Bisakah Aplikasi Tik Tok Ramah Anak?

12 Juli 2018 9:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bowo Tik Tok. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan dan Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bowo Tik Tok. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan dan Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
ADVERTISEMENT
Ragam keluhan muncul pada aplikasi Tik Tok. Beberapa kontennya dianggap negatif dan cenderung membahayakan anak serta remaja yang menjadi mayoritas pengguna.
ADVERTISEMENT
Atas pertimbangan tersebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sempat memblokir aplikasi musik itu selama kurang lebih satu minggu dan dibuka kembali pada Selasa (10/7) kemarin.
Saat Tik Tok diblokir manajemen Tik Tok “wara-wiri” melakukan lobi-lobi. Dari ke Kominfo hingga ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Menurut Ketua KPAI Susanto, jumlah penggunanya yang begitu besar seharusnya membuat Tik Tok ramah pada anak-anak.
“KPAI memberikan banyak masukan untuk perbaikan sistem Tik Tok agar Tik Tok memiliki sistem yang lebih baik lebih ramah anak dan memiliki jaminan proteksi yang lebih maksimal buat anak Indonesia. Ini kami rasa penting karena Tik Tok penggunanya cukup besar bahkan di Indonesia diperkirakan ada 5 juta, 5 juta pengguna Tik Tok,” kata Susanto setelah berdiskusi dengan manajemen Tik Tok di kantornya, Selasa (10/7).
KPAI bertemu perwakilan Tik Tok (Foto: Nesia Qurrota A'yuni/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
KPAI bertemu perwakilan Tik Tok (Foto: Nesia Qurrota A'yuni/kumparan)
KPAI berkomitmen untuk terus mengawal dan mengawasi. Selain itu, KPAI juga mengajak masyarakat secara keseluruhan untuk turut mengawasi.
ADVERTISEMENT
Pada zaman serba digital seperti ini, perkembangan teknologi memang tidak bisa terelakkan. Bagi orang tua yang telah memberi fasilitas gawai atau jaringan internet pada anak mereka, sudah sewajarnya turut mendampingi dalam penggunaannya.
Bila terjadi pelanggaran, memisahkan gawai dan pendukungnya bukanlah solusi. Dalam hal ini, orang tua dituntut untuk tidak gagap teknologi (gaptek) sehingga bisa menyelaraskan diri dengan perkembangan anak.
“Katakanlah platform baru ini menjadi pertanda bahwa anak Indonesia dalam sejumlah kasus itu kan memang rasa penasarannya tinggi, rasa ingin mengetahui tinggi, rasa ingin melakukan hal yang baru juga tinggi,” sebut Susanto.
Sayangnya, realitas berkata lain. Banyak orang tua yang masih awam dengan perkembangan teknologi, semisal Tik Tok.
ADVERTISEMENT
“Dan ada fenomena lain di mana orang tua tidak memiliki kecanggihan seperti atau tidak semua orang tua punya pemahaman tentang teknologi canggih yang seperti anak. Ada fenomena seperti itu jadi kita tidak bisa memungkiri itu,” kata Margareth Aliyatul Maimunah, Komisioner KPAI Bidang Pornografi dan Cyber Crime.
Dari diskusi tersebut, manajemen Tik Tok berkomitmen untuk memperbaiki sistemnya, terutama dalam memfilter konten-konten negatif. Tik Tok akan membuka layanan pelaporan bagi masyarakat yang menemukan konten negatif dalam aplikasinya. Selain itu, aplikasi Tik Tok akan dilpasang Artificial Intelligence (AI) untuk mengawasi konten.
“Dari pihak Tik Tok melihat Indonesia bukan hanya sebagai pangsa (pasar) yang besar atau potensial saja tapi kami juga memberikan komitmen dengan semua pihak termasuk KPAI untuk bekerja sama menghadirkan konten-konten yang positif di platform kami dalam mendukung inisiatif KPAI dalam perlindungan anak di Indonesia,” ungkap Marketing Manajer Tik Tok, Dina.
