Berpeluh Keringat untuk Bertemu Sripun

30 Maret 2018 21:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Rabu (27/3) media sosial dipenuhi oleh foto-foto mantan pesepak bola asal Inggris, David Beckham, dengan seorang siswi SMP asal Semarang, Sri Pundati. Kunjungan Beckham ke Semarang yang serba rahasia makin mengejutkan ketika Sri Pundati yang akrab disapa Sripun muncul di fitur Instastory di akun Instagram milik Beckham.
ADVERTISEMENT
Publik dibuat heboh. Seorang siswi SMP asal Semarang bisa tampil begitu akrab dengan David Beckham, pesepakbola yang teramat populer di dunia. Sripun mendadak menjadi nama yang paling dicari, termasuk oleh para pewarta berita.
Siang itu kehebohan soal Sripun juga sampai di kantor kami. Usaha mencari info mengenai siswi kelas 9 di SMPN 17 Semarang itu pun mulai dilakukan. Kami menghubungi pihak sekolah dan Unicef Indonesia untuk menggali informasi mengenai Sripun. Kunjungan Beckham ke Semarang memang berkaitan dengan aktivitasnya sebagai Duta Unicef.
Responsnya positif. Dari pihak sekolah kami mengetahui bahwa Sripun termasuk siswi berprestasi dengan latar belakang keluarga berpenghasilan menengah ke bawah. Melihat perkembangan isu yang kian menarik, akhirnya diputuskan bahwa kami harus mewawancarai Sripun secara langsung di Semarang dan berangkat hari itu juga.
David Beckham bersama Sripun di Semarang. (Foto: Dok. UNICEF/UN0188661/Modola)
Tugas telah ditentukan. Berangkatlah saya dan seorang juru rekam untuk mewawancarai Sripun. Setelah menyelesaikan administrasi, kami langsung menuju Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, untuk penerbangan sore hari. Tak ada waktu pulang ke rumah, bahkan sekadar untuk mengambil baju. Setibanya di Bandara Soekarno-Hatta, kami langsung berlarian karena sudah tiba waktu boarding.
ADVERTISEMENT
Perjalanan udara selama sekitar satu jam terasa sangat sebentar. Sekitar pukul 17.30 WIB kami tiba di Bandara Ahmad Yani, Semarang. Bergegas kami menuju penginapan di kawasan Tembalang.
Tugas pertama malam itu adalah menemukan rumah Sripun untuk meminta izin mengambil gambar aktivitas bersekolah di pagi hari. Bekal informasi yang kami miliki adalah, Sripun tinggal di wilayah Pancursari. Hanya itu. Meski pernah tinggal di Semarang selama beberapa tahun, nama itu cukup asing terdengar di telinga.
"Ini di mana," pikir saya.
David Beckham bersama Sripun di Semarang. (Foto: Dok. UNICEF/UN0188661/Modola)
Kami berangkat dengan taksi online menuju kawasan Pancursari setelah menempuh perjalanan selama sekitar 40 menit. Gerilya mencari rumah Sripun dimulai. Kami memutuskan berjalan kaki karena kondisi jalanan tak memungkinkan untuk dilalui mobil.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, saat tiba di Pancursari, kami memperoleh informasi bahwa kediaman Sripun masih berjarak sekitar dua kilometer lagi, tepatnya di Kampung Gabeng, Jangli. Di sana jugalah kami berhasil memperoleh nomor kontak Sripun dari temannya yang bernama Ego. "Rumah Sripun masih jauh kalau jalan kaki," kata Ego.
Tapi kami tak punya pilihan. Tak memungkinkan pesan taksi online ke rumah Ego karena alamatnya begitu sulit dijelaskan. Ojek pun tak ada karena waktu itu sudah malam, sekitar pukul 21.00 WIB. Suasana kampung itu sudah sunyi dan gelap. Kami putuskan untuk berjalan kaki.
Kami lalu menghubungi Sripun untuk menanyakan alamat rumahnya sembari memperkenalkan diri. "Kakak lurus saja ke arah Kampung Gabeng. Nanti ada pertigaan belok ke kiri, terus ada perempatan, belok ke kiri lagi," katanya di ujung telepon.
Sripun (Foto: Tomy Wahyu Utomo/kumparan)
Perjalanan tak semudah yang kami kira. Jalan kaki menuju Kampung Gabeng begitu melelahkan, terlebih karena medannya yang curam dan suasana gelap. Sepanjang mata memandang, kami hanya melihat satu lampu. Dan ada bendera kuning yang terpasang di pinggir jalan.
