap siswi lulusan SMA Negeri 1 Cimahi itu.
Inka Kusmayanti bersama ayahnya. (Foto: Marissa Krestianti/kumparan)
kumparan berunjung ke rumah Inka yang berada di jalan Margamulya, Kota Cimahi, pada Rabu (9/4). Inka menyambut kedatangan orang baru dengan ramah dan santun. Memiliki sifat yang supel, ceria, serta santun, membuat ia mudah berkomunikasi dengan orang lain. Tak jarang ia akrab dengan orang yang baru ditemuinya.
ADVERTISEMENT
Dengan kebaikan hatinya, Inka datang ke Stasiun Cimahi untuk menjemput kumparan. Untuk menuju ke rumah Inka, harus menggunakan angkot dan berjalan kaki sekitar 1 kilometer.
Sesampainya di jalan besar menuju gang rumah, Inka turun dari angkot dan berjalan ke rumahnya sekitar 1 kilometer dari tempat penurunan angkot. Sepanjang jalan ia bercerita setiap hari pergi ke sekolah dari rumahnya dengan berjalan kaki.
"Saya suka jalan, karena jalan itu bikin sehat, tapi enggak kelhiatan ya dari badanku besar gini," canda Inka, Rabu (19/4).
Rumah Inka berada di gang kecil berdampingan dengan kebun yang tampak tak terawat. Bangunan sederhana namun hangat. Di rumah itu, Inka tinggal berdua bersama ayahnya, Dedi Ismayadi.
Inka Kusmayanti (Foto: dok. Inka Kusmayanti)
Saat tiba di rumah, suara berbagai macam burung milik tetangganya yang dititipkan pada ayahnya menyambut kedatangan Inka. Kedua kucingnya pun lari menghampiri Inka meminta untuk dibelai. Tak ketinggalan sang ayah menyambut Inka dengan senyuman.
ADVERTISEMENT
Gadis berkacamata ini langsung menceritakan kisahnya dengan haru karena dapat melanjutkan pendidikannya di universitas negeri favorit di Bandung.
"Kemarin hari Rabu, pukul 17.05 WIB, saya buka pengumuman itu lewat laptop, ternyata saya lolos dan kaget banget. Sampai saya teriak dan bapak juga kaget, saya nangis dan bapak juga ikut menangis," ujar Inka di kediamannya.
Dengan tangisan yang tak dapat ia bendung, Inka menuturkan perasaan selama 18 tahun hidup dengan penuh liku terpecahkan dalam momen pengumuman yang menyatakan kelulusannya diterimanya Inka di FK Unpad.
"Benar-benar seperti mimpi, saya enggak menyangka, senang, sedih, bingung semua campur aduk, sampai enggak bisa tidur takut ini semua cuman mimpi," ucapnya.
ayah Inka Kusmayanti. (Foto: Marissa Krestianti/kumparan)
Meski Dedi sempat meminta anaknya untuk melanjutkan pendidikannya ke SMK agar saat lulus dapat langsung bekerja, namun dengan kegigihan Inka yang selalu memperlihatkan ketertarikannya pada dunia kedokteran, Dedi pun mendukung penuh anaknya.
ADVERTISEMENT
Di kursi berwarna merah bata, Dedi menuturkan, semua cara akan dilakukannya agar Inka meraih cita-citanya menjadi dokter. Mulai menjadi tukang gali kubur, merawat burung tetangganya, hingga menjual burung milik tetangga.
"Inka itu dari kecil sudah suka yang berbau biologi. Nurun sepertinya sama kakeknya yang dulu jadi mantri. Neneknya juga perawat waktu zaman tentara Belanda dulu, makanya saya harus dukung keputusan Inka," sahut Dedi.
Menahan haru, Dedi sulit berata-kata. Ia hanya selalu menuturkan bangga dengan anaknya. Ia ingin anaknya bisa menjadi dokter yang selalu menolong pasien tanpa melihat latar belakang pasien itu.