Dina, marketing manajer Tik Tok di KPAI (Foto: Nesia Qurrota A'yuni/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dina, marketing manajer Tik Tok di KPAI (Foto: Nesia Qurrota A'yuni/kumparan)
Suara Orang Tua dari Anak Penggemar Tik Tok
ADVERTISEMENT
Pemblokiran Tik Tok menuai pro dan kontra. Para orang tua yang mendukung pemblokiran menganggap Tik Tok tidak memberikan edukasi bagi anak. Selain itu, terkadang ada unsur pornografi dalam video yang ditayangkan.
Dodi, salah satu orang tua yang memiliki anak penggemar Tik Tok mengatakan tidak ingin anaknya sampai lupa diri saat bermain Tik Tok, apalagi terlalu fanatik dengan artis Tik Tok.
Dia memberikan pemahaman kepada anaknya bahwa artis Tik Tok tidak harus didewakan. Menurutnya, untuk menghindari anak menjadi fans fanatik orang tua juga harus ikut andil.
“Semua kan kembali ke orang tua, kalau memang membatasi itu (Tik Tok). Ya otomatis kan semua kembali lagi ke orang tua kan,” ucap Dodi kepada kumparan.
Ilustrasi Tik Tok (Foto: Helmi Afandi/kumparan dan Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tik Tok (Foto: Helmi Afandi/kumparan dan Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
Hal senada juga disampaikan oleh Yaya, seorang Ibu pekerja, dia sengaja tak menyediakan paket internet di smartphone anaknya.
ADVERTISEMENT
“Saya gak beliin kuota. Jadi kalo misalnya saya pulang kerja, baru (dikasih HP miliknya), karena kan saya kerja, saya bukain datanya, baru dia buka, kan saya bisa ngeliat,” jelas Yaya.
Dengan maraknya aplikasi Tik Tok, Yaya menasihati anak-anaknya untuk tidak berlebihan dalam menggunakan aplikasi tersebut.
Berbeda dengan Yaya, Dewi, ibu dari anak penyuka Tik Tok ini tampak santai menanggapi fenomena Tik Tok. Bahkan Dewi kurang setuju jika aplikasi itu diblokir.
“Jangan sih kalau bisa, seru aja, seru apa namanya buat seru-seruan tapi ya kaya gitu lah, lebay-lebay alay gitu, tapi seru aja buat hiburan,” imbuh Dewi saat ditemui di depan The Plaza, Jakarta.
Menurutnya selama tidak ada perubahan ‘aneh’ pada anaknya dan tugas sekolah tidak terganggu, dia akan membebaskan anaknya bermain Tik Tok.
ADVERTISEMENT
Sayangkan bully pada Bowo
Sebelum menjadi Tik Tok yang ramah anak, tentu masyarakat tak boleh lupa dengan kasus remaja penggemar Tik Tok bernama Bowo Alpenliebe. Video-video Tik Tok Bowo ramai digandrungi, tapi juga ramai di-bully.
Banyaknya bully yang ditujukan kepada Bowo menjadi hal yang tak dibenarkan oleh KPAI.
“KPAI menyayangkan terkait dengan bully yang dilakukan oleh banyak pihak misalnya kepada ananda Bowo. Dia ini kan masih anak-anak bahkan yang membully kalau dibuka media sosialnya usianya lebih tua dari Bowo. Tapi dia kemudian memberikan contoh yang tidak baik dengan cara membully, dan kata-kata membully-nya itu sudah menakutkan karena ada kata-kata ancaman,” jelas Retno Listyarti, Komisioner KPAI Bidang Pendidikan.
Bowo Tik Tok. (Foto: Munady Widjaja)
zoom-in-whitePerbesar
Bowo Tik Tok. (Foto: Munady Widjaja)
Mengenai kegemaran Bowo pada Tik Tok, bagi Retno hal tersebut cukup wajar. Dua orang tuanya bekerja dan kakaknya berjarak umur cukup jauh darinya.
ADVERTISEMENT
“Bowo mungkin lebih asik dengan media sosial dan dengan HP-nya karena memang situasinya dia anak-anak sendiri dalam rumahnya,” kata Retno.
KPAI berupaya untuk terus mendekati keluarga Bowo. KPAI menyebut Bowo kemungkinan besar mengalami trauma karena di-bully. Oleh sebab itu, KPAI berencana untuk memberikan trauma healing.
-----------------------------------------------------------------------
Simak ulasan selengkapnya mengenai Bowo dan Tik Tok di topik Idola Tik Tok Menangis.