ADVERTISEMENT
"Gelap banget, yakin lu Tom kita mau lanjut?" kata saya pada rekan saya, Tommy.
"Ya gimana, masak kita mau turun, enggak dapat berita dong kita," ujar Tommy.
Kami lantas memacu langkah. Menariknya, panorama perjalanan kami begitu indah. Nun jauh di bawah sana, terlihat kerlip lampu di Kota Semarang yang begitu memesona. Cukup untuk menjadi pereda rasa lelah.
Untuk memastikan lokasi, kami menghubungi Sripun ketika sudah tiba di pertigaan yang sesuai dengan ciri-ciri dari Sripun. "Sudah benar jalannya mas, ada perempatan terus belok kiri," kata Sripun.
Saat itu kami memang menemui perempatan. Di sebelah kiri, ada satu rumah dengan pintu berwarna cokelat dan lampu yang masih menyala. Tanpa ragu kami mengetuk pintu dan mengucapkan salam agar Sripun menemui kami di luar.
ADVERTISEMENT
Beberapa ketukan ternyata tidak membuat pemilik rumah keluar, padahal saat itu terdengar jelas suara televisi. Kami tetap menunggu selama beberapa menit di depan pintu rumah.
Rumah Sripun (Foto: Tomy Wahyu Utomo/kumparan)
"Bukan mas, rumahnya warna biru," jawab Sripun saat kami berkata sudah berada di depan rumahnya. Ternyata, perempatan yang ia maksud masih berada beberapa meter lagi di depan. Ia lalu meminta kami untuk bertanya pada warga yang sedang berkumpul di perempatan.
"Banyak orang kok mas di perempatan, tanya aja rumah saya di situ," tambah Sripun.
Ketika tiba di perempatan yang ia maksud, ternyata kami bertemu dengan Ayah Sripun, Sarjono. Setelah menjelaskan maksud kedatangan kami, Sarjono langsung mengajak kami ke rumahnya yang hanya berjarak beberapa meter dari perempatan. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB. Menurut Google Maps, kami telah menempuh 2,5 km berjalan kaki dengan rute menanjak.
ADVERTISEMENT
Akhirnya kami bertemu dengan Sripun serta ibu dan kakaknya. Kami berbincang-bincang sebentar sekaligus menjelaskan maksud kedatangan kami. Meski sudah cukup larut, Sripun tetap menyempatkan diri menemui kami.
Dia lantas bercerita mengenai pengalamannya bertemu dengan David Beckham. Pun dengan Sang Ayah yang mengaku sangat terkejut kediamannya bisa didatangi orang sepopuler David Beckham.
"Awalnya hanya tahu namanya saja. Ya senang kaget banget, masa ada David Beckham. Kata temenku, 'eh itu David Beckham pemain sepak bola terkenal lho'. Orangnya juga ramah," cerita Sripun.
Ia mengaku sangat terkejut sekaligus senang bisa bertemu Beckham. Perbedaan bahasa sempat menjadi kekhawatirannya saat diberi kesempatan berbincang langsung dengan eks Kapten Tim Nasional Inggris tersebut.
"Ngobrol. Tapi bahasa Inggrisnya kurang. Beruntungnya ada translator-nya. Tapi jawabnya ya santai saja, dia juga enggak bisa bahasa Indonesia," ucapnya seraya tertawa.
Beckham berkunjung ke rumah Sripun (Foto: dok. Unicef)
Ia bercerita cukup banyak, termasuk soal rasa penyesalannya usai bertemu dengan sang megabintang.
ADVERTISEMENT
"Aku disuruh mintain tanda tangan tapi enggak sempat. Ngelewatinnya itu lho, nyeselnya sih itu. Karena kan ada bodyguard-nya, takutnya nanti malah gimana, malah pulang lagi kan bahaya. Tapi enggak papa sudah bertemu, tetap bangga," katanya.
Kesempatan bertemu Beckham pun dilihatnya sebagai suatu inspirasi. Sosok Beckham yang bersahaja dan pekerja keras menginspirasi dirinya untuk terus berkarya menggapai impiannya.
"David beckham itu orangnya sederhana, berusaha dengan keras mewujudkan mimpinya sampai bisa jadi pemain bola terkenal. Orangnya menginspirasi," tutur Sripun.
Setelah perbincangan hangat tersebut, kami pun pamit pulang. Waktu yang kian larut jadi alasan juga karena tujuan kami untuk meminta izin mengambil gambar esok hari telah diluluskan.