BMKG: Erupsi Tangkuban Parahu Tak Memicu Aktivitas Sesar Lembang

28 Juli 2019 7:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi Gunung Tangkuban Parahu, pascaerupsi freatik. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi Gunung Tangkuban Parahu, pascaerupsi freatik. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
ADVERTISEMENT
Gunung Tangkuban Parahu di Subang, Jawa Barat, mengalami erupsi freatik pada Jumat (26/7) sekitar pukul 15.48 WIB. Tangkuban Parahu mengalami erupsi sekitar 4 menit, seperti yang tercatat dalam sensor seismograf BMKG di Stasiun Seismik Lembang.
ADVERTISEMENT
Usai erupsi terjadi, banyak pertanyaan dilontarkan kepada BMKG. Pertanyaannya mirip-mirip, yaitu apakah erupsi Gunung Tangkuban Parahu dapat memicu gempa tektonik Sesar Lembang?
Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, menjawabnya tidak. Mengapa? Karena gempa tektonik biasanya terjadi disebabkan oleh interaksi antarlempeng tektonik atau aktivitas sesar aktif. Dan bukan karena erupsi freaktik gunung api seperti Tangkuban Parahu.
Konten Spesial: Waspada Sesar Lembang Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
"Erupsi freatik adalah fenomena lokal. Sementara jarak antara Gunung Tangkuban Parahu dengan Sesar Lembang sejauh 6,96 km, sehingga erupsi ini tidak akan mempengaruhi kondisi tektonik Sesar Lembang," jelas Daryono dalam keterangannya, Minggu (28/7).
BMKG mengimbau masyarakat yang tinggal di Subang, Lembang, Bandung dan sekitarnya untuk tidak perlu takut. Pihaknya juga sampai saat ini terus memantau aktivitas seismiknya selama 24 jam/7 hari.
ADVERTISEMENT
Daryono mengungkapkan beberapa peristiwa gempa tektonik destruktif akibat sesar aktif, biasanya didahului oleh gempa-gempa mikro sebagai gempa pendahuluan (foreshocks). Misal, gempa Yogyakarta 2006 (6,4 magnitudo), gempa Lombok 2018 (7,0 M), gempa Palu (7,5 M), dan gempa Halmahera Selatan (7,2 M). Semuanya dipicu sesar aktif yang didahului aktivitas foreshocks.
Lebih lanjut, BMKG terus memonitor secara ketat kemunculan gempa mikro di sepanjang jalur Sesar Lembang.
"Untuk meningkatkan akurasi monitoring aktivitas sesar aktif di Provinsi Jawa Barat, BMKG pada tahun 2019 ini akan merapatkan jaringan sensor gempa dengan memasang 22 sensor seismik baru," ungkap Daryono.
Lokasi pemasangan seismograph sensor pemantau gempa bumi di Jawa Barat. Foto: Dok. BMKG
"BMKG menjadikan Sesar Lembang sebagai salah satu prioritas monitoring aktivitas seismik di Indonesia karena potensinya cukup signifikan dan berdekatan dengan kota besar dengan permukiman padat," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, masyarakat yang tinggal di dekat sesar aktif juga diminta tidak perlu cemas. Namun, diperlukan perkuatan mitigasi untuk menghadapi potensi gempa. Salah satunya dengan membangun bangunan dengan struktur yang tahan gempa.
"Dengan mewujudkan semua langkah mitigasi, maka kita dapat meminimalkan dampak, sehingga kita tetap hidup aman dan nyaman meski di daerah rawan gempa. Peristiwa gempa bumi adalah keniscayaan di Indonesia. Yang penting dan harus dibangun adalah mitigasi, kesiapsiagaan, kapasitas stakeholder, dan masyarakatnya, maupun infrastruktur untuk menghadapi gempa yang mungkin terjadi," pungkasnya.