Big Data dan e-Commerce untuk Perangi Kemiskinan di China

12 Agustus 2018 22:46 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pusat Pelayanan Rural Taobao (Foto: Muhammad Fikrie/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pusat Pelayanan Rural Taobao (Foto: Muhammad Fikrie/kumparan)
ADVERTISEMENT
Memberantas kemiskinan tidak harus melulu dengan pemberian subsidi. Di China, program pengentasan kemiskinan bisa juga dijalankan lewat teknologi. Tentu såja setelah semua urusan infrastruktur terpenuhi.
ADVERTISEMENT
kumparan pada 30 Juli-6 Agustus 2018 lalu ditunjukkan oleh pemerintah China soal program pengentasan kemiskinan ini. Bersama 15 jurnalis lain dari negara-negara di Asia Selatan sampai Asia Tenggara, kami diajak untuk melihat bagaimana program pengentasan kemiskinan berjalan di Provinsi Guizhou sampai Provinsi Yunnan. Dua provinsi tersebut berada di wilayah bagian paling selatan China, dan berbatasan dengan negara-negara di Asia Tenggara.
Sebelum mendatangi dua provinsi tersebut, rombongan delegasi jurnalis diajak untuk bertemu dengan CPAD (State Council Leading Group of Poverty Alleviation and Development), sebuah lembaga koordinasi pengentasan kemiskinan di China. Selama hampir satu jam, para jurnalis berdiskusi dengan perwakilan pejabat CPAD soal program pengentasan kemiskinan.
Delegasi jurnalis di kantor CPAD (Foto: Li Rui)
zoom-in-whitePerbesar
Delegasi jurnalis di kantor CPAD (Foto: Li Rui)
Salah satu informasi yang disampaikan pihak CPAD soal kemiskinan di China adalah tentang adanya program kolaborasi antara pemerintah dan perusahaan teknologi. Semua pihak terlibat dan memberi sejumlah kontribusi bagi kemajuan masyarakat China. Salah satu kontribusinya adalah penggunaan big data dalam penentuan kebijakan pengentasan kemiskinan. Lalu, ada juga program bersama perusahaan e-commerce untuk membantu petani atau pemilik produk usaha kecil untuk memasarkan barangnya.
ADVERTISEMENT
Big data dipakai untuk menentukan arah kebijakan seperti penentuan sasaran bantuan pendidikan, kesehatan, sampai transportasi. Profil para penerima hingga jenis bantuan yang dibutuhkan dianalisis agar penyalurannya lebih efektif. Hal yang sama juga dilakukan dalam proyek pengentasan kemiskinan dalam membantu para petani miskin.
Nah, ucapan para pejabat CPAD itu kemudian ditunjukkan secara nyata salah satunya di kawasan Provinsi Guizhou. TIm Kementerian Luar Negeri China mengajak para anggota delegasi berkunjung ke kawasan perkebunan kiwi di wilayah Xiuwen, Guizhou. Di sana, proses penanaman kiwi sampai distribusi, menggunakan pendekatan teknologi big data.
Kiwi di perkebunan China (Foto: Rachmadin Ismail)
zoom-in-whitePerbesar
Kiwi di perkebunan China (Foto: Rachmadin Ismail)
Sebagai contoh, sebuah pohon kiwi dipantau oleh alat untuk mengukur tingkat kesuburan tanah sampai kadar airnya. Data-data pohon kiwi di sekitar area tersebut kemudian diolah sehingga jadi sebuah rekomendasi untuk pemberian air, pupuk sampai pestisida. Hasilnya, buah kiwi yang diproduksi jadi lebih efektif dan menguntungkan bagi petani.
ADVERTISEMENT
Para petani di sana juga diajak untuk berinvestasi lewat garapan lahan. Uang yang mereka keluarkan, bakal jadi modal yang pasti menguntungkan. Bahkan jumlahnya bisa berkali-kali lipat. Para petani bisa ikut memonitor perkembangan produk mereka di lahan lewat teknologi mobile.
Jurnalis dari India mencicipi kiwi China (Foto: Rachmadin Ismail)
zoom-in-whitePerbesar
Jurnalis dari India mencicipi kiwi China (Foto: Rachmadin Ismail)
Hal yang menarik juga terlihat di kawasan Malipo, Provinsi Yunnan, China. Daerah yang dulunya miskin ini, kini punya program pemberdayaan berbasis teknologi yang melibatkan para petani dan perusahaan-perusahaan e-commerce.
Kantor bersama di Malipo mulai dari polisi sampai e-commerce (Foto: Rachmadin Ismail)
zoom-in-whitePerbesar
Kantor bersama di Malipo mulai dari polisi sampai e-commerce (Foto: Rachmadin Ismail)
Contohnya, ada sebuah kantor bersama yang melayani semua kebutuhan warga. Di sana, ada kantor yang melayani urusan kesejahteraan, urusan keamanan, sampai urusan ekonomi. Nah, apabila ada warga yang punya produk pertanian atau usaha kecil lainnya, namun tidak cukup banyak jaringan pemasarannya, maka dia bisa datang ke kantor tersebut dan meminta dihubungkan dengan jaringan perusahaan e-commerce China seperti Taobao.
ADVERTISEMENT
“Petani yang dulu hanya punya pelanggan itu-itu saja, kini bisa punya lebih banyak pelanggan baru yang lebih menguntungkan,” kata Direktur Divisi e-Commerce dan Informasi Pemerintah Provinsi Yunnan, Yang Zhengwei.
Perusahaan e-Commerce membantu warga Malipo (Foto: Rachmadin Ismail)
zoom-in-whitePerbesar
Perusahaan e-Commerce membantu warga Malipo (Foto: Rachmadin Ismail)
Zhengwei menerangkan, sebelum program itu berjalan, tim harus memastikan dulu teknologi yang digunakan bisa menjangkau para penduduk miskin. Ada tiga program yang diutamakan, yakni sistem komunikasi online, sistem pembayaran online dan logistik pengiriman. Setelah itu semua berjalan, maka pemberdayaan bisa berjalan maksimal.
“Kami juga harus terus meningkatkan kualitas produknya. Dengan demikian, angka penjualannya jadi lebih baik,” tambah Zhengwei.
Produk pertanian di Malipo (Foto: Rachmadin Ismail)
zoom-in-whitePerbesar
Produk pertanian di Malipo (Foto: Rachmadin Ismail)
Laporan terakhir yang dirilis pemerintah China, angka kemiskinan di kawasan Malipo kini turun dari sebelum 18,75 persen menjadi 12,99 persen, salah satunya karena faktor program ini. Sekitar 43.700 orang dari 10.379 keluarga di 16 desa miskin sudah dibantu pemerintah setempat bekerjasama dengan bantuan dari Kementerian Luar Negeri China.
ADVERTISEMENT